Tiga hari setelah kejadian di toko antara Joanne dan Harvey. Semuanya kembali seperti semula, Joanne dengan pekerjaannya dan Harvey tidak pernah datang lagi.
Hingga Sheila kembali memasuki ruangan Joanne, mengatakan bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengan dirinya.
"Ada seseorang yang menunggu di luar sana, Bu."
Joanne yang sibuk dengan pekerjaannya, menatap Sheila yang berdiri di dekat pintu ruangannya.
"Siapa, Shei?" Tanya Joanne dengan suara yang sedikit berhati-hati meski Sheila tidak menangkap akan hal itu.
Sheila baru hendak menjawab pertanyaan atasannya itu sebelum sesuatu mendahului dirinya.
"Aku, Joanne."
Suara yang muncul setelahnya cukup untuk membuat Joanne menegang di tempat duduknya, dari jarak sejauh ini ia bisa melihat sosok tegap yang kini berdiri tidak jauh di sisi Sheila. Perbandingan tinggi membuat Sheila tampak mungil dan perbandingan ukuran tubuh membuat Sheila seperti tampak kecil di sisinya.
Joanne menarik nafas lalu membuka mulutnya dengan perlahan. Satu-satunya orang yang memanggil namanya dengan Joanne hanya...
"Ezra."
Sosok Ezra yang berada di sana tidak hanya membuat Sheila merasa segan, Joanne juga merasakan hal yang sama dengan karyawannya itu.
Ezra melangkah ke tengah ruangan, tersenyum percaya diri kepada adik perempuannya, Joanne. Yang kini baru mengambil posisi berdiri di balik meja kerjanya.
Meski tidak tahu siapa pria yang baru saja disebut namanya oleh atasannya namun Sheila bisa merasakan aura yang berbeda di dalam ruangan ini.
Joanne menatap kepada Sheila yang sedari tadi menatap kepada atasannya itu, Joanne mengangguk dan kemudian tersenyum tipis kepada Sheila. Mengisyaratkan agar Sheila meninggalkan ruangannya.
Sheila sendiri mengerti isyarat yang diberikan oleh atasannya, membungkuk sedikit kemudian berlalu dari dalam sana, meninggalkan Joanne dengan Ezra yang menatap kepada kepergian Sheila sebelum akhirnya pria itu menatap kepada Joanne.
"Kenapa kamu tidak mengabari aku bahwa kamu akan datang?"
"Kamu terlihat terkejut dengan kedatangan aku, Joanne."
Ucapan Ezra bersamaan dengan Joanne yang melangkah keluar dari balik meja kerjanya, mempersilahkan Ezra untuk mengambil tempat duduk di atas kursi sofa.
Ezra tersenyum miring atas pertanyaan Joanne lalu berkata, "Aku rasa itu tidak perlu, Joanne. Karena aku sudah ada di sini."
Joanne melangkah ke arah mini bar untuk menyiapkan minuman untuk Ezra. Sementara Ezra duduk di atas sofa, mengamati ke sekeliling ruang kerjanya. Joanne tidak berhenti memperhatikan pria itu dengan penuh waspada.
Ezra sampai ke Indonesia kemarin malam, Joanne tidak sempat bertemu dengan Ezra karena pada saat ia pulang ke rumah, keadaannya kosong. Darent sendiri tidak ada di sana.
Setidaknya sampai Joanne terbangun di pagi hari dan hingga ia berangkat kerja, ia tidak melihat kedua kakak laki-lakinya di rumah. Mungkin mereka sudah pergi ke suatu tempat. Tidak peduli kemana pun, Joanne tidak masalah karena ia tidak perlu bertemu dengan Ezra.
Namun pria itu malah mendatangi tokonya tanpa sepengetahuan Joanne.
Joanne menyiapkan kopi untuk Ezra, meletakan cangkir itu di atas meja lalu duduk di kursi sofa yang berhadapan dengan Ezra. Keheningan menyelimuti mereka, hingga Ezra yang memulai percakapannya terlebih dahulu.
"Bagaimana kabar kamu, Joanne?" Ezra bertanya kepada Joanne.
Joanne membalas menatap kepada kakak sulungnya itu lalu menjawab, "Baik."
"Sebelumnya selamat atas penghargaan yang kamu raih, Joanne."
Joanne mengangguk kepada Ezra dan bergumam, "Terima kasih."
Jeda beberapa saat kemudian Ezra kembali berkata, "Aku ingin kamu datang bersama aku ke sebuah acara nanti malam, Joanne."
Joanne memiringkan kepalanya kepada kakak laki-lakinya, mencoba untuk tidak membawa percakapan mereka menjadi terlalu kaku.
"Acara apa?" Tanya Joanne.
"Penggalangan dana." Jawab Ezra.
Sudah lama Joanne tidak mendengar tentang acara semacam itu hampir setahun penuh dan pada saat Ezra masih di Indonesia, pria itu sangat aktif di dalam acara semacam itu. Benar-benar ciri khas seorang Jezra Limsyong Tanaka.
"Siapa yang mengadakan penggalangan dana itu?"
"dr. Johan Alter Diyosa."
Mendengar nama yang disebut oleh Ezra barusan tentu membuat Joanne menegang. Joanne sendiri tahu bahwa Ezra menyadari gesture-nya yang tidak serileks tadi.
Joanne bisa melihat Ezra menipiskan bibirnya, meraih cangkir berisi minuman yang Joanne siapkan di hadapannya. Menyesap minuman dari dalam sana sebelum meletakan kembali di atas meja.
Kemudian Ezra kembali menatap Joanne, tatapannya tidak seperti tadi. Ada sesuatu yang tidak terucapkan di dalam sana hingga Ezra membuka mulutnya.
"Aku mendengar kabar bahwa Harvey sudah kembali ke Indonesia. Apa itu benar, Joanne?"
■ 050217 ■