Smile - Uncle Kracker
Setelah menyiapkan sarapan, aku kembali berjalan menuju kamarku untuk membangunkan Harry. Aku masih tidak mengerti dengan anak itu. Semalam ia memintaku untuk membangunkannya tepat pukul 7 pagi karena satu jam lagi ia akan menghadiri rapat penting.
Namun, kenyataan yang terjadi adalah Harry masih enggan bangun dari kasurku walaupun aku telah membangunkannya mulai dari cara halus hingga kasar. Dan sialnya, ia malah melempariku dengan bantal. Mau tak mau, aku hanya membiarkannya kembali tidur. Lebih baik, aku menyiapkan sarapan terlebih dahulu daripada harus memaksanya untuk bangun.
Aku membuka pintu kamar sambil menghela nafas lega. Harry sudah tidak ada, itu berarti ia sedang mandi, terdengar dari suara percikan air dari dalam kamar mandi. Satu hal yang tak ku sukai dari Harry sejak dulu adalah ia tak mau kembali melipat selimut ataupun merapikan bantal sebelum menuju ke kamar mandi. Jadi, mau tak mau aku harus membereskan semuanya.
Suara pintu terbuka mengalihkan pandanganku sejenak ketika aku baru saja melipat selimut. Ah, ia sudah selesai rupanya.
"Apa?" katanya. Aku hanya menggeleng.
Setelah selesai, aku mengambil ponselku dan memasukkannya ke dalam saku celana dan bergerak menuju lemari pakaian untuk membantunya. Harry memang sejak kemarin telah memasukkan semua baju yang ia bawa ke dalam lemari milikku. Aku meletakkan beberapa pakaian ke atas kasurku lalu menutup pintu lemari dan menguncinya.
"Apa kau mau ikut?" tanyanya membuatku menoleh. Apa dia bilang?
"Tidak," kataku lalu menggeleng. "Lagi pula untuk apa aku harus ke sana?"
"Menemaniku, tentu saja."
"Oh tidak, terima kasih," jawabku dengan cepat.
Ia hanya mengangguk kecil lalu memakai kaus hitam kesayangannya dengan cepat. Memang Harry sedari tadi bergerak cepat, tetapi tidak soal menyisir rambut. Aku tak tau mengapa ia harus membutuhkan waktu yang cukup lama ketika melakukan hal itu.
Aku yang berdiri memandanginya akhirnya merasa gemas, lalu mengambil alih sisir yang ia pegang dan membantunya merapikan rambut. Awalnya ia menolak, tetapi setelah aku memaksa akhirnya ia menurut.
Dan sedari tadi Harry menggelengkan kepalanya membuatku sesekali berhenti bergerak lalu melanjutkannya. Sebenarnya itu membuatku marah, tetapi setelah melihat ekspresinya yang seperti anak kecil, aku mengurungkan niatku dan hanya ikut menggelengkan kepala.
"Sudah selesai," kataku kemudian meletakkan sisir tersebut ke atas meja. "Jangan sentuh rambutmu." perintahku.
Kebiasaan yang menyerang Harry akhir-akhir ini. Ia pernah berkata padaku, jika ia sedang mengacak rambutnya lalu menaikkannya ke atas Harry merasa lebih tampan dua kali lipat. Aku memang tak menyalahkan perkataannya itu, tetapi oh jika ia melakukannya sekarang, itu sama saja merusak hasil karyaku.
Hampir saja Harry memegang rambutnya ketika sedang berkaca di cermin. Jika saja aku tak memperhatikkan setiap tingkah lakunya tadi. "Sudah ku bilang, jangan menyentuhnya!"
"Aku tidak menyentuhnya," katanya lalu berbalik.
"Tetapi, aku melihatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M 2 [H.S]
Fiksi Penggemar"Hanya satu yang selalu ku harapkan yaitu, semoga kaulah yang menjadi alasan dari setiap kebahagiaanku." [The second book of A.M] ©2016 by helladss