30

1.2K 167 41
                                    

Try - Pink

- Jane Evans -

Aku tersenyum lebar ketika melihat Dad yang sedang berdiri tak jauh dariku sambil melipatkan kedua tangan. Ia menatap ke arah sekitar dengan penuh keseriusan seolah mencari keberadaanku. Menyadari hal itu aku segera menarik lengan Luna untuk mendekat ke arah Dad.

"Astaga, Jane! Pelan-pelan!" peringat Luna.

Aku hanya terkekeh, mendengarnya. Gadis ini tidak mengerti jika aku benar-benar merindukan keluargaku saat ini. Merindukan segala yang kupunya di kota ini. Lagipula hanya sahabat dan keluargaku yang kumiliki saat ini, tidak ada yang lain. Jadi, apa aku salah jika bersikap seperti ini?

Kurasa tidak.

Aku menyuruh Luna untuk bergerak lebih cepat agar Dad nantinya tidak mati kebosanan di sana. Sebenarnya aku dan Luna bisa saja kembai ke rumahku menggunakan taksi atau transportasi umum lainnya, tetapi Dad tiba-tiba menghubungiku ketika aku baru saja sampai.

Dan yang lebih mengejutkan adalah Dad sudah menanti kedatanganku sejak dua jam sebelum kami sampai. Bukankah ia terlampau baik padaku?

"Dad!" panggilku ketika aku hampir berada dekat dengannya.

Dad langsung menengokkan kepalanya ke belakang lalu tersenyum dengan lebar sesaat setelah menyadari keberaanku. Sontak aku langsung berlari layaknya anak kecil yang baru saja menemui ayahnya setelah pulang sekolah.

Aku bahkan meninggalkan Luna yang masih berada di belakangku. Demi Tuhan, tidak ada lima hari aku meninggalkan Dad, tetapi aku benar-benar telah merindukannya.

Mungkin ini akibat dari.. oh, tidak jangan ingatkan lagi tentang kejadian itu.

Aku memeluk tubuh Dad dengan begitu erat. Dad membalas pelukanku sambil terus mengusap rambutku dengan lembut. Sialan, aku ingin menangis. Tidak, kali ini bukan karena aku yang terlalu merindukannya, melainkan mengingatkanku pada pria itu,

Dad pasti akan marah besar jika aku menceritakan seluruh kejadian buruk itu padanya sekarang.

"Aku merasa kau lebih tinggi dari terakhir kali kita bertemu," gurau Dad. Aku hanya terkekeh lalu menggeleng kecil. "Bagaimana kabarmu, sayang?"

Dad melepaskan pelukan kami kemudian menyentuh kedua bahuku. Aku tersenyum senang. "Aku baik," jawabku. Sebenarnya aku tidak yakin dengan jawaban itu. "Dad tau, aku sangat senang ketika Mom menghubungiku dan menyuruhku untuk kembali. Bukan karena aku tidak senang saat berada di London, hanya saja aku sangat merindukan kalian."

Tiba-tiba senyum Dad sedikit memudar. "Kami juga merindukanmu saat tidak dirumah," jawab Dad. Bahkan nada bicaranya tidak seantusias sebelumnya. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Dad, ada apa?" tanyaku dengan nada pelan.

Dad menghela nafas lalu menggeleng. "Kita bicarakan ini nanti," kata Dad.

Aku mengangguk pelan. Tepat pada saat itu, seseorang menepuk pundakku yang mana membuatku menengok. Luna, tentu saja. Dan sialnya, aku bahkan lupa jika ia datang bersamaku.

"Kau meninggalkanku," katanya. "Sialan."

Aku lalu terkekeh. "Maaf," jawabku. Aku lalu mengajak Luna untuk maju beberapa langkah. "Dad ini Luna, sahabatku sejak kuliah. Dan Luna ini Dad, ayahku." Kataku memperkenalkan Luna pada Dad begitupun sebaliknya.

"Luna," katanya.

"James, panggil aku James. Jangan memanggilku tuan, terkadang aku membenci panggilan itu. Seakan-akan aku sangatlah tua."

A.M 2 [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang