27 ■ vingt-sept.

10.2K 1.1K 13
                                    

Joanne turun dari mobilnya saat Ezra membuka pintu di sebelahnya, mengulurkan tangan kepada Joanne. Meski perlakuan Ezra membuat Joanne meringis pelan namun perempuan itu tetap menggapai uluran tangan Ezra. Kemudian mereka berjalan memasuki gedung dimana acara itu diselenggarakan.

Ezra melangkah di sisi Joanne, beberapa tamu yang lain tampak memperhatikan mereka dan Joanne bisa merasa dalam sekejap mereka menjadi pusat perhatian di sana.

Joanne dan Ezra memasuki tempat acaranya. Hal pertama yang langsung terlintas di benak Joanne adalah apa rencana Ezra malam ini?

Hal itu membuat Joanne tidak leluasa dalam balutan gaun yang disiapkan oleh Ezra untuknya. Mungkin lebih tepatnya, Joanne merasa tidak nyaman harus menghadiri acara penggalangan dana tersebut. Riasan dan juga gaun ini sempurna dengan Ezra di sisinya malam ini setelah dua tahun mereka tidak bertemu.

Ia bisa bertemu dengan siapa saja di sini. Terutama Harvey. Joanne yakin malam ini pria itu akan hadir, tentu saja. Karena Johan Alter Diyosa adalah ayah dari Harvey Dominique Diyosa, maka pria itu juga seharusnya ada di sini, malam ini.

Joanne tidak siap bertemu dengan Harvey dan perempuan itu tahu bahwa kakaknya sengaja melakukan hal ini. Meski barusan Joanne sudah mendengar dengan sangat jelas apa yang ada di dalam rencana Ezra.

"Joanne."

Joanne tersentak pelan saat namanya dipanggil, itu adalah Ezra dan tentu saja, Joanne yang mengaitkan sebelah tangannya kepada Ezra. Membiarkan kakaknya itu menuntun jalan.

Hingga Joanne tidak menyadari bahwa mereka sekarang ada di hadapan seorang orang dengan setelan jas rapi, tengah menatap kepada Joanne dan Ezra.

Hanya melihatnya saja, Joanne tahu bahwa itu adalah kenalan Ezra. Meski sudah lama tidak berada di Indonesia namun Ezra tampaknya masih menjaga hubungan baik dengan mitranya yang ada di Indonesia. Dari penampilannya pria itu tampak seperti jauh lebih muda darinya.

Wajahnya familier dan membuat Joanne bertanya kepada dirinya apakah ia pernah bertemu dengan orang itu sebelumnya. Namun hal terakhir yang dapat dipikirkan Joanne adalah ia tidak kenal pria di hadapannya itu.

Pria itu berdiri di sana dan tersenyum, menyapa ramah kepada Ezra kemudian kepada Joanne yang berdiri diam di tempatnya. Membalas menatap kepada pria dengan kulit putih itu.

"Kamu pasti adalah Joanne Tanaka."

Lalu pria itu kembali berkata, "Selamat untuk pencapaianmu itu, kamu memenangkan penghargaan bergengsi sebagai designer terbaik di usia yang sangat muda."

Ucapan selamat itu terdengar tulus dan Joanne tidak menahan dirinya untuk membalas. Pria itu mengulurkan tangannya kepada Joanne, perempuan itu membalasnya.

Lalu pria itu beralih kepada Ezra dan berkata, "Dan selamat untuk kepulangan kamu ke Indonesia, Ezra."

"Joanne, ini Henri Dornakin Diyosa, putra bungsu dari dr. Johan Alter Diyosa."

Sebuah perkenalan singkat dari Ezra kepada Joanne tentang siapa pria yang berdiri di depan mereka, pria yang menyapa mereka dan memberi selamat kepada Joanne.

Joanne memejamkan matanya sejenak, menarik nafas mengisi pada paru-parunya. Sebelum kembali membuka mata dan menatap wajah yang membuat Joanne sedari tadi merasa familier.

Putra bungsu? Maka berarti pria yang berdiri di hadapannya adalah adik dari Harvey.

"Kalian sudah bertemu dengan kakakku? Dia baru kembali dari Amerika beberapa waktu yang lalu."

"Harvey? Aku dengar dia sudah berhasil menjadi arsitek senior di luar sana."

Tidak. Tidak.

Tadi itu adalah Ezra.

Kalimat Ezra membuat Joanne merasa seperti dadanya ditekan, meski pria itu hanya mengatakan kenyataannya namun cukup untuk membuat Joanne menahan nafasnya seakan Joanne tahu bahwa Ezra bisa mengatakan hal yang lainnya kapan saja.

Henri tersenyum atas ucapan Ezra lalu berkata, "Ya, dia berhasil melakukannya."

Henri menatap Joanne lalu tersenyum ramah kepada Joanne.

"Mungkin kamu pernah mendengar namanya, dia adalah kakakku. Usia kami hanya terpaut setahun." Henri menjelaskan tanpa diminta.

"Dia pasti adalah seorang yang hebat..." balas Joanne.

Henri tertawa pelan mendengar balasan Joanne lalu berkata, "Di setiap kisah tentu ada perjuangannya, bukan?"

Joanne tersenyum tipis dan mengangguk.

"Tentu saja."

Semua orang di sini tidak ada yang tahu bahwa Joanne pernah kenal dengan Harvey.

Siapa yang akan peduli dengan hubungan dua anak remaja yang bahkan sudah terjadi delapan tahun yang lalu?

Tidak ada.

Tanpa menoleh dan menengadah, Joanne sudah tahu bahwa Ezra kini tengah menatapnya dengan penuh perhatian.

"Dimana Harvey?"

Ezra bertanya kepada Henri dan Joanne tahu bahwa Ezra sengaja melakukannya. Cukup untuk membuat Joanne menoleh ke samping dan menengadah untuk menatap Ezra, pria itu menatap lurus kepada Henri.

Joanne benci ekspresi percaya diri yang tidak pernah luntur dari seorang Ezra. Joanne mengigit bibir bagian dalamnya, mencengkeram pelan pada lengan jas Ezra dimana Joanne melingkarkan tangannya. Mencoba untuk memberi kode kepada Ezra namun pria itu terlalu baik untuk menanggapi maksud Joanne.

"Sudah lama aku tidak bertemu dengannya." Tuntas Ezra.

Henri sendiri tampak tidak menyadari kegelisahan Joanne, pria itu tampak mencari sesuatu ke sekeliling hingga ia berhenti mencari. Tatapannya lurus ke satu titik pada arah jam dua dari tempat Joanne.

"Kurasa dia ada di sana." Kata Henri.

Ezra dan Joanne menoleh serentak dan kemudian Joanne mengutuk dirinya karena melakukannya. Matanya bahkan menyipit untuk memperjelas sosok yang dicarinya.

Joanne mengamati kerumunan yang ada di sana dan mendapati sosok yang dikenalnya, berada tidak jauh dari posisi terdekat dengan salah satu meja yang ada di sana.

Joanne menelan ludahnya saat melihat Harvey tertawa dengan seseorang dari kerumunan itu.

Joanne terfokus pada apa yang dilihatnya sehingga lupa dengan Ezra yang berdiri di sisinya, mengamati adiknya yang nyaris tidak berkedip kemudian mengalihkan tatapannya kepada objek perhatian Joanne.

Tubuh tegap dan kokohnya dibalut dalam setelan jas gelap. Membungkus lengan dan tubuhnya dengan begitu pas, rambut yang tampak basah disisir ke belakang.

Penampilan malam ini mengingatkan Joanne pada pria pemenang King di acara prom pada saat kelulusan SMA-nya.

Pria yang pernah membuat Joanne merasa dunia adalah miliknya dan kemudian membuat Joanne merasakan neraka jahanam pada tingkat terdalam.

Dan malam ini pria itu sedang bersama dengan seorang perempuan di sisinya.[]

■ 070217 ■

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang