Setelah berbicara sebentar dengan Ezra, Joanne melangkah keluar dari ruangan ballroom.
Joanne menarik nafas dalam saat ia masuk ke dalam toilet, berhenti di hadapan wastafel dan menatap pantulan dirinya yang terpantul di dalam cermin besar di hadapannya.
Joanne memejamkan matanya kuat-kuat dan membalik tubuhnya dari hadapan cermin, masuk ke dalam salah satu bilik toilet yang berada di posisi paling ujung.
Joanne baru saja beradu pandang dengan Harvey dan pria itu juga membalas melihat kepadanya. Joanne mengigit bagian bawah bibirnya.
Menekan telapak tangannya di atas dadanya, mencoba meredamkan detak jantungnya yang tampak sama sekali tidak ingin bekerja sama dengannya.
"Harvey..."
Joanne baru hendak keluar dari bilik kamar mandi sebelum ia mendengar suara sayup-sayup yang menyebut nama Harvey, membuat Joanne mengurungkan niatnya.
Suara heels yang beradu dengan lantai berhenti dan Joanne menebak bahwa mereka sudah sampai di hadapan cermin dan terdengar suara yang berbeda memecahkan keheningan.
"Kamu berbicara dengan Harvey tadi?"
"Harvey itu benar-benar loveable. Sebenarnya aku berharap orangtua aku akan memperkenalkan dia kepada aku agar kamu biaa lebih dekat tapi sayangnya dia pergi ke Amerika dan yeah... kurasa itu akhir dari harapan aku untuk dekat dengannya."
"Tapi dia sudah kembali bukan?"
Joanne mendengar suara tawa pelan dan kemudian suara yang ia dengar pertama kali tadi membalas berkata, "Well, ya. Berkat ayah aku, aku bisa datang ke acara ini dan bertemu dengan Harvey."
"Ternyata dia lebih tampan daripada foto yang ditampilkan di majalah bulanan kemarin."
Dan entah kenapa, kalimat barusan membuat Joanne menahan diri untuk mencibir pada kalimat terakhir itu.
Namun di sisi lain, Joanne merasa geli dan sudut bibirnya sedikit terangkat, karena Joanne sendiri pun tidak akan menyangkal tentang hal itu.
Dua perempuan di luar sana terus membicarakan Harvey dan tanpa sadar Joanne cukup lama menyimak pembicaraan mereka.
"Apa dia akan mnetap di Indonesia?"
"Aku tidak bertanya, mungkin nanti aku akan bertanya kepada dia jika aku bertemu dia lagi...."
Hingga setelah beberapa saat terdengar suara langkah yang menjauh, tampaknya mereka sudah pergi dan saat Joanne merasa di luar sana sudah kosong, perempuan itu membuka slot kunci bilik toilet dan melangkah keluar dari dalam sana.
Joanne menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Rambutnya tergerai, wajahnya kecut namun kemudian Joanne mencoba untuk mengulas senyum dan kemudian menghela nafas saat menyadari bahwa ia terasa menyedihkan.
Joanne akhirnya mendekat dan membuka keran air dan membilas tangannya kemudian mengeringkannya.
Joanne menarik nafas dalam sambil memejamkan kedua matanya. Mencoba menenangkan dirinya, Joanne akan segera kembali ke ruangan itu.
Kini Joanne melangkah keluar dari toilet sambil merapikan rok yang ia kenakan. Joanne tidak memperhatikan ke depan, pikirannya sibuk memikirkan apa yang harus ia lakukan jika ia bertemu dengan Harvey nanti.
Setelah ia menampar dan mengusir pria itu.
Namun sesuatu membuat langkahnya berhenti saat ia menangkap ada orang lain di sana.
Mata Joanne menyipit saat ia mengangkat kepalanya, seseorang berdiri di sisi lorong dengan kedua tangan terlipat dalam balutan jas gelap dan rambut yang disisir rapi ke belakang.