Vania mengitarkan pandangan ke sekeliling lobby. Saat ini, dirinya dan Kendra sedang berada di gedung perkantoran dimana 'duo ganteng' bekerja.
"Jadi ini adalah kantor pusat dari semua anak perusahaan," Kendra menjelaskan.
Vania menyimak ucapan Kendra.
"Pemilik perusahaan dan direksi juga kantornya di sini. Nah, kalau ada meeting gabungan seluruh divisi, biasanya diadain di sini."
"Ooo... Gitu. Terus sekarang ngapain kita ke sini?"
"Gue mau kasih CD berisi desain untuk content majalah bulan depan," sahut Kendra. "Sebenarnya bisa sih nitip lewat kurir, tapi gue lagi pengin ke sini. Kangen makan ayam rica-rica di kantin. Itu enak banget. Pedes, terus hmm... Pokoknya enak banget!" Kendra berkata dengan ekspresi wajah yang membuat Vania ngiler seketika.
Nih anak ekspresif banget, pikir Vania. Pasti Kendra banyak yang suka.
"Oh ya, gue lupa bilang kalau kita ada majalah perusahaan yang terbit dua bulan sekali. Seluruh anak perusahaan ngumpulin materi desain ke duo ganteng itu, nanti mereka yang gabungin jadi satu," Kendra kembali berkata. "Lo ntar pegang desain, ya. Gue nggak terlalu jago desain, makanya gue lega banget akhirnya lo masuk. Yuk kita ke kantin," ajak Kendra.
Mereka kemudian berjalan bersisian di sepanjang jalan menuju ke kantin kantor. Sesampainya di sana, Kendra segera memilih tempat duduk yang terletak di dekat jendela.
"Lo pilih aja dulu mau makan apa, kita gantian. Gue jagain tas lo di sini," ujar Kendra.
Vania mengangguk lalu mengitarkan pandangan. Kantin tempat mereka saat ini berada memiliki konsep pujasera. Pengunjung bebas memilih makanan sesuai selera dari counter-counter makanan yang tersedia.
Tapi meskipun konsepnya pujasera, tapi ini sih pujasera elit, batin Vania.
Selain konsep pujasera yang modern dan tertata apik, para karyawan yang makan juga tampak fashionable dan menawan.
Rupanya emang beda ya karyawan di perusahaan bergengsi, pikir Vania.
"Kok cuma diam?" tegur Kendra.
"Oh, iya." Vania tertawa.
Vania kemudian melangkah dan mulai memilih-milih menu untuk makan siang. Akhirnya ia memutuskan memilih nasi soto ayam untuk ia nikmati siang ini.
Selesai membayar dan mendapatkan makanannya, Vania menuju kembali ke meja dimana Kendra berada.
"Gue pesen makanan dulu, ya," pamit Kendra yang kemudian menuju salah satu counter bertuliskan "Hidangan Kawanua".
Saat sedang mengantri, Kendra terpekik ketika merasakan seseorang menarik rambutnya. Segera Kendra memutar badan dan seketika memukul seseorang yang membuatnya tidak hanya terperanjat tapi juga kesakitan.
"Kok gue dipukul sih?" protes seorang pria yang dipukul Kendra.
"Habis kamu juga seenaknya aja narik rambutku," balas Kendra sewot sambil mengusap-usap tangannya.
Habis mukul lengannya yang segede kentongan, malah tanganku yang kesakitan. Sial!
"Ditarik segitu aja marah."
"Kamu juga dipukul segitu aja protes," balas Kendra nggak mau kalah. "Ini malah jadi tanganku yang sakit habis mukul lengan kamu."
"Makanya, jangan suka mukul orang sembarangan," sahut pria tadi sambil terkekeh. "Tuh jadi sakit 'kan tangannya."
"Kamu tuh..."
"Eh udah-udah, kok malah jadi berantem sih," lerai seorang pria yang sedari tadi hanya tertawa geli dan memperhatikan pertengkaran mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
Chick-LitVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...