38

1.1K 148 23
                                    

Charlie Puth - How Long

"Apa kau menunggu lama?" tanya Harry secara tiba-tiba membuatku hampir saja terlonjak karena terkejut.

Aku menoleh sebentar lalu menggeleng pelan seraya menyambutnya dengan senyuman tipis. Aku tidak marah dengannya karena hal ini, hanya saja aku sedikit merasa lelah karena sejak tadi aku menunggu kedatangan Harry. Sebenarnya ini bukan permintaan Harry, melainkan permintaanku sendiri. Tentu saja, aku harus menerima resiko itu.

Mungkin aku bisa saja menunggunya berbincang dengan seseorang di dalam, tetapi aku menyadari jika itu sangat tidak sopan untuk dilakukan. Lagipula, topik perkacakapan yang mereka bicarakan sangatlah sulit untukku cerna. Jadi, lebih baik aku menyingkir.

Harry mengeryitkan kedua alisnya dan menatapku dengan cemas. "Kau tidak marah denganku?"

Aku kembali menggeleng. "Tidak," jawabku. "Mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Tidak apa-apa," katanya. "Aku hanya takut jika kau marah lagi seperti siang tadi."

Aku lagi-lagi menggeleng lalu menyunggingkan senyum seolah mengatakan jika aku memang tidak dalam kondisi seperti itu.

Siang tadi setelah kami mengunjungi toko butik untuk mengambil pesanan Harry, ia memang sedikit membuatku kesal. Tentu saja, aku kesal karena ia tak henti-hentinnya meminta—atau lebih tepatnya memaksaku untuk membeli salah satu pakaian yang ada di toko itu.

Aku menginginkannya—itu sudah pasti karena pakaian di tempat itu benar-benar bagus—tetapi, aku langsung menolak. Aku tidak ingin ia lagi-lagi menghabiskan uangnya hanya untukku. Terlebih harga pakaian yang ada di toko itu bahkan dua kali lipat lebih tinggi daripada gaji yang ku terima saat bekerja.

Tentu saja aku langsung memiliki pemikiran jika itu sama saja aku membuang uang yang ku dapatkan. Aku juga mengerti jika ia bermaksud baik padaku, tetapi aku tidak bisa menerima untuk hal yang seperti ini. Belum lagi, aku masih memiliki tanggungan yang harus ku bayar, jadi tentu saja aku memiliki pemikiran seperti itu.

Jadi, apa aku salah melakukannya?

"Aku tidak marah, Harry," kataku lagi lalu menepuk pipinya beberapa kali dan terkekeh melihat wajahnya yang begitu menggelikan saat merasa cemas.

"Aku benar-benar minta maaf," ucapnya.

Aku terkekeh. "Oh ayolah, Harry, aku tidak marah padamu. Lagipula aku sendiri yang meminta untuk keluar. Jadi tentu saja itu resiko yang harus ku dapatkan, bukan begitu?"

Harry terdiam sebentar. "Tetapi, Jane—"

"Berhenti meminta maaf, Harry," keluhku lalu memutarka mata dengan kesal. "Mau berjalan-jalan sebentar?" tawarku.

Tanpa perlu menunggu persetujuan yang keluar dari bibirnya, aku langsung menarik lengannya lalu menggenggannya agar tak lagi banyak bicara. Dan benar saja, ia langsung terdiam dan hanya menundukkan kepala seolah sedang memikirkan sesuatu.

Sebenarnya ajakanku ini hanya mengalihkan pembicaraan agar tak lagi terus menerus merasa menyesal karena terlalu banyak menghabiskan waktu berbicara dengan seseorang di dalam restoran. Ah ya, mengenai lawan bicaranya tadi, aku memang tidak terlalu mengenalnya hanya saja ia sedikit familiar untukku.

Harry melepaskan tangan yang ku genggam dan lebih memilih untuk menggunakannya untuk merangkul bahuku. Aku mengangkat kepalaku untuk melihat wajahnya dari samping. Sialan, mengapa ia selalu dengan mudah membuatku jatuh hati walaupun ia juga telah mengahancurkanku hampir berkali-kali?

"Harry?" panggilku.

Ia lalu dengan cepat menoleh. "Ya?"

Aku berhenti bernapas sejenak ketika menyadari wajahnya yang berada sangat dekat denganku. Aku lalu dengan cepat menunduk dan kurasa pipiku kini mulai bersemu karena menahan malu.

A.M 2 [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang