22 ■ vingt-deux.

11.1K 1.1K 14
                                    

"Harvey datang ke toko kamu tadi?"

Pertanyaan yang sudah pasti, Joanne baru pulang ke rumah setelah lewat pukul sepuluh malam dan pada saat itu pula, Darent sudah ada di rumah.

Kejutan untuk kedua kalinya bagi Joanne karena akhir-akhir ini Darent terlalu awal untuk berada di rumah. Pekerjaan Darent dengan jam yang tidak menentu membuat Darent terkadang pulang pada saat tengah malam dan bahkan terkadang subuh.

Namun sudah dua hari Joanne menemukan Darent pulang dengan begitu cepat. Tentu saja ia tidak akan menghitung hari kemarin.

"Ya." Joanne menanggapi pertanyaan Darent.

Ikut bergabung duduk bersama kakaknya itu di ruang tengah. Darent yang duduk di sofa tunggal sedangkan Joanne mengambil bagian kursi sofa yang lainnya, menjaga jarak sejauh mungkin dengan Darent.

Siap dengan apa yang akan dikatakan oleh Darent selanjutnya dan pertanyaannya sudah pasti.

"Apa yang Harvey lakukan di toko kamu, J?"

"Dia salah satu pelanggan aku." Jawab Joanne.

Sebelah alis Darent terangkat, mungkin sedikit terkejut oleh apa yang dikatakan Joanne. Saat ekspresinya kembali berubah menjadi yang lain, Joanne kembali berkata kepada Darent.

"Tidak ada alasan lain bukan?" Joanne bertanya kepada Darent atau mungkin kepada dirinya sendiri.

"Memang tidak," Balas Darent dengan nada acuh. "Tapi kenapa kamu? Ibunya sendiri adalah seorang designer."

Itu memang kenyataannya. Namun Joanne merasa tertohok saat mendengarnya, meski Joanne sendiri pun pernah bertanya seperti itu kepada dirinya.

Kenapa dirinya?

Kenapa Harvey menyuruhnya untuk merancang gaun pengantin itu? Kenapa bukan ibunya saja?

Seorang Senorita Diyosa tentu saka akan bisa melakukannya lebih baik dari pada Joanne.

Dan hal itu tidak mendapatkan jawaban hingga Joanne memikirkan tentang perkataan Ara bahwa mungkin Harvey akan menikahi perempuan yang tidak direstui.

Joanne tidak menemukan jawaban yang lainnya lagi.

"Mungkin dia mencoba untuk mempercayainya kepada aku?" Joanne mencoba untuk terdengar santai, meski pada kenyataannya ia tidak yakin dengan apa yang baru saja ia katakan.

"Bukan dia masalahnya. Tapi kamu, J. Seharusnya kamu menjaga jarak dengan Harvey. Kamu tahu sendiri apa yang sudah dia lakukan kepada kamu."

Joanne benci memasuki topik ini, perempuan itu menghela nafas. Menegakan bahu dan punggungnya lalu membalas kalimat Darent.

"Seriously, Darent. Kenapa kamu tidak pernah mendengarkan saat aku mengatakan bahwa itu bukan salah Harvey?"

"Semakin kamu melindungi Harvey, maka semakin kami tidak akan percaya, J."

"Aku tidak tengah mencoba untuk melindungi siapa pun di sini, Darent," Joanne mengerutkan keningnya dalam, mencoba untuk meyakinkan Darent. "Bukan salah Harvey, Darent. Bukan Harvey yang membuat pertunangannya batal."

Jauh di dalam dirinya, Joanne tidak ingin mengungkitnya lagi. Namun perempuan itu tidak tahan untuk tidak melakukannya.

"Lalu salah siapa, J?"

Joanne bergeming.

"Joanne. Jawab aku," Darent memanggil nama adiknya itu sedangkan Joanne masih bergeming. "Jika itu bukan salah Harvey lantas salah siapa?"

Hingga akhirnya Joanne berkata dengan suara yang terdengar penuh keyakinan namun di dalam dirinya sendiri, ia merasa takut dengan ucapannya barusan.

"Sudah sangat jelas, itu salah aku."

Ucapan Joanne seakan itu adalah sebuah aib yang membuat Darent menggeleng mendengar ucapan Joanne, ekspresi marah dan kekecewaan menggenang di atas sana. Serta gelengan itu mengingatkan Joanne kepada Ezra yang selalu melakukannya.

Darent memberi tatapan datarnya kepada Joanne, mengabaikan reaksi yang baru saja Darent tunjukan. Ini membuat Joanne sedikit menelan ludahnya.

"Kamu punya waktu lebih dari dua puluh empat jam untuk memikirkan kembali apa yang baru saja kamu katakan tadi," Kata Darent dengan nada suara tidak kalah datar dengan tatapannya. "Bersikap baik di depan Ezra atau kamu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."

"..."

Darent menatap penuh penilaian kepada Joanne, memikirkan sesuatu di dalam kepalanya sebelum akhirnya Darent menyerah, sejujurnya ada satu hal yang tidak Darent mengerti sejak dulu. Dari delapan tahun yang lalu hingga saat ini.

Dan akhirnya Darent sempat bertanya saat ini.

"Satu dari sekian banyak pria di luar sana. Kenapa harus selalu Harvey, J?"[]

■ 040117 ■

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang