Joanne memoleskan lipstik pada bibirnya sambil memperhatikan pantulan dirinya pada cermin yang ada di hadapannya. Di sebelahnya terlihat Ara yang sedang mencuci tangannya, perempuan itu menatap Joanne dari cermin yang ada di hadapan mereka.
"Aku pernah mendengar kabar tentang anak sulung dari Senorita Diyosa. Mmm, siapa ya namanya, aku lupa." Ara membuka suara, berbicara pada Joanne yang berdiri di sebelahnya.
Joanne membalas menatap Ara dari cermin di hadapannya.
"Harvey?" Joanne menyebut nama itu, anak sulung dari Senorita Diyosa.
"Ah, ya. Harvey... beberapa rekanku membicarakan nama itu di kantor kemarin." Ara berkata sambil membasuh tangannya yang basah, kemudian menoleh pada Joanne yang merapikan gaun malam berwarna maroon yang ia kenakan malam ini.
"Setelah sekian lama akhirnya dia kembali." Kata Joanne sambil memperhatikan riasan di wajahnya.
"Kamu kenal dengan Harvey, J?" Tanya Ara penasaran.
Sedikit menarik perhatian Joanne karena perempuan itu sedikit melirik pada temannya kemudian Joanne mengangguk pelan sebelum kembali merapikan tali spaghetti gaunnya.
Ara tampak terkesan melihat anggukan singkat dari Joanne dan perempuan itu kembali bertanya, "Sejak kapan?"
Terdengar gumaman pelan dari Joanne sebelum perempuan itu menjawab, "Umm, aku tidak begitu ingat, karena itu sudah lama sekali."
"Pantas saja aku tidak pernah dengar kamu bercerita tentang dirinya," Ara mengangguk-angguk pelan. "Mereka bilang dia, maksudku Harvey pergi ke luar negri untuk mendalami bidang studinya."
"Arsitek. Dia ingin menjadi seorang arsitek." Tambah Joanne dengan nada melamun.
"Ya, dan sekarang dia sudah menjadi arsitek yang sangat hebat dan kudengar juga bahwa dia masuk ke dalam jajaran arsitek senior yang cukup berpengaruh di luar sana," Ara tidak menutup nada kagum di dalam ucapannya. "Usianya bahkan masih sangat muda."
Joanne tersenyum tipis mendengar perkataan Ara.
"Sepertinya kau tahu banyak hal tentang dia, Ara." Kata Joanne pada temannya itu.
Ara mengerut kemudian berkata, "Aku hanya mengatakan apa yang kudengar dari orang-orang di kantorku tentang dia dan sebuah informasi yang mengejutkan juga bahwa dulu kalian berteman."
Joanne hanya membalas dengan gerakan bahunya yang naik kemudian keduanya akhirnya keluar dari toilet. Joanne dan Ara melangkah di lorong panjang yang akan membawa mereka kepada ruangan ballroom dimana pesta pertemuan akan diadakan.
"Aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan Senorita Diyosa."
Ada raut gugup di wajah Joanne yang selama ini selalu tampak percaya diri dan itu membuat Ara menatap geli pada temannya itu.
"C'mon, aku tahu kamu sangat menganguminya dan aku rasa dia akan sangat senang jika mengetahuinya, J."
"Benarkah?" Joanne membalas bertanya pada Ara dan kemudian sedikit merasa lebih baik saat melihat anggukan jepala dari temannya itu.
"Buktinya, dia mengundangmu secara pribadi untuk datang ke pesta ini dan ini berarti bahwa kau mempunyai sesuatu yang spesial di matanya." Kata Ara dengan nada bangga pada temannya itu. Sedangkan Joanne tersipu malu karena ucapan Ara.
"Sayang sekali Elisa tidak bisa ikut bersama kita malam ini, aku yakin dia akan sangat senang jika saja dia bisa datang." Ara kembali berkata.
Joanne mengangguk pelan dan kemudian tersenyum kecut. "Sangat. Elisa penggemar kedua Senorita setelah diriku tentunya. Sayangnya dia berhalangan malam ini."