Tak lama kemudian, Vania kembali harus menebalkan telinga mendengarkan ocehan atau lebih tepatnya omelan Kendra. Kendra yang merasa kelaparan karena belum makan siang, harus menelan ludah melihat Andre dan Rico yang menyantap makan siang dengan lahap di sebuah warung ikan bakar yang banyak tersebar di sekitar area Waduk Cirata.
Selain terkenal akan keindahannya, Cirata juga dikenal sebagai salah satu tempat yang menawarkan kelezatan nasi liwet dan ikan bakar yang disajikan dengan sambal dan lalapan khas hidangan Sunda.
Dari mobil masing-masing, Vania dan Kendra dapat melihat Andre dan Rico memesan berpiring-piring hidangan, lengkap dengan sayuran hijau yang melambai-lambai seolah menggoda para cacing di perut Kendra dan Vania.
"Van..." rajuk Kendra melalui panggilan telepon.
"Apaan sih? Lo ganggu konsentrasi gue aja lihatin doi."
"Gue lapar."
"Lo berisik banget sih. Lihat tuh, Rico lagi nyolek sambal aja kerennya minta ampuuun. Emang ya, orang kalau ganteng, napas aja keren."
"Van..."
"Apaan?"
"Lapar."
"Sabar dikit napa. Gue juga lapar. Tapi mau gimana coba? Mau turun terus pesen makanan? Yang ada kita malah ketahuan."
"Lo pikir cuma lo yang hilang konsentrasi? Gue juga jadi nggak konsen nih gara-gara keroncongan. Mana mereka makan ikan bakar, pakai lalapan, pakai ikan asin, pakai pete. Gue juga mau. Apalagi ditambah jengkol. Alamak... Ngeces gue, Van."
"Lo makan pete sama jengkol?"
"Ya iya lha. Menurut lo? Gue 'kan keturunan USA, urang Sunda asli. Pete sama jengkol itu salah satu makanan paling lezat di dunia versi gue," sahut Kendra dengan bangga.
"Iyuuuwww!" Vania bergidik mendengar ucapan Kendra. "Itu 'kan bau."
"Pete tuh sehat tahu."
"Ya lo sabar aja dulu bentar. Masalahnya kalau kita makan, bisa-bisa mereka hilang dari pandangan."
"Gimana kalau lo aja yang nungguin di sini?"
"Terus lo ke mana?"
"Hehehe... Makan. Lo 'kan tahu gue punya sakit maag. Gue nggak boleh telat makan."
Vania mendengus.
"Alasan banget sih lo. Ya udah sana cepatan. Awas ketahuan."
"Nggak bakalan. Gue mau beli makan ke warung yang agak jauhan. Lo mau gue bungkusin?" Kendra menawarkan.
"Nggak usah," tolak Vania. "Yang penting lo cepatan balik ke sini habis makan. Nggak pakai lama."
"Siap!"
Maka Kendra pun melajukan mobilnya, meninggalkan Vania yang mengamati Rico dan Andre yang sedang menikmati lezatnya kuliner di area Cirata.
Kendra memutuskan untuk mampir ke sebuah warung yang terletak tidak terlalu jauh. Dengan gembira, Kendra segera memesan seporsi ikan bakar, ikan asin, tahu tempe goreng, lalapan, sambal, dan tak lupa jengkol dan pete goreng yang memang seakan menjadi menu wajib dalam hidangan nasi liwet khas tanah Priangan.
Akan tetapi, belum sempat Kendra menyantap makan siang, handphonenya berdering. Nama Vania tertera di layar.
"Apaan?"
"Lo udah beres makan?"
"Ya, belum lha. Ini baru juga mau gigit jengkol, eh lo telepon."
"Iyuuuuwww!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
Chick-LitVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...