06

2K 205 7
                                    

Hari ini aku dan Harry memutuskan untuk pergi berjalan-jalan bekeliling kota dan mengunjungi tempat-tempat yang sering kami datangi ketika masih kecil. Seperti sekolah, taman, dan tempat persembunyian Harry ketika sedang kabur dari rumah. Sebenarnya, ini adalah usulan dari Harry. Ia berkata jika sangat merindukan tempat-tempat itu.

Ya, dulu kami berdua memang tinggal di kota Los Angeles. Rumah Harry berada tepat di samping kanan rumahku yang saat ini ku tinggali. Tetapi setelah kejadian orang tua Harry bercerai, rumah itu akhirnya dijual. Anne memilih pindah ke Inggris dan Gemma ikut bersamanya, sedangkan Harry yang seharusnya ikut ayahnya memilih untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen.

Baru setelah kami lulus sekolah, Harry mengajakku kuliah di luar kota dan tentu saja memintaku untuk tinggal bersamanya dengan alasan ia mulai jenuh dengan kota ini.

Kurasa cuaca sedang mendukung keinginan Harry saat ini, jadi setelah menyelesaikan sarapan, Harry dengan semangatnya berkata padaku, "Kita harus pergi ke sana setelah ini, tetapi tidak dengan mobil ataupun transportasi umum. Artinya kita harus berjalan kaki." Awalnya aku hampir saja menolak perkataannya itu. Namun, aku mengingat jika jarak semua tempat itu tak terlalu jauh dari rumahku, jadi dengan mudahnya aku berkata, "Ya."

Aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku mantel yang ku gunakan sambil mengamati Harry yang berjalan lebih mendahuluiku. Bukan karena jalanku yang terlalu lama, melainkan aku memang sengaja memperlambat langkahku hanya untuk membiarkannya menikmati pemandangan yang sedang ia amati.

Terkadang ia tersenyum layaknya seorang idiot ketika sedang mengamati bangunan-bangunan yang ada di samping kirinya atau terkadang pula ia berbalik menghadapku dan menyuruhku untuk berjalan lebih cepat, lalu ketika aku sudah berada di dekatnya ia mulai bercerita padaku tentang peristiwa yang di alaminya di tempat yang ia tunjukkan padaku. Walaupun ada beberapa yang telah ku ketahui dari ceritanya itu, tetapi aku tak pernah bosan mendengar apa yang ia katakan.

Seperti ini misalnya, Harry mengajakku ke sebuah gang sempit dekat sekolah kami. Ia berkata jika, itu adalah tempat dimana ia berkelahi untuk pertama kalinya. Dan orang yang ia lawan adalah Alex. Sebenarnya Alex adalah teman satu angkatanku dan juga Harry, tentunya, ketika kami masih duduk di bangku SMP kelas 2.

Harry menjelaskan bahwa saat itu ia tak terima jika Alex menyukaiku dan memaksanya untuk menjauh dariku. Menurutku itu sedikit konyol, maksudku mereka bertengkar hanya karena diriku. Oh itu tidak lucu sama sekali. Dan Harry juga berkata, jika Alex yang mengajaknya berkelahi. Awalnya ia tak mau menerima itu, tetapi setelah ia mendapat pukulan bertubi-tubi dari Alex, Harry baru membalas pukulannya. Dan ya, semuanya terjadi.

"Oh, aku membenci kejadian itu," ujarnya sambil menggelengkan kepala lalu menuntunku untuk kembali melanjutkan langkah kami.

"Mengapa aku tak pernah tau hal itu?" tanyaku menanggapi perkataannya. "Bukankah aku selalu pulang bersamamu?"

"Kau izin saat itu," jawabnya. "Oh sial, aku bahkan masih mengingat hal sekecil itu."

Aku mengangguk mengerti dan tersenyum kecil ke arahnya. Kami kembali berjalan menyusuri jalanan ini, tak peduli dengan tatapan orang lain yang memandang kami dengan sinis. Atau lebih tepatnya memandangku. Mungkin mereka berpikir, bagaimana bisa seorang CEO bernama Harry Styles yang terkenal tampan dan juga baik menghabiskan waktu dengan gadis sepertiku?

Tetapi, oh sial, aku masa bodoh dengan hal itu. Lagipula, ia memang milikku. Jadi apa masalahnya jika Harry menghabiskan waktu denganku?

"Jangan pedulikan mereka," katanya membuatku mendongakkan kepalaku menatap tepat di kedua manik matanya yang berwar hijau. Apa ia tau apa yang ku pikirkan? "Mereka hanya iri padamu, karena kau bisa dengan mudahnya memelukku seperti ini atau lebih tepatnya menghabiskan waktu dengan tuan CEO yang tampan sepertiku."

A.M 2 [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang