24

1.3K 194 82
                                    

"Jane?"

Aku membalikkan tubuhku ketika tiba-tiba mendengar suara Anne. Ah ya, aku lupa memberitahunya jika aku pulang terlambat. Semoga saja ia tidak memarahiku atau menasihatiku karena ulahku ini.

Pernah saat itu aku pergi ke sebuah supermarket seorang diri dan ketika aku pulang Anne langsung menasihatiku. Ia bilang London sedang tidak aman, karena saat itu memang marak terjadi pembunuhan dan juga penculikan.

"Ya?" jawabku.

Anne berjalan mendekat lalu mendekap tubuhku dengan erat. "Astaga, aku sangat mengkhawatirkanmu. Kau dari mana saja?"

Aku tersenyum lantas membalas pelukannya. "Aku menghabiskan waktu dengan sahabatku dan maaf aku tidak menghubungimu terlebih dulu."

Beberapa saat kemudian Anne melepaskan pelukannya pada tubuhku lalu mengusap rambutku dengan lembut. "Aku mengerti," Ia tersenyum padaku. "Apa kau mau makan malam? Jika ya, aku akan menghangatkannya lagi."

Aku menggeleng. "Tidak perlu, Anne. Dan tenang saja, aku sudah makan malam bersama temanku."

Anne kembali mengusap rambutku dan tersenyum. "Baiklah kalau begitu. Sekarang beristirahatlah aku tau kau pasti lelah. Oh tetapi jangan lupa kau harus membersihkan tubuhmu terlebih dulu."

Aku terkekeh lalu mengangguk. Anne kembali memelukku untuk yang kedua kali sebelum akhirnya menyuruhku pergi ke atas. Ah sialan, Anne selalu saja mengingatkanku pada Mom.

Aku melangkahan kedua kaki pada anak tangga untuk menuju kamar Harry. Berbicara soal Harry... lagi, pria itu masih belum menghubungiku. Ia bahkan tidak terlihat disekitar rumah ini. Entahlah, aku bahkan tidak mengerti apa yang dilakukanya. Kurasa aku mulai sedikit tidak peduli dengannya kali ini.

Atau mungkin lebih?

Mengingat apa yang telah dia lakukan tanpa sepengetahuanku. Harry bahkan tidak berusaha untuk menghubungiku atau apapun itu. Ia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri hingga melupakan fakta jika aku sekarang ada di sini. Itu membuatku muak dengan perilakunya.

Aku berhenti melangkah lalu berbalik ketika tiba-tiba mendengar suara pintu terbuka. Ah ya, itu dia. Pria itu datang dengan memakai kaus hitam sambil menggenggam erat ponselnya. Dan lihat ia bahkan masih sempat memainkan benda itu selama beberapa saat.

Bahkan sebelum aku kembali, aku masih berusaha menghubunginya. Namun, kurasa ia memang sengaja tidak menghidupkan ponselnya, bukan begitu? Oh tentu saja.

"Jane."

Dia baru saja menyadari keberadaanku. Menyadari hal itu, aku lantas bergerak cepat untuk menuju ke kamar. Aku tidak peduli jika kenyataannya itu adalah kamar miliknya. Aku hanya tidak ingin melihatnya untuk saat ini. Ia terlalu banyak mengecewakanku.

"Tidak, jangan bergerak! Jane!"

Aku tidak peduli dengan suaranya. Aku tetap meneruskan langkahku. Dan ketika aku hendak menyentuh gagang pintu kamar, tiba-tiba ia menarik lenganku membuatku tersentak seketika. Sialan, ia membuatku geram.

"Apa?!" jawabku hampir berteriak.

Harry menatapku bingung. "Aku mencari keberadaanmu sejak sore. Kau darimana saja?"

Aku tergelak. "Apa aku perlu memberitahumu kemana aku pergi?"

"Tentu saja, kau harus! Kau kekasihku!"

"Lalu? Apa aku harus peduli?"

Ia terdiam. Aku melihatnya menggeram menahan kekesalan. Aku tau, ia marah dengan perilakuku ini. Tetapi, jangan salahkan aku. Salahkan dirinya yang membuat seperti ini.

A.M 2 [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang