Lost - Bruno Mars
Aku menarik rambutku dengan keras sambil terus menyalahkan diriku sendiri. Sialan, ini sangat rumit. Kurasa untuk kali ini, aku benar-benar sulit mendapatkan kata maaf dari Jane. Ia sudah sangat kecewa padaku dan aku tidak tau harus menggunakan cara apalagi agar gadis itu nantinya mau menerimaku lagi.
Avery baru saja pergi dan aku masih terdiam di tempat. Bahkan untuk mengajak Jane bicara saat ini, aku tidak berani. Tidak, aku tidak takut. Hanya saja aku tidak bisa melihatnya menangis dihadapanku. Terlebih jika alasannya menangis adalah aku.
Aku mengusap wajahku lalu lagi-lagi menarik rambutku dengan keras. Kupikir setelah kami kembali kemari semuanya akan baik-baik saja. Kukira kami akan menghabiskan waktu semalaman dengan bercerita atau hanya sekedar menonton televisi dengan acara yang membosankan dengan Jane selalu berada di sampingku.
Namun, kenyataan yang yang terjadi justru seperti ini. Avery datang dengan membawa segudang masalah, lalu Jane menangis karena ulahku,dan kini aku hanya diam ditempat sambil terus meruntuki kesalahanku.
Aku benar-benar telah menghancurkan 3 tahun kebersamaan kami. Waktu-waktu berharga yang kami lakukan seolah sirna akibat perilaku burukku. Persetan, aku telah menghancurkan semuanya.
Aku mendengar suara seperti dentuman keras. Suaranya berasal dari dalam kamarku. Aku buru-buru berlari menuju ke ruangan itu untuk mencari tau apa yang terjadi di sana. Pintu kamar masih tertutup rapat. Kurasa Jane ada di dalam sana.
Aku memutar gagang pintu, beruntung Jane tidak menguncinya. Aku membulatkan kedua mataku ketika melihat apa yang yang terjadi dengan gadis itu. Astaga, apa yang baru saja ia lakukan hingga seperti ini? Dengan cepat, aku membantunya untuk berdiri.
Pada bagian keningnya terdapat sebuah lebam dan pelipisnya ada luka hingga mengeluarkan darah. Demi Tuhan, mengapa ia begitu ceroboh untuk menjaga dirinya sendiri?
Aku berusaha menyentuh keningnya, tetapi Jane dengan cepat menepis tanganku. Ia lalu mendorong tubuhku seolah menyuruhku untuk menjauh. Ya, kuakui aku memang berhak mendapat perilaku semacam itu. Mengingat apa yang kulakukan memanglah tidak sebanding dengan apa yang dilakukannya padaku itu.
"Apa yang baru saja kau lakukan hingga seperti itu?" tanyaku.
Jane membalikkan tubuhnya lalu menyambar tasnya yang berada di atas. "Bukan urusanmu." jawabnya dingin.
Ia lalu bergerak meninggalkan kamar. Aku mengikutinya dari belakang dengan cepat dan memperhatikkan seluruh gerakan yang dilakukannya. Jane kemudian bergerak menuju ruang tengah untuk mengambil ponselnya. Setelah itu, ia berjalan menuju arah pintu depan untuk memakai sepatunya.
Tidak-tidak, ia tidak boleh pergi. Jane harus tetap di sini.
Aku buru-buru bergerak menuju arah pintu depan dan menghalangi untuk pergi. Sudah ku bilang Jane tidak boleh pergi. Aku tau, aku memang egois. Aku baru saja menyakitinya lalu menginginkannya untuk tetap tinggal. Tentu saja, Jane tidak akan mau. Namun, aku tidak peduli.
"Menetaplah di sini selama satu malam," pintaku. "Aku akan menjelaskan semuanya."
Ia berhenti bergerak. Jane lalu menoleh untuk menatapku. Sialan, air matanya justru mengalir sekarang. Tidak, aku tidak bisa melihatnya seperti ini.
"Menjelaskan?" Jane tergelak. Demi Tuhan, aku benar-benar mengutuk diriku dengan keras sekarang akibat perilaku yang telah kuperbuat padanya. "Berhenti bersikap seolah-olah kau bisa membuat semuanya lebih baik!"
"Aku bisa, jika kau mau mendengarkan penjelasanku terlebih dulu."
"Kau tidak bisa!" Ia mulai meninggikan suaranya. "Apa aku butuh sebuah penjelasan, di saat seseorang baru saja menjelaskan tentang segalanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M 2 [H.S]
Fanfiction"Hanya satu yang selalu ku harapkan yaitu, semoga kaulah yang menjadi alasan dari setiap kebahagiaanku." [The second book of A.M] ©2016 by helladss