It isn't like you - Frances
"Vanilla latte dan cheese cake satu." kataku pada seorang pelayan yang ku ketahui bernama Hannah.
Ia tersenyum. "Ada tambahan lain?"
Aku menggeleng. "Tidak, terimakasih."
"Tolong tunggu beberapa menit," katanya. "Jika nona butuh sesuatu, nona bisa memanggil salah satu dari kami." Ia tersenyum.
Aku membalas senyumannya sebelum pelayan itu pergi menjauh. Setelah ia tak terlihat oleh penglihatanku, aku segera mengeluarkan ponselku dan menghubungi seseorang yang baru saja mengajakku untuk bertemu.
Hari ini setelah aku pulang dari toko dan mengantar Sam kembali, tidak sengaja aku bertemu dengan Kris di area depan rumah sakit. Kami hanya mengobrol sebentar, tetapi setelah itu ia memintaku untuk pergi ke kafe yang jaraknya tidak jauh dari rumah sakit ini, karena ingin mengobrol lebih banyak lagi denganku.
Awalnya aku ingin menolak, dengan alasan aku ingin segera pulang dan pergi tidur. Namun mengingat hari ini aku hanya berada dirumah seorang diri karena Mom dan Dad akan menghadiri pesta pernikahan milik teman mereka, jadi ku putuskan untuk menerima permintaannya.
Kris bilang ia akan sampai sekitar 10 menit lagi. Tetapi setelah aku mengecek waktu pada jam tanganku, ini bahkan sudah lebih dari 30 menit. Beruntung hari ini aku sedang dalam mood yang sangat baik, jika tidak mungkin aku sudah meninggalkannya.
Suara bel pintu menandakan seseorang datang membuatku mengalihkan pandanganku. Kris. Akhirnya ia datang.
Pria itu mencari keberadaanku. Baru setelah aku melambaikan tanganku padanya, ia tersenyum lalu segera berjalan menghampiriku. Kris masih memakai pakaian lengkap dengan stetoskop yang menggantung pada lehernya. Ia sangat pelupa, aku masih ingat kebiasaan buruknya itu.
Entahlah aku ingin memakinya, tetapi kurasa ini masih berada di tempat umum. Jadi, aku mengurungkan niatku untuk melakukannya.
"Apa kau menunggu lama?" tanya Kris setelah duduk pada bangku yang ada di hadapanku.
Aku tersenyum lalu meletakkan daguku pada kedua tanganku yang bertumpu pada meja. "Tidak terlalu lama," kataku walaupun sebenarnya tidak. "Oh, apa kau melupakan sesuatu, dokter Kris?"
Ia menatapku bingung. "Melupakan apa?"
Aku tidak menjawab dan hanya memandanginya dengan perasaan geli. Kris mengeryitkan dahinya sembari menatapku seolah meminta sebuah penjalasan. Oh, bagaimana bisa ia tidak menyadarinya sedikitpun?
"Jangan tatap aku seperti itu, Jane." katanya dengan kesal.
Aku menggeleng sembari tertawa kecil. "Apa kau baru saja melakukan praktek?"
"Ya, hari ini aku memeriksa anak kecil yang katanya—" Ia terdiam sebentar. Kris lalu menunduk untuk mengecek bagian depan tubuhnya. Aku kembali tertawa. "Ya Tuhan," gumamnya.
Menyadari hal itu, Kris segera melepaskan stetoskop pada lehernya dan juga jas putih miliknya. Kris lalu menyampirkan kedua benda tersebut pada bangku yang ia duduki. Aku menggelengkan kepalaku melihat tingkahnya. Astaga, pria ini.
"Aku terlalu terburu-buru hingga lupa melepas mereka berdua," katanya. Aku kembali tertawa. Kris meletakkan kedua tangannya ke atas meja dan menggerakkan tubuhnya ke depan. "Jadi, bagaimana kabarmu?"
Aku memutarkan mataku. "Kita baru saja bertemu, Kris."
"Oh ayolah, hanya berbasa-basi sedikit tidak masalah, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M 2 [H.S]
Fanfic"Hanya satu yang selalu ku harapkan yaitu, semoga kaulah yang menjadi alasan dari setiap kebahagiaanku." [The second book of A.M] ©2016 by helladss