09

1.6K 174 14
                                    

-Jane Evans-

Aku terbangun sedikit tersentak pada tengah malam akibat mimpi buruk. Ini yang kedua kalinya dalam sehari aku mendapatkan mimpi buruk. Sialan, ada apa denganku? Aku segera duduk sambil menyandarkan punggungku pada bantal untuk mengatur nafas.

Detak jangtungku hingga bekerja dua kali lipat lebih cepat dari biasanya. Bahkan aku tidak menemukan Harry di sampingku ketika aku kembali mengalami hal ini. Oh ya Tuhan, sebenarnya apa yang sedang ia lakukan di luar sana? Mengapa ia tak juga kembali?

Aku mengambil sebuah botol air yang Harry siapkan siang tadi, agar aku tak perlu lagi turun jika ingin minum. Aku membuka tutupnya dan segera meneguk air yang ada di dalamnya.

Setelah itu aku kembali menyandarkan kepalaku sambil memejamkan mata. Sialan, akibat mimpi itu kepalaku kembali terasa berat. Bahkan disaat yang bersamaan mimpi kembali terlintas di kepalaku.

Dalam mimpi tersebut aku bersama Dad mengalami kecelakaan hebat. Dad bahkan hingga kritis, sedangkan aku? Oh tidak, dalam mimpi tersebut aku bahkan dalam keadaan koma.

Sayangnya mimpi itu terjadi dua kali, bahkan yang kedua ini terjadi lebih parah dibandingkan sebelumnya. Tetapi, dalam mimpi tersebut aku tidak menemukan Harry. Dan yang lebih parahnya lagi dalam mimpi tersebut, ternyata aku dan Harry telah putus.

Ini aneh, sangat aneh. Aku tidak habis pikir mengapa aku bisa memimpikan hal itu? Tetapi yang ku ingat dalam mimpi itu adalah Harry masih mau menjengukku walaupun ia datang bersama wanita lain, yang tak ku ketahui namanya. Namun, aku merasa tak asing dengan wanita itu.

Aku kembali membuka kedua mataku ketika mendengar suara pintu terbuka. Harry. Sialan, walaupun aku tidak bersamanya hanya beberapa jam, aku benar-benar merindukannya.

Ia berjalan mendekat lalu menyamakan tubuhnya denganku saat ini. Harry mengusap puncak kepalaku lalu beralih ke pipiku. "Bagaimana keadaanmu? Merasa lebih baik?"

Aku menggelengkan kepalaku tak ingin berkata apa-apa padanya. Mimpi buruk itu terus saja melintas di kepalaku dan membuatku merasa bahwa aku benar-benar tak sanggup untuk kehilangannya. Aku tau ini berlebihan, tetapi tiba-tiba saja aku juga ingin menangis di saat yang bersamaan.

"Oh sayang, ada apa?" tanyanya sedikit bingung. Harry kemudian merengkuhku membawaku ke dalam dekapannya. "Apa ada sesuatu yang menganggumu?" tanyanya lagi sambil mengusap punggungku membuat merasa begitu tenang.

"Mimpi," jawabku. "Mimpi buruk."

"Lagi?" Aku mengangguk. Harry memang mengetahuinya, karena ia selalu datang menghampiriku di saat seperti ini. Disaat aku benar-benar menginginkannya bersamaku. Harry semakin mempererat pelukannya, membuatku merasa kecil dalam dekapannya. "Masih dalam cerita yang sama?"

"Ya," aku mengangguk lagi. "Tetapi, ini lebih mengerikan."

"Mengerikan?" Harry memiringkan kepalanya mencoba untuk melihat wajahku dari samping. "Aku tidak memaksa, tetapi apa kau menceritakannya padaku? "

Tentu saja, aku mengangguk untuk yang kesekian kalinya padanya. Aku mulai menceritakan jika kecelakaan itu terjadi, karena Dad ingin membawaku ke rumah sakit. Dad saat itu berusaha mengemudi secepat mungkin karena aku benar-benar sedang dalam keadaan sakit yang dapat dikatakan begitu parah. Bahkan saat itu Dad berusaha melanggar lalu lintas berulang-kali.

Mom tidak ikut bersama kami saat itu, karena ia sedang memiliki urusan mendadak yang aku sendiripun tidak tau. Jadi, mau tak mau Dad yang mengurusku.

Dad mengemudi dengan sangat cepat hingga hampir menabrak sebuah transportasi umum. Dan ketika Dad menggerakkan mobil ke arah kiri, tiba-tiba ada kendaraan yang berjalan berlawanan arah. Dalam mimpi itu, Dad tidak bisa menghentikkan mobil tersebut karena terlalu dalam menekan pedal gas.

A.M 2 [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang