40

1K 131 16
                                    

Young Wild and Free - Snoop Dogg, Wiz Khalifa ft Bruno Mars

Alunan musik keras mulai menyapaku ketika aku memasukki sebuah club yang paling terkenal di Los Angeles. –itulah namanya. Club ini sangat terkenal sejak aku masih duduk di bangku sekolah. Bahkan pernah saat itu salah satu temanku—dan juga Harry—mengadakan pesta di tempat ini. Namun, Harry melarangku datang saat itu.

Alex berjalan berada di depanku sambil terus menggenggam tanganku untuk mengantisipasi agar aku tidak tertinggal di belakangnya. Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai jika ia melakukan hal ini padaku, karena jujur—aku bahkan lebih baik tertinggal dan menghilang di antara orang-orang ini daripada harus bersamanya.

Oh lagipula, jika Alex bukanlah anak dari teman Dad yang mau membantunya menyelesaikan masalah hutang itu, aku tidak mungkin akan berada di sini hingga—mungkin—larut malam.

Ia kemudian menuntunku saat kami ingin menaiki anak tangga. Karena seperti yang dikatakan Alex sebelumnya saat di mobil, sahabatnya itu mengadakan pesta di lantai dua dan menyewa seluruh perlengkapan yang ada di sana.

Itu gila.

Aku menundukkan kepalaku ketika beberapa orang menatap kami saat baru saja berada di tempat itu. Mereka bahkan secara bergantian terus mengarahkan pandangannya ke arah kami—terutama diriku sambil berbisik. Mungkin mereka menganggap bahwa aku adalah orang asing yang baru saja memasuki kubu mereka.

Alex melepaskan genggamannya saat seseorang baru saja menyapanya. Aku langsung bergerak mundur beberapa langkah dan terdiam selama beberapa saat ketika keduanya mulai tertawa bersama. Sebenarnya aku tidak terlalu mengerti apa yang mereka bicarakan, karena hal itulah aku lebih memilih untuk mengalihkan pandanganku ke arah lain.

Untuk beberapa saat aku mulai merasa tidak merasa nyaman dengan suasana yang ada. Alunan musik yang keras, botol-botol minuman yang tergeletak di atas meja, suara tawaan akibat lelucon kotor yang dilontarkan, atau yang paling parah bercumbu di atas sofa maupun di sudut ruangan.

Kupikir ini masih hal wajar saja terjadi di tempat semacam ini. Namun, itu tidak berlaku bagiku. Maksudku, tidakkah mereka bisa mencari tempat yang lebih tertutup? Untuk sebagian orang mungkin itu bukanlah masalah besar, tetapi tidak denganku. Aku hanya tidak terbiasa melihat hal-hal semacam ini.

"Jane,"

Aku menengok ketika Alex baru saja memanggilku. Ia memberiku semacam isyarat untuk menyuruhku mendekat. Sebelum aku bergerak ke sana, aku menghela napas sebantar dan terus berharap jika ini hanya semacam mimpi, bukanlah hal nyata yang sedang ku lakukan.

Tepat setelah aku mendekat ke arahnya, tiba-tiba Alex langsung melingkarkan salah satu tangannya di pinggangku. Dan secara spontan, aku langsung bergerak guna melepaskannya. Tetapi, itu gagal untuk dilakukan karena semakin banyak aku bergerak maka tangannya semakin kuat berada di sekitaranku.

Aku menghela napas. "Bisakah kau lepaskan itu?" bisikku.

Alex menggeleng dan justru mencolek daguku sambil berkata, "Jake, perkenalkan ini Jane," pada sahabatnya. Aku mau tak mau kembali mengalihkan pandanganku dan tersenyum dengan canggung ke arah sahabat pria aneh ini. "Dan Jane, ini Jake sahabatku. Seseorang yang menyewa tempat ini."

Jake terkekeh. Tak berlangsung lama tiba-tiba ia mengulurkan tangannya padaku dan tersenyum. "Jake," katanya sambil mengenalkan diri. "Senang bertemu denganmu."

Aku membalas jabatannya. "Jane."

"Nama kita hampir mirip, bukan begitu?" katanya sambil menaruh nada humor dalam perkataannya.

Aku mengangguk pelan dan tidak menjawab apapun. Aku bahkan tidak tertawa, meskipun ia masih saja terkekeh pelan.

"Baiklah, kurasa aku harus pergi sebentar. Semoga kalian menikmati pestanya."

A.M 2 [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang