26 ■ vingt-six.

9.7K 1.1K 15
                                    

■ vote and comment.

"Aku menelefon kamu tiga kali, Joanne."

Kali ini bukan Darent, itu adalah Ezra. Duduk di tempat yang sama dengan suara rendah yang berbeda, menyapa Joanne yang baru pulang ke rumah.

Perempuan itu bahkan tidak sempat mengeluh tentang punggungnya yang terasa pegal karena kemacetan yang membuatnya harus duduk cukup lama di dalam mobil.

Joanne menahan diri untuk tidak meringis, menatap kepada Ezra yang memperhatikannya. Tatapannya tidak mengisyaratkan apa pun.

Membuat Joanne bertanya-tanya apakah kakaknya itu sedang marah?

"Aku tidak melihat ponselku."

Joanne tahu jawabannya tidak meyakinkan dan berharap Ezra tidak menyadari bahwa Joanne tengah berusaha untuk menghindari pria itu.

"Aku tahu kamu berbohong, Joanne."

Terima kasih kepada otak cemerlang Ezra dan juga kebodohan Joanne karena tidak bisa memikirkan jawaban yang lebih baik.

"Apa pun yang ada di dalam pikiran kamu sekarang. Aku harap kamu tidak sedang berencana untuk menghindari untuk hadir di acara penggalangan dana nanti, Joanne."

Joanne ingat bahwa ia pernah bertanya kepada Darent dulu. Bertanya apakah Ezra mempunyai kemampuan untuk mengetahui apa yang sedang kita pikirkan dan Joanne rasa ia sudah menemukan jawabannya setelah sekian lama ia bertanya.

"Tidak, aku tidak mencoba untuk menghindari apa pun."

Ezra mengangkat sebelah alisnya, sudut bibirnya menipis lalu berkata, "Benarkah?"

Joanne menahan dirinya untuk menelan ludah, ia harus terdengar meyakinkan. Ezra memiliki kepekaan yang berlebihan, berbeda dengan Darent.

"Ya. Maka itulah alasan kenapa aku berdiri di sini sekarang, Ezra."

"Bagus jika kamu berpikir seperti itu, Joanne."

Dan setelahnya Joanne menyesal setengah mati karena mengatakannya. Kalimat yang diucapkan oleh Ezra turut membuat Joanne semakin menyesal.

"Baju kamu sudah aku siapkan dan sebentar lagi aku sudah menyuruh seseorang untuk datang, dia akan merias wajah kamu."

Perfeksionis.

Benar-benar tipikal seorang Jezra Limsyong Tanaka. Sifat yang membuat Joanne bingung bagaimana harus menghadapinya.

Dari dulu sampai sekarang, jika ada pesta penggalangan dana, Jezra akan selalu menyiapkan gaun untuk Joanne. Namun tidak pernah dengan penata rias.

"Tunggu, Ezra..." Joanne menggantung kalimatnya, teringat sesuatu yang lain melintas di dalam kepalanya. "Dimana Darent?"

"Darent tidak ikut malam ini karena ada pekerjaan yang harus dia kerjakan."

"Jadi hanya kita berdua?"

"Ya, Joanne. Hanya kita berdua."

Ezra menaikan sebelah alisnya, ekspresinya seperti biasa. Percaya diri dan tegas tanpa kata-kata, Ezra tidak perlu berbicara agar Joanne tahu bahwa pria itu tidak ingin dibantah.

Tidak ada yang tahu sebenarnya apa yang sedang direncanakan oleh Ezra. Namun Joanne bisa memperkirakan bahwa keadaannya yang berduaan dengan Ezra akan menjadi sangat kaku dan dingin.

"Kita akan pergi pukul delapan nanti. Jadi kamu bisa mulai bersiap-siap sekarang, Joanne."

Joanne bisa merasakan dirinya menelan ludah, mencoba untuk berkata-kata.

"Ezra..." Joanne memanggil nama itu.

Seperti biasa, tatapan Ezra masih kepada Joanne, menanggapi panggilan dari adik perempuannya itu dengan tenang.

"Ya."

"Aku bisa merias diri aku sendiri tanpa perlu orang suruhan kamu." Kata Joanne.

Joanne bisa melakukannya tanpa perlu Ezra mengundang perias khusus untuknya.

Ini hanya sebuah acara penggalangan dana seperti biasa, Joanne pernah menghadiri berbagai acara serupa seperti itu bersama Ezra dan pertanyaannya sekarang adalah malam ini kenapa Joanne harus dirias oleh orang lain?

"Aku hanya ingin kamu tampil berbeda, Joanne." Jawab Ezra dengan nada ringan namun tidak terdengar demikian saat mencapai telinga Joanne.

Jawaban Ezra tidak membuat Joanne merasa puas, perempuan itu menegakkan wajahnya, sedikit mengangkat dagunya kepada Ezra.

"Itu hanya sebuah acara penggalangan dana, Ezra." Kata Joanne kepada Ezra.

"Malam ini aku akan membuat kamu untuk tampil berbeda," Joanne sedikit memiringkan kepalanya, tidak mengerti kemana Ezra berbicara. Joanne melihat bibir Ezra menipis. "Dan buat dia menyesal, Joanne."

Dia?

Joanne tidak sempat membalas bertanya karena Ezra kembali melanjutkan kalimatnya sebelum Joanne sempat melakukannya.

"Karena untuk alasan itu-lah aku kembali ke Indonesia. Membuat Harvey Dominique Diyosa menyesal karena telah menyakiti kamu, Joanne."

■ 060217 ■

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang