01

5.8K 308 56
                                    

Never be Alone - Shawn Mendes

Terkadang aku selalu berpikir, jika bukan hanya aku saja di seluruh dunia yang merasakan hubungan jarak jauh dengan seseorang yang kita cintai. Tetapi mungkin, hanya beberapa persen dari mereka saja yang mengalami hal yang sama sepertiku. Atau mungkin hanya aku yang masih bertahan diantara mereka semua.

Awalnya memang bukan hal mudah untuk kami berdua melakukan hal ini, terlebih berbeda benua. Maksudku, semenjak ia memutuskan untuk memimpin perusahaan ayahnya yang ada di Inggris, aku sekarang kembali tinggal bersama orang tuaku di Los Angeles. Merasa sedih dan juga rindu di saat yang bersamaan, tentu saja aku selalu merasakannya. Terkadang menangis adalah cara tepat untuk menghilangkan kedua perasaan tersebut. Tetapi seiring berjalannya waktu aku sadar jika menangis tak bisa mengubah sesuatu yang telah menjadi kenyataan justru hanya memperburuk keadaan.

Pernah suatu ketika, Harry tak memberiku kabar selama satu minggu. Aku tak tau apa alasannya menghilang tiba-tiba seperti itu. Setiap hari aku terus menghubunginya berulang kali, tetapi tak penah ada jawaban sama sekali darinya. Aku bahkan telah menanyakan pada keluarganya, tetapi sayangnya mereka tak tau apapun tentang keberadaan Harry.

Akibat hal itu, pikiran-pikiran negatif mulai merasuki otakku. Selain itu, aku juga tidak ingin melakukan sesuatu bahkan secara tiba-tiba nafsu makanku menjadi hilang. Yang ku lakukan saat itu hanyalah menangis dan terus menangis.

Katakan aku berlebihan, tetapi semua itu benar.

Dua hari kemudian aku jatuh sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Aku tak pernah berfikir jika aku akan mengalami hal separah itu. Dan pada malam harinya, aku masih jelas mengingatnya, tiba-tiba suara pintu ruangan terbuka. Saat itu aku masih tertidur dan ruangan dalam keadaan gelap, karena aku meminta pada suster agar mematikan lampunya, suara pijakan kaki terdengar jelas mendekat ke arahku.

Ku pikir ada seorang penjahat yang akan mencelakaiku seperti dulu, tetapi setelah lampu dihidupkan tenyata Harry. Dia datang. Aku tak pernah memiliki pikiran jika dia akan datang. Ingin aku berlari layaknya seorang anak kecil untuk mengusirnya keluar, tetapi aku justru terjatuh di atas lantai. Sontak, Harry dengan sigap membantuku dan langsung memelukku.

Awalnya aku marah dan menolak kehadirannya yang tiba-tiba muncul di ruangan ini. Dia terus memintaku untuk tenang dan mendesakku agar mendengarkan alasan mengapa ia tiba-tiba hilang dan juga muncul, bahkan ia terus memohon padaku agar mau mendengarkan.

Akhirnya aku menyerah.

Dia berkata dan aku mendengarkan semuanya. Disaat ia mulai berbicara, aku ingat sesuatu dan merasa bodoh disaat yang sama. Hari itu adalah hari ulang tahunku, bodoh memang aku tak mengingatnya hari kelahiranku sendiri. Ternyata ia memang sengaja tak memberiku kabar, karena ingin menjahiliku. Tetapi ia tak tak tau jika efek yang ditimbulkan akan berakibat seperti ini.

Dia gila.

Sejak saat itu pula, Harry tak ingin berbuat seperti itu untuk yang kedua kalinya. Terlebih jika apa yang ia lakukan akan berimbas pada diriku, ia tak ingin melakukannya lagi. Dan ya aku percaya dengan yang ia katakan, terbukti sampai saat ini ia belum melakukan hal-hal seperti itu lagi.

"Tenyata benar, menjadi seorang pemimpin tak semudah seperti yang di ucapkan banyak orang," Ia mulai mengeluh dan aku tersenyum kecil mendengar suaranya yang terdengar jauh di seberang sana. "Jika saja aku tak meng-'iya' kan tawaran itu."

A.M 2 [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang