Jezra Limsyong Tanaka adalah putra sulung dari pasangan Russel Tanaka dan Elizabeth Tanaka.
Berbeda dari kedua saudaranya yang lebih berperasaan dari pada dirinya. Ezra dingin dan terkesan kaku, ia memandang bahwa semua orang tidak mempunyai pandangan yang sama dengannya.
Terlebih bagi Joanne Limsya Tanaka, si bungsu yang keras kepala. Penentang terbesar Ezra dimana perempuan itu tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat dengan apa yang dilihat oleh Ezra.
Di rumah kediaman Tanaka, seperti biasa di sore hari Russel Tanaka mempunyai kebiasaan bermain golf dan mengajak Harvey untuk ikut dengannya sementara Elizabeth Tanaka sudah pergi keluar dari rumah sejak tadi siang.
Menyisakan Joanne dan kakak laki-lakinya di rumah besar itu. Entah apa yang membuat Ezra tidak keluar pada saat itu dan apa yang ada di dalam kepala pria itu saat memutuskan untuk tinggal di rumah dari pada pergi keluar.
Hal terakhir yang Joanne inginkan adalah berduaan dengan kakaknya itu karena percakapan tidak akan berjalan dengan mulus jika hanya ada mereka berdua.
Namun untuk kali ini, Joanne memutuskan untuk sedikit berdamai dengan keinginannya. Joanne menuju ke taman bagian belakang dengan satu set kursi dan meja yang ditempatkan pada bagian yang teduh di belakang sana.
Di sana Joanne menemukan Ezra yang sibuk dengan buku catatan serta laptop di atas meja yang terbuka namun kedua pasang mata tajam Ezra tidak tertuju kepada benda itu. Pria itu sibuk dengan catatannya.
Joanne memanggil Ezra saat ia sampai ke bagian yang teduh dengan kanopi yang dibuat dengan model yang modis khas Elizabeth Tanaka.
"Hei."
Joanne ikut bergabung untuk duduk di kursi kosong yang berada di posisi berhadapan langsung dengan Ezra yang hanya memberi reaksi berupa lirikan mata kepada Joanne yang ikut bergabung duduk dengannya.
"Bagaimana pekerjaanmu selama ini?" tanya Joanne, mencoba untuk membuka pembicaraan.
"Baik."
Itu hanya merupakan jawaban yang singkat dengan nada basa-basi yang terdengar bosan.
Joanne mencoba untuk menarik nafas dalam guna memperdalam kesabarannya dalam menghadapi kakak laki-lakinya yang sedang terlihat sibuk itu.
"Kita perlu bicara," kata Joanne.
Akhirnya, Joanne bisa menyuarakannya dan juga akhirnya Ezra memberi reaksi lebih dengan menutup buku catatan yang sedari tadi menjadi pusat perhatian pria itu.
Joanne sontak menarik nafas dalam saat Ezra meletakan buku catatannya di atas meja berdampingan dengan laptopnya yang masih terbuka. Joanne tengah sibuk menyusun dialog di dalam kepalanya saat Ezra bersuara.
"Katakan."
Joanne melihat pada kakak laki-lakinya itu dan mendapati bahwa Ezra tengah memasang ekspresi seriusnya pertanda Ezra akan benar-benar mendengarkan apa yang ia katakan dan itu membuat Joanne merasa gugup.
Tidak peduli berapa kali mereka berdebat dan tidak peduli status mereka, tumbuh besar dan juga mempunyai kakak seperti seorang Jezra Limsyong Tanaka tentu membuat Joanne merasa sungkan dan canggung jika disuruh berbicara langsung seperti tadi.
Setelah berpikir cukup lama dan juga Ezra yang tidak mengatakan apa pun lagi akhirnya Joanne bersuara. Perempuan itu berkata, "Besok, aku akan kembali ke Indonesia."
Joanne menatap pada wajah Ezra yang terlihat biasa namun kemudian Joanne mendengar suara helaan nafas seakan pria itu sudah tahu apa yang akan Joanne katakan.