73 ■ soixante-treize.

8.5K 716 7
                                    

"Kupikir kamu tidak akan pernah kembali lagi."

Kalimat itu berasal dari Ara yang duduk di sebelah Elisa, menatap pada Joanne dengan tatapan menyindir sementara Joanne hanya membalas dengan senyum malu-malu.

"Jadi, aku mendengar bahwa Harvey mengejar kamu ke Singapura?"

Joanne menoleh kepada Elisa yang sudah kembali dari Bali dan mengangguk sambil berdeham pelan karena apa yang dikatakan oleh kedua temannya barusan telah membuat Joanne salah tingkah.

"Katakan sesuatu," kata Ara sambil memutar bola matanya gemas kepada Joanne. "Sedari tadi kamu hanya mengangguk dan tersenyum. Itu membuatmu terlihat bodoh."

"Aku merasa tidak perlu mengatakan apa pun karena aku yakin kalian berdua sudah tahu semuanya," jawab Joanne.

Lalu kini berganti Elisa yang berdeham pelan dan berkata, "Jadi, perempuan yang aku lihat tengah bersama Harvey di hotel itu adalah Regina?"

Joanne mengangguk dan Elisa tampak mengerucutkan bibirnya.

"Aku lega karena apa yang aku pikirkan adalah salah." Elisa menatap pada Joanne dengan tatapan bersalah kemudian berkata, "Maaf karena aku sudah membuat hubungan kalian menjadi rumit."

"Tidak, seharusnya aku berterima kasih."

Elisa tersenyum dan Ara memperhatikan percakapan keduanya dengan santai sambil memasukan potongan kentang goreng ke dalam mulutnya.

"Karena setelah itu kami bisa berakhir dengan baik."

Ara menyela dengan cepat. "Aku iri."

Joanne dan Elisa sontak menoleh kepada Ara yang terlihat memakan potongan kentang goreng terakhir yang ada di atas piring dan keduanya melihat perempuan itu tersenyum.

"Aku sudah menyaksikannya langsung dengan mata kepalaku sendiri. Dia benar-benar mencintai kamu dan itu cukup membuat aku kagum."

Joanne tersenyum mendengarnya dan berkata, "Terima kasih, Ara."

"Berterima kasih untuk apa?"

"Karena sudah menyampaikan dokumen itu."

Ara menyipitkan matanya, tidak mengerti. Perempuan itu tidak tahu bahwa Joanne sengaja menitipkan dokumen itu agar menjadi satu-satunya petunjuk bagi Harvey untuk menemukan Joanne.

Pada saat itu Joanne seakan bertaruh akan keberuntungan dan keyakinan, apakah Harvey akan datang kepadanya lagi atau tidak dan ternyata pria itu melakukannya.

"Lalu bagaimana dengan Ezra?"

Pertanyaan itu berasal dari Elisa dan Joanne tersenyum tipis.

"Masih sama seperti biasanya."

"Lalu, Darent? Bagaimana dengannya?"

Joanne mengerutkan keningnya lalu berkata, "Entahlah, namun kali ini dia ikut dalam membantu Harvey menemukan tempat dimana aku berada."

Elisa tersenyum simpul dan berkata, "Itu kedengarannya seperti dia berada di pihakmu?"

Joanne menaikan bahunya pelan dan tersenyum tipis.

"Kamu terlalu banyak tersenyum hari ini," kata Ara yang sedari tadi memperhatikan Joanne.

"Aku yakin Harvey telah melakukan sesuatu kepadanya," kata Elisa dengan nada curiga.

Joanne sontak melebarkan kedua matanya dan berkata, "Apa yang ada di dalam otakmu, El?"

"You know what," kata Elisa sambil menyeringai nakal. "Kalian di Singapura dan tentu itu adalah kesempatan bagus."

Sebelum Joanne sempat memberi reaksi, Ara membuka suara dengan nada datar.

"Sebenarnya aku sempat terpikir untuk mengatakan hal ini kepada Harvey."

Joanne menyipitkan matanya penuh curiga. "Apa?"

"Aku baru saja akan menyarankannya untuk tidur bersama kamu jika memang dia sudah putus asa atas apa yang Ezra lakukan," kata Ara masih dengan nada lempeng.

Elisa sendiri tersendak mendengar apa yang dikatakan Ara dan Joanne sontak memerah karena kalimat Ara yang tidak dicerna terlebih dahulu.

Hingga Elisa ikut penasaran kepada Joanne dan memutuskan untuk bertanya, "Kalian sudah delapan tahun. I mean, kalian masih belum pernah?"

Joanne menatap Elisa dengan tatapan gerah. "Elisa, aku pikir kamu..."

"Jawab saja," potong Elisa.

Joanne menarik nafas dalam, memutar bola matanya sebelum berkata, "Kami tidak pernah melakukan apa pun."

"Bagaimana dengan ciuman?"

Joanne membayangkan hal itu di atas kepalanya sebelum perempuan itu bisa menjawab, "Beberapa kali."

Joanne mendengar suara hela nafas kecewa dari Elisa.

"Jadi, kamu belum pernah melihatnya ya," kata Elisa dengan nada suara yang terdengar sangat sedih seakan ia telah kalah berjudi.

Joanne menahan malu saat mengerti apa maksud dari perkataan temannya itu."Gosh, Elisa. Kamu..."

Namun Elisa tidak ingin mendengarkan apa kelanjutan kalimat Joanne karena semuanya sudah terbaca dengan sangat jelas.

Pada saat Joanne sibuk dengan wajahnya yang memerah, Elisa mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan meletakannya ke atas meja di hadapannya.

"Apa ini?" tanya Joanne saat melihat apa yang diletakan oleh Elisa di atas meja.

"Sebuah kartu undangan," jawab Elisa.

"Undangan?"

Joanne menatap pada kartu yang didesign dengan begitu elegant dan menarik mata yang terlihat kontras dengan meja kayu berwarna jati di bawahnya. Kemudian Noanne melirik kepada Ara yang tampak tidak peduli.

"Sebenarnya aku akan menyerahkan kepada kamu nanti tapi aku rasa sekarang tidak masalah. Ara sudah mendapatkannya dariku terlebih dahulu pada saat kamu di Singapura," jelas Elisa.

Joanne masih menatap pada undangan tersebut dan meraihnya, ia baru hendak membaca nama yang tertera di atas sana sebelum Elisa kembali bersuara.

"Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, bahwa kakak aku akan menikah."

"Kakak kamu yang pertama?"

Elisa mengangguk mengiyakan. "Liam."

"Dengan siapa?" tanya Joanne meski namanya tercantum di atas kartu tersebut, Joanne memilih untuk bertanya.

Elisa tersenyum dan berkata, "Setelah sekian lama, dengan seorang perempuan pastinya."

"Siapa perempuan itu?"

"Dia seorang model. Aku yakin kamu mengenalnya. Namanya... ada di atas sana."

Yang Elisa maksud adalah kartu undangan itu, ada sesuatu yang aneh karena Elisa tidak ingin menyebut siapa nama calon kakak iparnya sendiri.

Joanne membaca pada kartu undangan tersebut dan pada saat bersamaan Elisa kembali bersuara, berkata dengan sangat pelan.

"Ini belum resmi karena itu aku hanya sekedar menyampaikannya. Namun satu hal yang aku ingin kamu ketahui lagi adalah pengantin kakak aku, katakan sebagai calon istri Liam. Dia akan mengenakan gaun pengantin rancangan kamu."

■ 140417 ■

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang