63 ■ soixante-trois.

6.2K 730 31
                                    

Pada malam harinya Joanne berusaha untuk menghindari ibunya yang masuk ke dalam kamar tidurnya dengan cara berpura-pura tidur saat ibunya datang.

Joanne bisa menarik nafas lega setelah mendengar ibunya membisikan selamat malam ke telinganya kemudian beranjak keluar dari kamar dengan mematikan lampu besar dan menyalakan lampu tidur kecil yang ada di atas nakas.

Setelah merasa bahwa ia aman, Joanne bangun dan segera melangkah dengan berjinjit ke arah pintu kamarnya lalu menguncinya sepelan yang ia bisa lakukan. Joanne menarik nafas lega karena ia lolos dari ujian malam ini. Ia tidak perlu menceritakan apa pun kepada ibunya.

Namun Joanne lupa, bahwa keesokan harinya ia masih tetap harus bertemu dengan ibunya.

Joanne turun dari kamarnya dan hendak menuju ke arah dapur. Di sana Joanne melihat Elizabeth terlihat sibuk dengan beberapa pelayan yang membantu di sana. Mereka tampak tengah mempersiapkan sesuatu.

"Ada tamu, Ma?" tanya Joanne.

Elizabeth menoleh kepada putrinya dan melempar senyum lembut yang membuatnya tampak anggun dengan rambut yang disanggul rapi.

"Teman bisnis Papa kamu, Sayang," kata Elizabeth sambil mengiris bawang di atas talenan sehingga menimbulkan suara ketukan berirama.

Setelah selesai mengiris bawangnya, Elizabeth kembali melanjutkan kalimatnya kepada Joanne.

"Keluarga mereka baru datang ke Singapura kemarin malam dan malam ini mereka akan datang untuk jamuan makan malam bersama keluarga kita." Elizabeth tampak menghentikan kegiatannya sejenak dan tampak mencoba untuk mengingat sesuatu sebelum berkata, "Kata Papa kamu, dulu kamu pernah satu sekolah dengan putrinya."

"Satu sekolah?"

"Hmm." Elizabeth bergumam pelan sambil mengangguk pelan.

"Siapa, Ma?" tanya Joanne dengan penasaran.

Joanne sedikit menyandarkan tubuhnya pada bagian kitchen set sambil memperhatikan kelihaian Elizabeth dalam hal menyiapkan bumbu masakan.

"Mama lupa namanya, Sayang."

"Perempuan atau laki-laki?"

"Perempuan. Usianya satu tahun di atas kamu tapi kalian berada di angkatan."

Joanne mengerutkan keningnya, jika memang berada di angkatan yang sama seharusnya Joanne tahu siapa. Namun sejauh ini Joanne tidak bisa menebak siapa. Tentu saja usianya berada satu tahun di atas Joanne karena ia masuk ke sekolah satu tahun lebih cepat dari pada yang seharusnya.

Joanne bergumam pelan kemudian bertanya dengan hati-hati.

"Kalau boleh tahu, siapa nama rekan bisnis Papa?"

Pertanyaan Joanne membuat Elizabeth menghentikan kegiatannya sebelum menjawab pertanyaan putrinya itu.

"Albert Rastandi, Sayang."

***

Joanne mencoba untuk mengulas senyum di wajahnya di depan kaca dan kembali mengerut saat ia tidak bisa menemukan sesuatu yang ia inginkan. Bengkak di bawah matanya sudah mereda berkat masker yang ia gunakan sebelumnya.

Namun hingga Joanne dipanggil turun oleh ibunya pun ia masih tidak tahu harus bersikap seperti apa. Malam ini Joanne mengenakan gaun musim panas selutut dengan motif bunga-bunga. Perempuan itu berharap bahwa dengan mengenakan gaun ini ia bisa tampak ceria.

Joanne menarik nafas dalam sebelum ia menuruni anak tangga yang melingkar ke lantai bawah rumahnya. Joanne tidak pernah segugup ini, umm, mungkin pernah namun tidak untuk hal yang tidak masuk akal seperti ini. Ini semua hanya karena Joanne tidak ingin terlihat menyebalkan di hadapan tamu keluarga mereka malam ini.

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang