69 ■ soixante-neuf.

6.5K 724 15
                                    

Find me on ig : michellenwu

Joanne menuruni tangga yang melingkar turun ke lantai dasar rumahnya, ia baru bangun dan belum mandi. Joanne hanya mencuci muka dan menyikat giginya kemudian turun ke bawah untuk mencari makanan ringan untuk diisi ke dalam perutnya.

Joanne bisa mendengar suara peralatan dapur seperti pisau yang tengah bergerak memotong di atas talenan kayu. Joanne merasa lebih baik pagi ini dari pada yang sebelum-sebelumnya dimana ia menemukan keramaian di rumah ini.

Biasanya ia terbangun dengan keadaan sepi karena Darent sudah berangkat terlebih dahulu atau terkadang Joanne hanya menemukan Darent yang sedang menyeduh kopi dan meminumnya sambil berdiri sebelum akhirnya berangkat setelah berpamitan singkat dengan Joanne.

Saat memasuki bagian ruang makan, Joanne melihat Ezra yang duduk bersama Russel di sana, keduanya sedang menikmati kopi di pagi hari dan yang pertama kali menyadari ketangan Joanne adalah ayahnya yang terlihat langsung mengulas senyum di bibirnya setelah itu baru Ezra ikut menoleh kepada Joanne.

Masih sama seperti sebelumnya, Ezra tidak berubah dengan raut biasanya yang tidak menunjukan emosi apa pun di wajahnya sementara Russel menyapa putri bungsunya.

"Selamat pagi, Joanne."

Joanne mengambil langkah untuk mendekati Russel Tanaka dan mencium pipi pria itu kemudian membalas menyapa, "Selamat pagi, Pa."

Joanne sedikit melirik kepada Ezra yang hanya diam mengamati Joanne dan ayahnya.

"Selamat pagi, Kak."

Joanne memutuskan untuk menyapa Ezra dan pria itu hanya membalasnya dengan anggukan kepala yang pelan. Joanne sendiri mencoba untuk memaklumi reaksi Ezra kepadanya.

Bukankah pria itu memang selalu seperti itu?

Setelah Joanne menyapa pada kedua pria yang ada di ruang makan itu, Joanne beralih ke arah dapur karena ia mengetahui bahwa Elizabeth pasti sedang ada di sana dan tengah menyiapkan sarapan untuk mereka dan juga Joanne ingin mengambil air dingin untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering setelah bangun tidur.

Joanne menyapa kepada Elizabeth yang sedang sibuk di dapur bersama dengan salah seorang pelayan di sana yang tengah menyiapkan beberapa bahan untuk di masak.

"Selamat pagi, Ma."

Joanne mendekati kulkas dan meraih botol berisi air dingin, membuka tutupnya dan kemudian meneguk cairan yang ada di dalamnya hingga setengah dan Joanne menghela nafas panjang saat ia merasa seperti tidak tahu harus melakukan apa di saat yang bersamaan.

Joanne memundurkan langkahnya dari hadapan kulkas saat perempuan itu hendak menutup pintu kulkas namun langkahnya terhenti saat punggungnya menabrak sesuatu. Joanne menoleh dan bergumam maaf saat berpikir bahwa ia menabrak salah satu pelayan atau mungkin ibunya yang hendak mengambil sesuatu di dalam kulkas.

Namun gerakan mulutnya terhenti saat matanya mendapati siapa yang ditabraknya. Membuat Joanne nyaris menjatuhkan botol yang dipeganginya jika saja tangan kokoh itu tidak menyambutnya.

Joanne bahkan melihat sosok itu tersenyum dan kian melebar seiring Joanne mencoba untuk menjaga jarak.

Entah orang itu datang dari mana karena begitu Joanne memundurkan langkahnya ia menabraknya begitu saja dan Joanne nyaris berteriak karena terkejut, berpikir bahwa ia terlalu banyak membayangkan pria itu di dalam kepalanya.

"Hi."

Itu bukan suara Joanne karena perempuan itu yakin bahwa ia bahkan tidak bisa menggerakan lidahnya karena sengatan rasa terkejut. Mata bulatnya tidak berkedip atas apa yang dilihatnya.

Namun sekarang, apa yang pria itu lakukan di dapurnya?

Ini sedikit memalukan tampil seperti ini dengan wajah terkejut yang terlalu berlebihan karena sebelumnya Joanne yakin bahwa pria itu tidur di hotel.

Saat Joanne sudah bisa mengumpulkan keyakinannya bahwa yang berdiri di depannya benar-benar adalah Harvey Dominique Diyosa. Joanne mencoba untuk terlihat tenang meski ia sudah mengacaukan semuanya di awal.

Harvey sendiri memberi ruang bagi Joanne untuk bergerak dan pria itu kembali tersenyum manis dan bertanya, "Bagaimana tidurmu semalam?"

"Kamu seharusnya tidur di hotel."

Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Joanne setelah ia berhasil menutup pintu kulkas dan menatap kepada Harvey, perempuan itu bahkan tidak mendengar apa yang Harvey tanyakan kepadanya. Pikirannya terfokus kepada Harvey yang berada di hadapannya di saat pria itu seharusnya tidak ada di dapur rumahnya.

Harvey masih dengan senyum di wajahnya dan pria itu hanya menaikan kedua alisnya pertanda ia mengiyakan apa yang dikatakan oleh Joanne.

Joanne kembali berbisik kepada Harvey dengan ekspresi waspada.

"Untuk apa kamu datang ke rumahku pagi-pagi sekali?"

Harvey tidak menjawab, pria itu melewati Joanne dan membuka pintu kulkas dengan tatapan yang tidak teralih dari Joanne namun detik berikutnya, Harvey menatap ke dalam kulkas dan mengambil sesuatu dari dalam sana sebelum akhirnya pria itu menutup pintunya kembali dengan santai seakan itu adalah kulkasnya.

"Aku sedang membuat sarapan, J," jawab Harvey pada akhirnya.

Joanne menatap tidak percaya kepada Harvey setelah mendengar apa yang Harvey dengan raut wajah tenangnya kemudian pria itu berjalan meninggalkan Joanne dan mulai ikut membantu di dapur.

Apa yang dilakukan Harvey membuat Joanne menyipitkan matanya, ia melihat banyak hal aneh pagi ini. Bagaimana Harvey bisa selamat masuk ke dapurnya sementara ada Ezra dan ayahnya yang sedang di ruang makan?

Elizabeth yang tadinya berada di dapur kini entah pergi kemana dan menyisakan Joanne berdua dengan Harvey sementara pria itu mengurusi kompor dan panci yang ditinggalkan oleh ibunya.

Dan Joanne mengambil kesempatan ini untuk bertanya kepada Harvey.

"Katakan kepadaku, apa yang sedang kamu lakukan di sini, H?"

Harvey melirik sekilas kepada Joanne sebelum kembali kepada masakan yang ada di hadapannya. Joanne sendiri terlihat mulai kehilangan kesabarannya.

Membuat perempuan itu kembali membuka suaranya dengan nada yang terdengar kesal.

"Jawab pertanyaan aku, Harvey Dominique Diyosa."

"Aku sudah menjawabnya tadi, Joanne Limsya Tanaka."

Joanne tidak puas dengan apa yang dijawab oleh Harvey, perempuan itu mengeraskan rahangnya sedikit dan menatap Harvey dengan tatapan geram.

Joanne memutar bola matanya lalu berkata dengan nada sebal kepada Harvey.

"Membuat sarapan? Di dapur aku? Di rumah aku?"

Namun Harvey tidak menjawab pertanyaan beruntun dari Joanne, Harvey terlihat mulai mencicip masakan di hadapannya sebelum bergumam sesuatu yang tidak di mengerti oleh Joanne.

Sebelum akhirnya Harvey menoleh kepada Joanne.

"Kamu juga belum menjawab pertanyaan aku yang sebelumnya, Joanne Limsya Tanaka," kata Harvey dengan suara yang sedikit mengecil dari sebelumnya. "Bagaimana tidurmu semalam?"

Joanne mengigit bibir bawahnya, membalas menatap pada Harvey yang jauh lebih tinggi darinya.

"Aku yakin bahwa aku masih tertidur saat ini. Kamu tidak seharusnya ada di sini, di dapur rumah aku."

Harvey tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Joanne. Harvey berkata, "Kalau begitu aku merasa aku harus membangunkanmu."

Joanne masih melamun dan tatapannya tertuju kepada Harvey dengan bingung. Posisi itu membuat Harvey dengan mudah membungkukan tubuhnya dan kemudian mencium bibir Joanne sekilas.

Reaksi Joanne terlalu lambat atas apa yang dilakukan oleh Harvey karena ia bahkan belum sempat bersuaea saat Harvey kembali berkata dengan suara rendah.

"Selamat pagi, Joanne."

■ 100417 ■

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang