66 ■ soixante-six.

6.8K 776 26
                                    

"Dimana Devent?"

Joanne menatap kenapa Harvey yang bertanya kepada Regina. Makan malam baru saja selesai dan Harvey segera menyusul Regina sebelum perempuan itu sempat menarik nafas lega karena ketegangan selama makan malam berlangsung.

Tatapan Regina terlihat cemas saat terarah kepada Joanne dan itu membuat Joanne sedikit mengigit bibir bawahnya.

Sedangkan Regina terlihat menarik nafas dalam dan matanya terpejam saat perempuan itu melakukannya. Saat Regina membuka matanya, Joanne bisa melihat kegelisahan yang kental di dalam mata indah milik perempuan itu.

"Bisakah kamu pergi?"

Joanne bisa merasakan getaran pada suara Regina meski perempuan itu mencoba untuk terdengar setegar dan setegas yang ia bisa.

"Regina, aku tidak akan bisa pergi sebelum kalian..."

Kalimat Harvey terhenti saat Regina tiba-tiba memundurkan langkahnya dengan tatapannya terlihat marah kepada Harvey dan Joanne melihat kedua tangan Regina mengepal di kedua sisi tubuhnya.

"Berhenti membicarakan hal yang tidak ingin aku dengar. Jangan mempersulit keadaannya karena aku baik-baik saja, Harvey."

Dan setelah mengatakan hal itu, Regina mengambil langkah cepat meninggalkan Joanne dan Harvey. Meski sangat singkat namun Joanne melihat Regina menatap kepadanya selama beberapa detik seakan ia hendak menyampaikan sesuatu.

Namun Joanne tidak bisa melakukan apa pun karena ia tidak tahu apa yang sedang terjadi di hadapannya barusan. Harvey sendiri hanya membiarkan Regina pergi tanpa mengatakan apa pun, Harvey tidak mengejar Regina yang meninggalkan mereka.

Sepeninggalan Regina dari taman, kini hanya menyisakan Joanne dan Harvey. Keduanya hanya diam dan Joanne terlihat canggung, ia tidak mengambil kesempatan untuk bersuara terlebih dahulu karena ia sendiri tidak tahu apa yang harus ia katakan terlebih dahulu.

Keheningan terjaga dengan begitu baik hingga sebuah gerakan tercipta dari Harvey yang membungkukan tubuhnya sedikit dan tanpa aba-aba pria itu langsung melingkarkan kedua tangan kokohnya di atas bahu Joanne dan membenamkan wajahnya di puncak kepala perempuan itu.

Apa yang dilakukan Harvey membuat wajah Joanne menempel pada dada bidang milik pria itu dan itu membuat Joanne bisa merasakan serta mendengar suara deru nafas Harvey yang tenang namun sedikit cepat untuk ukuran normal dan kemudian Joanne mendengar Harvey menggumamkan sesuatu dengan suara yang amat sangat pelan.

"J, maaf."

Kemudian Joanne bisa merasakan tangan Harvey yang semakin mengerat kepadanya.

"Seharusnya aku mendatangimu lebih awal."

Joanne hanya diam dan Harvey juga diam sebelum akhirnya Joanne memutuskan untuk bersuara.

"Elisa melihatmu di Bali," kata Joanne.

"Aku tahu, aku sudah bertemu dengannya," kata Harvey setelahnya.

Joanne yang ada dalam pelukan Harvey hanya diam dan sebelum Joanne sempat berkata-kata, Harvey kembali membuka suaranya.

"Kamu masih ingat tentang aku yang pernah mengatakan bahwa pertunangan kami batal dan juga tentang Regina yang hamil?" tanya Harvey.

Joanne yang mendengar pertanyaan Harvey sontak mengangguk pelan.

"Devent," kata Harvey dengan nada melamun.

Joanne merasa seperti pria itu tengah menyandarkan dahunya di atas puncak kepala Joanne.

"Siapa?" tanya Joanne dengan nada pelan.

Joanne ingat bahwa Harvey menyebut nama itu tadi saat berbicara kepada Regina dan nama itu pula yang membuat tatapan Regina tampak cemas.

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang