56 ■ cinquante-six.

6.1K 705 21
                                    

"Are you okay?"

Joanne menoleh kepada arah sumber suara dan mendapati Darent yang duduk di sebelahnya, mendapati kakak laki-lakinya yang tengah menatapnya dengan sekilas.

Kenapa semua orang terus menanyakan pertanyaan yang sama kepadanya?

Apa dia tampak semenyedihkan itu?

Apa sangat tampak bahwa ia sedang kacau?

Joanne kini berada di mobil bersama dengan kakak laki-lakinya. Darent menyetir di sebelahnya. Menggantikan dirinya untuk menyetir, Darent memutuskan untuk mengantar Joanne ke tokonya.

Dan kini, Darent tengah menatap dengan cemas kepada adik perempuannya itu. Joanne tidak terlihat begitu baik dengan matanya yang bengkak, Darent sendiri enggan bertanya namun berharap itu bukanlah hal yang serius.

Joanne sendiri tidak berniat untuk menutupi apa pun, tidak ada yang bisa ia tutup bahwa ia baru saja menangis semalaman. Hanya dengan melihat matanya, maka semua orang akan tahu.

Namun satu hal yang Joanne tidak ingin orang tahu tahu adalah tentang kesalahannya, karena ia menangis untuk hal bodoh.

Joanne hanya menggeleng atas pertanyaan Darent dan mencoba untuk mengulas senyum tipis di bibirnya.

"I am okay," kata Joanne, meski perempuan itu sendiri tidak merasa yakin dengan apa yang keluar dari mulutnya.

Kemudian keadaan hening, hingga mobil mereka berhenti karena terjebak oleh macet ibukota. Joanne sibuk dengan pikirannya sementara Darent mengetuk-ngetukan jari telunjuknya ke atas bundaran setirnya.

Sudah beberapa hari Darent tidak bertemu dengan Joanne dan Darent sendiri tahu tentang apa yang terjadi sebelumnya, meski Ezra tidak memberitahunya. Darent tahu bahwa semua ini berkaitan dengan Harvey.

Dan Darent sendiri yakin bahwa Joanne yang sedang melamun sekarang, isi kepala adik perempuannya itu pasti berkaitan dengan pria itu.

Darent menoleh kepada Joanne, perempuan itu menatap lurus ke depan dan matanya nyaris tidak berkedip untuk waktu yang cukup lama hingga Darent membuka suara.

"Memikirkan sesuatu?"

Pertanyaan Darent tampak menyentak Joanne, membuat perempuan itu menelan ludahnya tanpa sadar sebelum Joanne menoleh perlahan kepada pria yang ternyata tengah menatapnya entah mulai sejak kapan.

Bagian bawah mata Joanne tampak bengkak dan itu membuat Darent menarik nafas dalam. Mengulurkan sebelah tangannya menyentuh bagian bawah kelopak mata Joanne dan mengusap ibu jarinya di sana.

"Kita baru saja tidak bertemu selama beberapa hari dan kamu sudah menjadi seperti ini," kata Darent dengan nada sedih kepada Joanne.

"Maaf," kata Joanne dengan suara berbisik.

Darent hanya menatap Joanne tanpa mengatakan apa pun selama beberapa saat sebelum pria itu kembali menarik nafas dalam lalu bertanya kepada Joanne.

"Apa kamu benar-benar mencintainya, J?"

Joanne bergeming, tidak menjawab pertanyaan Darent. Joanne hanya menunduk lalu menatap jemarinya yang bersih.

"Siapa?" Joanne membalas bertanya dengan nada pura-pura tidak tahu seakan tidak ada apa-apa.

"Kamu tahu siapa yang aku maksud, J."

"..."

"Harvey Diyosa."

Joanne sedikit merasakan tekanan pada dadanya pada saat ia mendengar nama itu. Joanne tidak menjawab dan ia juga tidak ragu, hanya saja Joanne tidak ingin mengatakannya saat ini.

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang