05

1.9K 221 34
                                    

I'm Yours - The Script

"Happy Anniversary yang ketiga tahun sayang."

Aku terdiam. Apa?

"Aku minta maaf, sebelumnya aku memang tidak bermaksud untuk membuatmu menangis. Lagipula, siapa yang mau memutuskan hubungan dengan seorang gadis paling baik sepertimu? Kurasa ia adalah orang terbodoh di muka bumi, jika berani melakukannya."

Aku masih belum berbicara, karena antara terkejut dan juga kembali mengingat perkataan Harry beberapa jam yang lalu. Oh sial, jadi ini rencananya? Membuatku menangis lalu datang kemari sambil membawa se-buket bunga dengan senyuman tolol itu? Dan oh ya Tuhan, mengapa aku lupa akan hal ini?

Tiba-tiba satu tetes airmata meluncur pada pipiku. Aku tak tau apakah aku merasa senang ataupun merasa sedih saat ini. Senang, tentu saja karena ia tiba-tiba datang dan bahkan mengingat hari jadi kami berdua yang aku sendiri melupakannya. Sedih, karena ia telah menyakitiku dengan buruk akibat perkataanya. Oh ya Tuhan, aku membenci pria aneh yang ada di hadapanku sekarang.

"Sayang?" Aku mendongakkan kepalaku ketika ia berusaha untuk memanggilku. Segera, aku menghapus sisa-sisa airmataku menggunakan punggung tanganku. "Apa aku benar-benar menyakitimu?"

Aku menggelengkan kepalaku secara spontan. Airmataku bahkan semakin lama semakin turun lebih deras ketika ia bertanya seperti itu padaku. Jika saja aku memiliki kekuatan untuk mengusirnya, mungkin ia tak akan berdiri di sini. Namun, aku tak tega, karena aku terlalu mencintainya. Dan aku membenci fakta itu.

"Apa kau masih marah?" Tentu saja, idiot. Siapa juga yang tidak marah karena ulahmu itu. Tetapi, aku justru menggelengkan kepalaku, jawaban yang justru bertolak belakang dengan perasaanku. "Jika ya, peluk aku sekarang."

Apa? Apa dia gila? Tak lama kemudian ia membuka kedua tangannya lebar-lebar untuk menyambutku dalam dekapannya sambil tersenyum. Senyuman itu adalah favoritku. Pelukan itu adalah tempat yabg selalu ku rindukan. Tidak, tidak. Aku tidak ingin semua itu.

Tetapi oh sial, mereka benar-benar menggodaku. Butuh beberapa detik bagiku untuk menerima itu semua, sebelum akhirnya aku berlari ke pelukannya sambil menangis. Antara sedih dan juga senang di saat yang bersamaan. Ya Tuhan, aku benar-benar merindukan dekapan ini dan juga merindukan wangi tubuhnya yang menusuk hidungku setelah sekian lama.

Ia membalas pelukanku sambil menggerakkannya ke arah kiri dan juga kanan, layaknya anak kecil. Aku bahkan merasakan bahwa ia juga mencium puncak kepalaku beberapa kali. Aku membenci dirnya karena atas perlakuan yang ia lakukan padaku.

"Apa kau merindukanku?"

Bodoh. Pertanyaan macam apa itu. Tentu saja, aku merindukannya.

"Jawab aku, Jane."

Aku justru menggelengkan kepalaku di dadanya dan semakin mengeratkan pelukanku padanya. Aku masih tak ingin berbicara, karena aku tau berbicara setelah menangis akan membuat suaraku terdengar lebih buruk. Sangat buruk.

Kami masih dalam posisi ini hampir lebih dari 10 menit. Dan aku tak ingin melepaskan pelukan sebelum akhirnya, aku mengingat sesuatu. Ia masih berdiri di depan pintu, sedangkan keadaan malam ini sangatlah dingin.

Aku berdehem kecil untuk mengatur suaraku lalu melepaskan pelukannya dan berkata, "Kita harus masuk," kataku membuat Harry tersenyum. "Udara dingin seperti ini sangat tidak baik, terlebih di malam hari."  Ia mengangguk dan tersenyum untuk kedua kalinya ke arahku.

Harry memberikan bunga itu padaku dan aku menerimanya dengan senang hati. Aku memiringkan tubuhku, memberi ia akses untuk masuk ke dalam lalu menutup pintu rumahku. Sebelum ia masuk, Harry masih menyempatkan untuk mencium bibirku secara singkat. Bukan sekali, melainkan tiga kali. "Jangan salahkan aku karena aku benar-benar merindukannya." katanya kemudian berlalu dariku.

A.M 2 [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang