"Dimana dia?"
Ara menatap lelah kepada pria yang duduk di hadapannya dan kemudian menelan ludahnya untuk kesekian kalinya. Tenggorokannya tidak kering, ia hanya ingin melakukannya.
"Bisakah kamu berhenti bertanya dimana dia dimana dia?"
Ara menggeram pelan sebelum kembali berkata dengan nada lelahj.
"Karena aku juga sama seperti dirimu. Aku tidak tahu dimana dia berada saat ini. Aku tidak tahu kemana Joanne terbang tadi pagi, Harvey."
Lalu Ara kembali berkata, "Tidak ada surat, tidak ada apa pun. Aku bahkan tidak bisa menghubunginya lagi."
Kemudian Ara menatap pada pria yang duduk di sebelah Harvey dan pria yang ditatapnya itu tidak melakukan apa pun selain menaikan bahunya pelan kepada Ara. Reaksi itu mengundang sedikit percikan emosi Ara.
"Katakan sesuatu kepadanya," kata Ara kepada pria yang duduk di sebelah Harvey, Sebastian Jaelindo yang membalas menatap pada Ara dengan tatapan bingung.
Ara menyusul ke bandara bersama dengan Jae dan di saat itu ia menemukan Harvey yang duduk seperti seseorang yang kehilangan separuh nyawanya dan hidup terlilit hutang yang bahkan tidak akan bisa ia lunasi meski ia bekerja penuh seumur hidupnya.
"Dia bahkan jauh lebih menyedihkan daripada hidupku."
Ara bergumam dengan suara kecil kemudian memutar bola matanya saat ia melihat keadaan Harvey.
Harvey menatap pada map yang ada di atas meja di hadapannya. Harvey meraih map tersebut dan membuka isinya, menatap pada beberapa lembaran kertas berbahan bagus dengan sesuatu yang rapi di atasnya.
Itu adalah kertas yang berisikan sketsa rancangan gaun pengantin yang Harvey inginkan agar Joanne mengerjakannya dan perempuan itu telah menyelesaikannya. Dengan sangat baik.
Harvey menatap rancangan itu sebelum Ara memecahkan keheningan pikiran Harvey.
"Kamu menyuruhnya merancang gaun pengantin," kata Ara.
Harvey mengangguk mengiyakan tanpa suara.
"Kamu tidak akan menikah bukan?" tanya Ara.
Harvey mengangkat kepalanya, membalas menatap Ara lalu menggelengkan kepalanya.
"Tidak," kata Harvey dengan nada yang nyaris terdengar seperti melamun.
"Lalu apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
"Joanne tahu bahwa aku menemui Regina dan mungkin dia telah salah paham maka dia pergi."
"Tunggu, Regina?" Ara memiringkan kepalanya, keningnya mengerut. "Siapa Regina?"
Harvey terdiam sejenak, tampak berpikir. Ada keengganan pada ekspresi wajahnya sebelum Harvey kembali membuka suaranya.
"Dia adalah mantan tunanganku."
Dan kedua pasang mata langsung terbelalak. Menatap Harvey tidak percaya, Jae yang sedari tadi hanya diam ikut bersuara.
"Kamu pernah bertunangan?!"
Ara dan Jae mengucapkan hal yang sama secara bersamaan dan anggukan pelan dari Harvey seakan menyentak mereka jauh-jauh.
"Joanne mengetahuinya?" tanya Ara.
Harvey mengangguk pelan lalu berkata, "Hanya saja ada beberapa hal yang belum dia mengerti."
Ara bisa merasakan lonjakan emosi di dalam dirinya.
"Apa? Apa yang kamu maksud dengan belum Joanne pasti mengerti!"
Jae tampak menahan senyum geli saat Ara yang nyaris berseru saat mengatakannya. Perempuan itu tampak tidak bisa lagi menahan kekesalannya.