16

1.5K 183 85
                                    

Photograph - Ed Sheeran

Tekadang aku membenci sebuah kenyataan bahwa, ini sudah hampir dua minggu sejak kepulangannya lalu beberapa belakangan ini berita tentang Harry mulai menyebar kemana-mana. Hailey dan Harry, tentu saja. Siapa yang tidak mengetahui hal itu?

Astaga, aku sangat membenci siapapun yang membahas hal ini baik didekatku maupun di sebuah tayangan televisi sekalipun. Rasanya aku ingin membunuh siapapun orang yang membicarakannya dengan jalang itu. Ini serius, aku tidak bercanda.

Dan sudah dua hari ini Harry menghilang. Maksudku, ia sama sekali belum memberiku kabar lagi. Terakhir ia menghubungiku ketika aku sedang sibuk mengurus sesuatu yang sangat penting di toko. Setelah itu, ia belum juga menghubungiku—entah apa alasannya lagi kali ini.

Semenjak berita itu menyebar, Harry mulai sulit dihubungi. Aku masih tidak mengerti, apa yang terjadi dengannya. Apa ia sengaja menghindar dariku? Apa ia tidak memiliki waktu walaupun sebentar hanya untukku? Apa ia sesibuk itu hingga melupakanku? Lagi-lagi pertanyaan semacam itu selalu muncul di dalam benakku.

Bahkan terakhir kali kami berbicara pada malam itu, obrolan kami justru menuju ke arah yang lebih sensitif lalu kami bertengkar. Menurutku ini sedikit menggelikan, karena kami hanya memiliki topik pembicaraan yang begitu minim dan mempunyai waktu yang sangat terbatas karena kami berdua memang sedang sama-sama sibuk lalu kami justru membuang-buang waktu berharga itu hanya untuk berdebat.

Semuanya berawal dari pertanyaanku yang menanyakan apakah ia sedang bersama gadis itu disana atau tidak. Sebenarnya tak ada yang salah dengan itu, bahkan menurutku itu masih dalam konteks wajar. Namun sayangnya, respon yang ku harapkan justru berbanding terbalik. Harry marah padaku dan berhenti menyuruhku banyak bertanya terlebih mengenai itu. Ia bahkan berteriak padaku, walaupun aku baru hanya mengucapkan beberapa kata untuk berusaha menjelaskan maksud pertanyaanku.

Demi apapun, yang ku takutkan saat ini adalah ia memang berusaha menghindariku hanya karena benar-benar ingin mengencani gadis itu layaknya apa yang terjadi sekarang.

Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan melewati mulutku. Udara malam kali ini tidak sedingin biasanya. Walaupun ini sudah hampir memasuki musim semi, udara ini justru terasa menyenangkan bagiku.

"Untukmu,"

Aku menolehkan kepalaku ke arah kanan lalu menerima cup berisi cokelat panas kesukaanku. Berbicara tentang cokelat panas, hal ini mengingatkanku tentang Harry. Ah sial, aku merindukan pria itu. "Terimakasih," ucapku pada Sam seraya tersenyum tipis.

Aku meniup cokelat tersebut hingga asapnya mengepul di udara. Entahlah, asap tersebut justru menarik perhatianku sejenak. Walaupun aku tau saat ini sudah hampir pukul 11 malam, aku masih belum pulang. Hanya duduk di bangku pinggir jalan tepat di depan kafe yang pernah ku kunjungi dulu bersama Harry.

"Kau terlihat aneh belakangan ini."

Aku kembali menoleh ketika Sam mengajakku berbicara. Ia terlihat asik memakan kue kering yang ia beli tadi. "Aneh bagaimana?" tanyaku.

Sam mengangkat bahunya dan menelan kue itu dengan cepat. "Entahlah," katanya. "Kau terlihat banyak diam."

"Ah, mungkin itu hanya perasaanmu."

"Tidak, aku serius!" Sam menggelengkan kepalanya lalu meletakkan bungkus plastik kue kering itu ke atas bangku dan memiringkan tubuhnya ke arahku. Aku hanya meliriknya sekilas. "Kau sangat berbeda, Jane. Kau mudah sekali tidak fokus sekarang, bahkan kau tidak banyak bicara akhir-akhir ini. Apa yang terjadi? Apa pria kaya itu menyakitimu?"

Aku menggeleng dan tertawa sembari meletakkan cup yang kupegang. "Aku tidak apa-apa, sungguh."

"Ketika seseorang berkata tidak apa-apa padaku, aku justru tau jika sebenarnya ia sedang dalam keadaan yang berbanding terbalik dengan dikatakannya."

A.M 2 [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang