28

1.3K 180 69
                                    


- Jane Evans -

"Tunggu sebentar!" ucap Anne ketika aku baru saja memasukkan beberapa barang ke dalam bagasi mobil milik Gemma. Aku berbalik lalu menatap Anne yang berlari masuk ke rumah. Apa ada sesuatu yang tertinggal di dalam?, batinku.

"Oh ayolah, Mom! Jane bisa terlambat!" teriak Gemma.

Aku hanya tertawa. Sebenarnya aku masih memiliki waktu dua jam lagi. Tetapi seperti yang telah ku janjikan pada Harry kemarin, aku akan mengunjunginya. Jadi, aku akan mengahabiskan waktuku beberapa menit dengan Harry sebelum akhirnya pergi meninggalkannya.

Mengingat kejadian semalam, aku benar-benar tak ingin membicarakannya terlalu banyak. Harry telah menghancurkkan hingga berkeping-keping. Bahkan ketika ia menangis dihadapanku, aku sangat ingin memeluknya. Benar-benar ingin membuatnya berhenti melakukan itu. Namun, aku tidak bisa.

Dia terlalu banyak mengecewakanku, bagaimana mungkin aku bisa semudah itu memaafkannya? Harry juga telah menyakiti dan juga membohongiku terlalu banyak. Aku bahkan mempercayai apapun yang dilakukannya, tetapi ia memang menyalahgunakan kepercayaanku.

Kupikir aku bisa memahami jika Harry merasa jenuh dan bosan denganku. Tetapi setidaknya, ia harus memberitahuku. Sama seperti yang pernah kulakukan dulu. Namun, Harry tidak melakukannya. Ia justru menjalin hubungan dengan gadis lain dan mengatakan jika aku adalah adiknya.

Terkadang aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Harry adalah pria yang tidak mudah untuk ditebak seperti pria lainnya. Dan aku membenci kenyataan itu.

Semalam setelah aku meninggalkan apartemennya, aku menghubungi Luna. Kupikir lebih baik aku menemui sahabatku terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah Gemma. Dan ketika aku bertemu dengan Luna, aku langsung menceritakan semuanya pada gadis itu.

Awalnya ia tidak percaya dengan apa yang kukatakan karena ia pikir Harry sudah berubah dan menjadi pria yang baik. Aku tidak menyalahkan jika Luna berpikir demikian pada Harry, tetapi aku memintanya untuk tidak terus menyalahkan Harry. Ini bukan salahnya melainkan salah kami.

Seharusnya aku dan Harry tidak mengambil kesempatan itu sejak awal. Kupikir saat itu kami terlalu cepat mengambil keputusan untuk bersama. Namun, aku juga tidak bisa menyalahkan keputusan itu. Kami yang menginginkannya dan kami juga harus mengambil resikonya.

Dan sejak pertemuan kami semalam, Luna memutuskan untuk ikut pulang bersamaku. Sebenarnya, aku tidak ingin ia melakukan itu. Namun, Luna memaksa. Luna juga beralasan ingin mengunjungi rumah orang tuanya yang ada di LA, jadi tentu saja aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kau yakin, ingin kembali hari ini?"

Aku mengangkat kepalaku untuk menatap Gemma yang sedang duduk di anak tangga. Aku bahkan baru menyadari jika ia berpindah tempat. "Mom yang memintaku kembali cepat, Gem."

Dan aku juga tidak ingin terus berada di dekat Harry.

Gemma mengangguk. "Jadi, kau ingin pergi ke kantor Harry sebelum pulang?"

"Ada sesuatu yang harus kami bicarakan," jawabku sambil tersenyum.

"Apa itu sangat penting?"

"Kurasa begitu," jawabku. "Mengapa kau bertanya seperti itu?"

Gemma menggeleng. "Hanya ingin bertanya saja. Lagipula jika itu sangat penting, aku akan tetap menunggu di mobil hingga selesai."

"Kau bisa ikut bersamaku jika kau mau."

"Tidak, aku tidak mau," jawabnya dengan cepat. "Aku tidak ingin kembali dilupakan seperti waktu itu."

Aku hanya terkekeh. Ternyata Gemma masih mengingatnya. Saat itu, aku pernah mengajaknya ikut pergi ke kantor Harry. Namun selama kami ada di sana, aku terlalu banyak menghabiskan waktu dengan Harry dan melupakan Gemma. Ia bahkan pergi meninggalkan tempat tanpa memberitahuku maupun Harry.

A.M 2 [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang