Part 1 - Bring It On!

32.2K 2.3K 103
                                    

Seorang gadis membelokkan mobilnya ke area sebuah gedung perkantoran yang cukup elit. Setelah melalui pemeriksaan petugas keamanan, ia lalu melanjutkan mengemudi dan menghentikan mobilnya di lokasi parkir yang telah disediakan.

Gadis itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sekarang pukul 07.45. Ia memang sengaja datang lebih pagi hari ini karena hari ini adalah hari pertamanya bekerja.  Ia tidak terburu-buru apalagi terlambat di hari pertama.

Gadis itu lalu membuka tas, mengambil tas make up dan mulai membenahi riasan wajahnya. Setelah yakin bahwa riasannya cukup rapi, ia kemudian turun dari mobil dan melangkahkan kaki memasuki lobby.

"Selamat pagi. Ibu tujuannya mau ke mana?" tanya seorang petugas keamanan yang berdiri di dekat pintu masuk.

Gadis bernama Vania itu tersenyum. Ia pasti terlihat bingung sehingga petugas keamanan langsung menegurnya.

"Ehm, saya mau bertemu Bu Titi Anggiasari."

"Ooo... Bu Titi dari Bagian Marketing & Promotion, ya?"

"Iya, betul." Vania mengangguk.

"Jam masuk kantor masih 45 menit lagi. Ibu silahkan menunggu dulu di sofa di sebelah sana atau di kafe," saran petugas keamanan tadi. "Nanti akan saya sampaikan. Mohon maaf, dengan siapa?"

"Saya Vania. Saya sudah ada janji. Ini hari pertama saya bekerja."

"Ooo... begitu." Petugas itu tersenyum. "Baik kalau begitu silahkan menunggu, nanti akan saya sampaikan."

Setelah mengucapkan terima kasih, Vania duduk di salah satu sofa yang tersedia.

Vania menarik napas lega. Akhirnya salah satu impiannya tercapai. Akhirnya ia bisa diterima bekerja di salah satu perusahaan yang cukup ternama, sesuai dengan cita-citanya. Di usianya yang baru 25 tahun, bisa diterima di salah satu perusahaan yang cukup bergengsi adalah sebuah prestasi yang cukup membanggakan.

Vania membuka tas dan mengambil novel yang memang sengaja ia bawa. Ia memang suka membaca dan ia selalu membawa bahan bacaan ke mana pun ia pergi. Tidak lama, Vania sudah tenggelam dalam cerita dari novel yang ia bawa.

Saat ia sedang asyik membaca, Vania mengangkat wajah dan menangkap sekelebat sosok perempuan yang baru saja datang. Perempuan itu sebenarnya tidak terlalu cantik seperti model atau selebriti, tetapi ia cukup menarik. Tubuhnya mungil, rambutnya ikal dengan panjang melewati bahu. Wajahnya yang merona kemerahan tak henti menebarkan senyuman. Perempuan itu juga tampaknya cukup ramah, terlihat dari sikapnya yang sedang bercanda dengan petugas keamanan yang tadi berbincang dengan dirinya.

"Aku ke atas dulu ya, pak," ujar perempuan tadi dengan suara yang cukup nyaring. Ia lalu berjalan cepat menuju lift.

Vania melirik jam di tangannya. Sepuluh menit lagi jam kantor akan dimulai.

Sebaiknya aku mulai bersiap-siap, pikir Vania.

Maka Vania pun mengambil cermin untuk memastikan bahwa riasan wajahnya masih cukup rapi untuk memulai hari pertamanya bekerja.

"Bu Vania, ya?" sapa seorang perempuan.

Vania mengangkat wajah.

"Iya, saya."

"Mari saya antar menemui Bu Titi," ujar perempuan tadi.

"Oh iya, sebentar."

Vania merapikan tasnya lalu berdiri dan melangkah mengikuti perempuan tadi.

Ok, bring it on, ucap Vania dalam hati.

*****

"Jadi selain mengurus promosi perusahaan, kamu juga akan membantu mengurus event bersama dengan anak perusahaan lainnya," jelas Bu Titi.

Vania mengangukkan kepala.

"Ibu panggil saya?"

Seorang perempuan muncul di depan pintu. Perempuan dengan wajah ayu, dengan senyuman yang membuat hati teduh. Perempuan yang tadi pagi dilihat oleh Vania.

"Iya, masuk aja. Nah, Vania kenalkan ini namanya Kendra. Kendra, ini Vania, asisten baru kamu."

"Ooo... Jadi ini," Kendra berkata dengan ceria lalu mengulurkan tangannya. "Kendra."

"Vania."

"Ya udah, kamu ajak Vania ke ruangannya dan mulai share kerjaan deh," ujar Bu Titi. "Jangan lupa kenalin sama duo ganteng," ucap Bu Titi lagi sambil tertawa.

"Hahaha... Ok," sahut Kendra masih tetap dengan tawanya yang ceria.

Vania tertawa geli melihatnya.

Sepertinya Kendra akan menjadi rekan kerja yang menyenangkan, pikir Vania senang.

"Nah, ini ruangannya. Kalau mau nanya-nanya tuh tinggal main ke sana," ujar Kendra sambil menunjuk ke arah ruangan yang terletak tepat di depan ruangan Vania.

"Iya, terima kasih Bu Kendra," sahut Vania.

Tanpa disangka, Kendra tertawa. Wajahnya semakin merona saat perempuan itu tertawa. Vania jadi bingung sendiri. Memangnya apa yang lucu?

"Barusan bilang apa? Bu?" tanya Kendra. "Enak aja panggil bu, emangnya muka gue udah kayak ibu-ibu?" lanjut Kendra dengan wajah jenaka.

"Hmm... Emang saya harus panggil apa?" tanya Vania.

"Panggil aja Kendra. Usia kita 'kan kayaknya nggak beda jauh. Gue dua puluh tujuh, lo berapa?"

"Saya dua puluh lima."

"Nah, ya udah panggil Kendra aja."

"Tapi saya nggak enak," tolak Vania.

"Eh udah nggak apa-apa, Kendra aja. Ok? Terus nggak usah pakai saya, lo - gue aja. Kayaknya itu lebih asyik," ujar Kendra santai.

Vania tersenyum.

Baru kali ini punya atasan asyik begini, pikirnya.

"Ok, Kendra."

"Gitu dong," sahut Kendra senang.

"Oh ya, duo ganteng itu siapa, ya?" tanya Vania.

"Ooo... Ntar gue kenalin. Kebetulan ntar jam makan siang gue mau ke kantor mereka. Mereka tuh kerja di salah satu anak perusahaan, tapi divisinya sama kayak kita. Makanya kita sering kerja bareng sama mereka."

"Ooo... Emang beneran ganteng?"

Kendra tertawa.

"Ntar lihat aja deh. Satunya sih yang namanya Rico emang lumayan ganteng. Tapi yang satunya, yang namanya Andre, nah kalau yang itu bukan ganteng, tapi gendeng."

Vania tertawa mendengar ucapan Kendra. Dilihat dari gayanya yang tidak sok bossy, sepertinya bekerja bersama Kendra akan menyenangkan, pikir Vania senang.

Vania tidak pernah menyangka, bahwa mulai hari ini, hal yang menyenangkan dari kantor barunya bukan hanya sekedar bekerja bersama Kendra. Vania tidak pernah menyangka, bahwa mulai hari ini, hidupnya berubah. Bahwa mulai hari ini, Vania akan mengerti makna sesungguhnya dari kata 'cinta'.

*****

Sebelum lanjut ke part 2, pastikan sudah membaca info di awal cerita supaya nanti setelah part 52 nggak marah-marah karena nggak baca info awal.

Cerita ini udah jadi buku. Hanya tersisa sampai part 52.

Tersedia juga versi ebook di Playstore.

Senandung Cinta VaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang