40 ■ quarante.

8.4K 852 11
                                    

Seperti apa yang terjadi sebelumnya, Harvey mengejar Joanne. Pria itu muncul di depan rumah Joanne, masih dengan pakaian serba rapinya. Harvey menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya kembali.

Mencoba untuk membuat panggilan kepada Joanne namun perempuan itu tidak menjawabnya. Hingga seseorang menghampiri Harvey yang berdiri di luar mobilnya, itu adalah Pak Kar yang merupakan penjaga di rumah Joanne.

"Cari Non Joanne, Tuan?"

Harvey mengangguk kemudian membalas dengan sopan kepada pria paruh baya di hadapannya itu.

"Joannenya ada, Pak?"

"Non Joanne belum pulang, Tuan," jawab Pak Kar.

Harvey mengangkat sebelah alisnya kemudian kerutan samar muncul di keningnya. Tadi perempuan itu bilang bahwa Ezra yang menjemputnya dan sekarang perempuan itu belum pulang.

Dan apa yang ada di dalam kepala Harvey pada saat itu adalah cafe dimana Joanne sering berkunjung ke sana, letaknya tidak jauh dari rumah perempuan itu. Maka Harvey memutuskan untuk berjalan ke tempat itu setelah berpamitan dengan Pak Kar sambil berharap ia akan menemukan Joanne di sana.

Dan benar, Joanne di sana. Di bagian paling pojok dan remang dimana mungkin tidak ada seorang pun yang akan menyadari atau menemukan ada seorang perempuan yang duduk di sana, namun Harvey menemukannyam

Dengan kebiasaan buruk yang tidak pernah berubah, Joanne di sana sendirian dengan gaun malamnya yang heboh sambil menuang alkohol dari botol ke dalam gelas. Harvey menghampiri meja Joanne saat perempuan itu meneguk minumannya.

Harvey melihat Joanne tersenyum lebar saat perempuan itu mendapati Harvey di sana. Harvey mencium bau menyengat di sana dan mendesis pelan, mengutuk kenapa tempat ini menyediakan minuman alkohol kepada Joanne.

Harvey mengambil tempat duduk di hadapan Joanne, menjauhkan botol alkohol dengan isi di dalam sana yang nyaris habis karena Joanne meminumnya.

"Hi."

Joanne menyapa Harvey dan saat itu juga Harvey menyadari bahwa Joanne sudah mabuk.

"Kamu mabuk, J," kata Harvey.

"Kata ibuku, aku tidak akan mabuk selama aku mempunyai lesung pipi di kedua pipiku," jawab Joanne kepada Harvey dengan nada mabuknya.

Lalu Joanne mengangkat kedua tangannya kepada Harvey. Perempuan itu berkata, "Selamat! Kamu akan menikah!"

Kening Harvey mengerut mendengar ucapan perempuan itu lalu berkata, "Joanne, kamu..."

Joanne menghela nafas dan membuat bau alkohol yang cukup tajam menusuk indra penciuman Harvey. Joanne menyandarkan kepalanya pada sebelah tangannya yang bagian sikunya berpangku pada atas permukaan meja.

"Tapi, kenapa kamu tidak pernah bilang kepadaku?" Joanne memelankan suaranya pada akhir kalimatnya.

"..."

"Kupikir kita teman."

"..."

"Tapi tidak masalah, aku sudah memaafkan kamu."

Joanne tersenyum tipis, menatap lurus pada Harvey yang menegang, membeku. Pria itu tidak mengatakan apa pun hingga Joanne tampak mengeluarkan sesuatu yang tertutup oleh bahan gaunnya dan Harvey melihat sebuah kalung dengan liontin kebesaran berupa cincin yang terkait di sana.

Sebuah cincin perak yang tampak berukuran besar.

Joanne tampak hendak melepaskan kalung tersebut, perempuan itu tampak kesulitan karena mabuk dan Harvey hanya memperhatikannya hingga Joanne berhasil melepaskannya.

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang