Udah bisa?" tanya Vania.
"Sibuk terus," jawab Rico. "Kendra mana?"
"Tuh di sana," Vania menunjuk Kendra yang sedang sibuk mengantri membeli minuman dan makanan kecil.
"Terus gimana, Van? Udah tinggal setengah jam lagi nih."
Vania mendecak.
"Kendra belum tahu sih suaminya mau datang, tapi kok jadi aku yang kecewa kalau Andre sampai nggak datang."
"Eh, Andre telepon nih. Bentar, ya, aku angkat."
Rico sedikit menjauh dan menjawab panggilan Andre. Vania memperhatikan dan menyadari perubahan raut wajah Rico yang tiba-tiba menegang.
"Ada apa?" tanya Vania sekembalinya Rico di hadapannya. "Jangan bilang kalau Andre nggak jadi datang."
Rico hanya diam. Wajahnya muram.
"Jadi benar Andre nggak jadi datang?" tanya Vania.
Rico mengangguk.
"Kenapa?"
"Andre harus menemui Sellina karena..."
"Perempuan nggak tahu malu itu lagi!" tukas Vania. "Dia itu kayaknya tahu bener ya kapan waktu yang tepat untuk ganggu acara orang."
"Van, papanya Sellina koma," ucap Rico perlahan.
Vania terdiam.
*****
Rico menyodorkan sebotol minuman kepada Vania yang duduk di sampingnya. Vania menerima minuman itu sambil tersenyum. Saat ini mereka berdua duduk bersebelahan di sebuah pusat permainan yang merupakan favorit anak-anak hingga dewasa.
Lalu di manakah Kendra? Dia sedang asyik bermain video game.
Kendra memang seperti itu. Di usianya yang sudah dewasa, wajahnya masih awet muda dan tingkahnya juga kerap kali masih seperti layaknya seorang remaja. Mungkin itu semua karena Kendra adalah anak satu-satunya. Wajar jika pribadinya manja dan ceria. Hidupnya selama ini ringan, seolah tanpa beban.Setelah menerima kabar dari Andre yang mengatakan bahwa ia tidak bisa datang, Rico memutuskan untuk membeli tiket bioskop tambahan dan jadilah mereka bertiga nonton bersama.
Selesai nonton bioskop, Kendra meminta ditemani bermain di salah satu pusat permainan. Rico dan Vania mengiyakan saja. Andre bilang bahwa ia belum bisa memastikan jam berapa ia akan datang. Rico jadi bingung sendiri.
"Belum ada kabar lagi dari Andre?" tanya Vania.
Rico menggeleng.
"Gitu, ya." Vania menghela napas. "Terus kalau Andre beneran nggak bisa datang, makan malamnya gimana?"
"Entahlah."
"Andre tuh kenapa sih selalu menomorsatukan Sellina."
Rico hanya diam. Ia sedang memperhatikan Kendra yang kini asyik bermain melempar bola.
"Kendra asyik banget mainnya. Kayaknya dia lupa kalau ada si kakak dalam perutnya."
"Emangnya kenapa?"
"Aku khawatir aja."
"Kamu sayang banget, ya, sama Kendra?" tanya Vania.
"Kok kamu tanya gitu?" Rico mengalihkan pandangannya kepada Vania.
Vania tertawa kecil.
"Keliatan banget lagi."
"Oh ya?"
Rico kaget mendengar perkataan Vania.
Vania menarik napas berat dan tersenyum getir. Ia bisa merasakan matanya mulai berkaca-kaca. Sesakit ini ternyata sengatan sebuah rasa yang bernama cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
ChickLitVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...