12

1.4K 176 33
                                    

Supermarket flowers - Ed Sheeran

"Dan sayangnya, aku telah melakukannya."

Aku membulatkan mataku, ia tidak benar-benar melakukannya, bukan begitu?

"Apa?" tanyaku sambil menjauhkan daguku yang bertengger pada bahunya. Aku merubah posisiku menjadi berbalik, kedua tanganku kini ku gunakan menyangga kepalaku sambil menatapnya tidak percaya. "Kau bercanda?"

Ia menggeleng kecil lalu menghela nafas. "Aku serius, Jane."

Nafasku tertahan selama beberapa detik. Aku tau ini pasti leluconnya. Sekali lagi aku bertanya dalam hati untuk memastikan, ia tidak benar-benar melakukannya, benar?

Aku hanya menggeleng, masih tidak percaya dengan apa yang ia katakan. Aku kembali merubah posisi tubuhku, kali ini menjadi duduk. Harry akhirnya menurunkan kedua kakinya yang sebelumnya diluruskan ke tembok dan sekarang mengikuti posisi yang ku lakukan. Ia menatapku dengan penuh keyakinan bahwa apa yang ia katakan tersebut memang benar.

Namun lagi-lagi aku menggelengkan kepala, mengelak semua kenyataan itu, walaupun ia sudah berusaha meyakinkanku. "Tidak," elakku sambil berusaha untuk tertawa.

"Jane, kumohon-"

"Apa?" tanyaku menyela. "Aku tau kau sedang bercanda, Harry."

"Aku serius kali ini," katanya kembali meyakinkan. Aku terdiam. Oh sial, ini membuat jantungku berhenti berdetak selama sesaat. "Aku mela-"

Aku menutup kedua telingaku, tidak ingin mendengar kelanjutan dari perkataannya."Tidak," kataku sekali lagi mengelak. "Kumohon, jangan katakan apapun,"

Aku memejamkan mata, tiba-tiba aku merasakan udara yang ada disekitar perlahan namun pasti mulai menipis. Aku menahan rasa emosional yang ada di dalam dada, seperti ada sesuatu yang menggerogotinya dan membuat sebuah lubang raksasa di sana.

Yang lebih sialnya, aku tak bisa berhenti mengumpat dalam hati bahwa Harry adalah orang yang bodoh dan juga bajingan. Ya, kali ini aku berani mengatakannya bajingan karena bagaimana bisa ia dengan mudahnya mengakui jika sedang menjalin hubungan dengan gadis lain di hadapanku yang notabenenya adalah kekasihnya sendiri.

Aku tidak mengerti dengan pemikiran lelaki satu ini.

Demi Tuhan, aku yang sudah bersusah payah menahan tangis dan juga isakkan sejak tadi, tetapi dengan mudahnya mereka meluncur satu persatu. Aku masih tidak habis fikir, mengapa ia berani melakukan hal itu padaku. Apa Harry sudah tidak mencintaiku sama seperti yang selalu ku lakukan? Apa ia sudah menemukan gadis yang diinginkannya?

Oh sial, jika itu memang benar, bagaimana sifat gadis itu? Apa ia jauh lebih cantik dariku? Apa gadis itu bisa mengerti keadaanmu seperti yang selalu ku lakukan? Apa ia bisa menjagamu seperti yang biasa ku lakukan? Apa gadis itu bisa menerima segala keadaanmu seperti yang kulakukan sejak dulu? Yang paling penting, apa gadis itu bisa membuatmu lebih bahagia dibandingkan yang selalu kulakukan?

Aku menghapus air mataku lalu segera beranjak turun dari kasur. Berada satu ruangan dengannya semakin lama membuat hatiku terasa seperti tergores. Harry mencoba menggapai lenganku, menahan kepergianku. Namun, aku segera menepisnya dengan keras.

"Jangan sentuh aku!" sentakku. Ia menatapku dengan tatapan sedih dan juga kecewa. "Menjauh dariku!"

"Kumohon, aku akan menje-"

"Menjelaskan apa?" suaraku mulai meninggi. "Menjelaskan bahwa kau selama ini menjalin hubungan dengan gadis itu? Dan oh, sudah berapa lama kau berhubungan dengannya, Harry?"

Harry terdiam sejenak, "Dengarkan aku. Aku mela-"

Aku menggeleng dengan cepat. "Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?" tanyaku secara terang-terangan. Sialan, menanyakan hal ini padanya membuatku tak bisa menahan isakan yang keluar dari mulutku.

A.M 2 [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang