Tatapan mata Joanne tertuju lurus pada map yang terbuka di hadapannya namun tatapan matanya tidak bergerak sejak beberapa saat lalu.
Pikirannya melayang kepada kejadian malam kemarin di tempat pesta. Joanne menghela nafas dan memejamkan matanya kuat-kuat mencoba mengusir sesuatu saat ia mengingat tentang pertemuannya kembali dengan Harvey setelah sekian lama.
Harvey tidak pernah berubah, selalu santai dan berkebalikan dengan Joanne. Kariernya bagus dan ia sudah menjadi seorang arsitek senior yang berpengaruh di luar sana dan syukurlah, pria itu sudah menjadi lebih baik.
Joanne tidak bisa menahan senyumnya saat Senorita Diyosa menceritakan tentang anak laki-lakinya itu, wanita itu tidak tahu bahwa Joanne dan Harvey saling mengenal satu sama lain sebelumnya.
Suara ketukan pintu membuat Joanne mengangkat kepalanya, menatap pada ujung ruangannya dimana pintu berada. Tidak berapa lama kemudian tampak seorang perempuan muncul dari balik pintu tersebut.
"Sheila?" Joanne memanggil nama perempuan yang merupakan karyawannya itu.
"Ada tamu yang ingin bertemu dengan anda di luar sana, Bu." Kata Sheila, memberitahu Joanne.
"Tamu? Siapa?"
"Saya rasa itu adalah Harvey Dominique Diyosa, putra sulung dari Senorita Diyosa, Bu." Ucap Sheila dengan suara yang jauh lebih pelan kepada Joanne.
Harvey datang ke tempatnya?
Joanne bertanya di dalam hati.
Mendengar nama itu sontak Joanne mengerutkan keningnya dan menutup map yang ada di hadapannya, berdiri dari kursi kerjanya.
"Dia ada dimana, Shei?" Tanya Joanne kepada Sheila sambil merapikan mejanya.
"Ada di depan, Bu." Jawab Sheila.
Kedatangan Harvey di tokonya membuat Joanne bertanya-tanya, ada apa pria itu datang ke tokonya? Dan juga cukup mengejutkan pria itu tahu dimana letak tokonya. Tapi mungkin saja Harvey bisa bertanya kepada seseorang.
Joanne keluar dari ruangannya, mendapati Harvey memang ada di luar sana, mengamati koleksi baju pria yang tersusun dan beberapa dikenakan oleh patung mannequin pria yang di pajang berdiri di sana.
Suara langkah Joanne mengalihkan perhatian Harvey. Pria itu menoleh dan mendapati Joanne yang tengah melangkah mendekat ke arahnya.
"Hai, J." Harvey menyapa Joanne terlebih dahulu.
"Hai?" Joanne membalas dengan senyum miring lalu bertanya, "Ada apa?"
"Aku datang untuk melihat-lihat," Kata Harvey dengan senyum di wajahnya. "Dan juga aku ingin meminta kamu merancang sesuatu."
Joanne bergumam pelan mendengar penjelasan singkat Harvey.
"Merancang baju? Untuk kamu?" Tanya Joanne kenapa Harvey dan ekspresinya wajahnya tampak berubah tertarik.
Harvey menggeleng pelan dan tersenyum sambil berkata, "Aku menginginkan kamu untuk merancang sebuah gaun pengantin, J. "
Joanne tidak tahu harus merasa seperti apa saat ini. Permintaan Harvey membuat Joanne tertegun dan bergeming selama beberapa saat.
"Gaun pengantin?" Joanne mengulang bertanya seperti orang bodoh.
Harvey mengangguk pelan, tatapan matanya tidak terbaca oleh Joanne dan Joanne menolak untuk bertanya lebih jauh dan perempuan itu kembali kepada percakapan tentang pekerjaan untuknya.
"Ingin model yang seperti apa?" Tanya Joanne, menekan lidahnya setelah ia bertanya.
Harvey mengusap dagunya pelan. "Sebenarnya aku tidak mengtahui apa pun tentang modelnya seperti apa dan aku berharap kamu punya ide atau mungkin beberapa fotonya?"