"Aku akan membawanya kembali ke Indonesia."
Kalimat Harvey sukses mengundang tatapan tajam dari Ezra yang duduk berhadapan.
"Kamu seharusnya mengerti apa artinya saat aku membawa Joanne ke Singapura."
"Aku tidak peduli apa artinya itu karena aku tetap akan membawa Joanne kembali bersamaku."
Ezra menatap pada Harvey dengan tatapan tajam sementara Harvey masih dengan apa yang selalu ia tunjukkan jika Ezra memberinya tatapan tajam.
"Kamu tentu tahu bahwa Joanne membutuhkan aku."
Ezra menarik senyum sinis di bibirnya. "Hanya perasaanmu yang mengatakan hal seperti itu."
Harvey tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Ezra dengan sinis kepadanya.
"Aku tetap akan menjadi tempat Joanne kembali."
Setelah ucapannya Harvey bisa melihat kilatan di mata Ezra sebelum terdengar suara desis tajam dari Ezra dengan nada mengancam.
"Aku akan membunuhmu, Harvey. Jika kamu menyentuh Joanne, meski hanya sejengkal saja."
"Dengan kalimatmu itu, apa kamu berniat untuk membuat Joanne menjadi seorang biarawati?"
Ezra memutar bola matanya dan itu adalah reaksi refleks dari pria itu atas apa yang dikatakan oleh Harvey.
"Aku sangat yakin bahwa kamu tidak mengerti."
"Itu karena aku tidak mempunyai adik perempuan."
"Maka jadilah seorang ayah dan di sana mungkin otakmu bisa sedikit berjalan untuk memikirkan bagaimana cara menjauhkan anak perempuanmu dari pria brengsek seperti dirimu yang mencoba untuk menyakitinya."
Harvey menaikan sebelah alisnya lalu tampak senyum mengembang di wajahnya kepada Ezra setelah pria itu menyelesaikan kalimat.
"Kamu membuatku terdengar buruk," kata Harvey lalu kemudian pria itu melanjutkan, "Apa kamu baru saja mengatakan, jadilah seorang ayah?"
Ezra mengangkat dagunya dengan tatapan tajam mematikan kepada Harvey yang masih terlihat santai.
"Itu terdengar seperti kamu sangat menginginkan seorang keponakan."
"Jangan bermimpi terlalu tinggi, Harvey."
Harvey sendiri tahu bahwa Ezra bukan tipikal yang akan langsung mengatakan isi kepalanya secara terang-terangan namun berada di titik ini sudah cukup bagi Harvey. Dimana temannya itu sudah memanggil namanya.
Percakapan antara Harvey dan Ezra selesai saat suara Joanne yang sampai kepada mereka.
Perempuan itu baru saja muncul dari balik pintu dan Ezra dengan gerakan cepatnya sudah berlalu begitu saja masuk ke dalam rumah meninggalkan Joanne bersama dengan Harvey di bagian belakang rumah.
Sepeninggalan Ezra, Harvey berdiri dari tempat duduknya sedangkan Joanne terlihat bingung dengan apa yang terjai di antara kakaknya dan pria yang kini mulai mendekat kepadanya.
Harvey melingkarkan sebelah tangannya pada bahu Joanne dan kepalanya mendekat pada kepala Joanne hingga keduanya saling bersentuhan.
"Apa yang tidak kuketahui di sini?"
"Tidak ada," balas Harvey.
"Apa yang kalian bicarakan barusan?" tanya Joanne lagi.
"Tidak ada, J," balas Harvey dengan nada lembut.
Joanne mengerutkan keningnya, perempuan itu tidak percaya.
"Katakan kepada aku, H. Apa Ezra mengatakan sesuatu kepada kamu?" tanya Joanne dengan nada mendesak kepada Harvey.
Namun Harvey hanya menggeleng dan kemudian pria itu berbisik di sebelah telinga Joanne sebelum perempuan itu sempat bereaksi atas apa yang Harvey lakukan.
"Ingin mendengar tentang sesuatu?"
Joanne sedikit bergerak untuk menoleh kepada Harvey namun Harvey mencegah Joanne untuk melakukannya.
"Jawab saja," kata Harvey.
"Apa?" tanya Joanne pada akhirnya karena ia tidak bisa bergerak.
"Aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku."
"Sebenarnya apa yang sedang coba kamu sampaikan kepada aku, Harvey?" Joanne mulai terdengar sebal.
Dan terdengar suara tawa pelan dari Harvey yang mencapai telinga Joanne, lalu berkata, "Aku akan kembali ke Indonesia besok."
Kali ini Joanne berhasil memutar tubuhnya untuk menghadap kepada Harvey dan tatapan mereka langsung bertemu.
"Kenapa begitu cepat?" tanya Joanne dengan suara bingung dan juga terselip sedikit kekecewaan.
"Aku ingin di sini lebih lama lagi tapi masih ada banyak hal yang harus aku urus di Indonesia."
"Maksud kamu tentang Regina?"
Harvey menggeleng cepat atas apa yang dikatakan Joanne, pria itu menarik nafas dalam kemudian berkata, "Itu bukan urusanku, karena aku yakin mereka sudah cukup dewasa untuk bertemu dan kemudian berbicara dengan kepala dingin."
Joanne membasahi bibirnya lalu kembali bertanya, "Lalu apa?"
"Aku akan memberitahumu. Tapi sebelum itu terjadi, aku ingin kamu mendengarkan permintaan aku terlebih dahulu."
Joanne mengerutkan keningnya. "Apa lagi? Bisakah kamu tidak membuat semua ini menjadi rumit?"
Harvey tersenyum tipis lalu berkata, "Ini tidak rumit, aku hanya ingin kamu melakukan satu hal untuk aku."
Joanne terlihat menatap Harvey dengan curiga sebelum akhirnya bertanya, "Apa permintaanmu?"
Setelah Joanne mengatakan hal itu, Harvey sedikit membungkukan tubuhnya agar wajahnya lebih dekat dengan telinga Joanne dan kemudian pria itu mulai mengatakan sesuatu di sana.
"Dengar, Joanne. Aku ingin agar kamu..."
■ 110417■
find me on ig : michellenwu