"Bisakah kamu berhenti menangis?"
Elisa bertanya kepada Joanne dengan nada putus asa untuk kesekian kalinya sambil menyodorkan kotak tisu kepada temannya itu.
Tepat pukul lima pagi tadi, Joanne mendatangi rumahnya dengan keadaan mengenaskan. Itu bukanlah waktu dan keadaan yang tepat untuk bertamu.
Namun Joanne berbeda, perempuan itu kacau.
"Lakukan sesuatu dengan diri kamu, J," bujuk Elisa kepada Joanne yang tidak berhenti mengeluarkan air mata. "Jika kamu seperti ini terus mungkin pada akhirnya aku akan menelefon Ara untuk datang kemari."
Joanne menggeleng saat Elisa menyebut nama Ara. Memang, ia tadi menyuruh Elisa untuk jangan menghubungi siapa pun termasuk Ara karena akan menjadi lebih sulit dan rumit jika Ara datang kemari dan melihatnya seperti ini.
Elisa menghela nafas melihat gelengan Joanne lalu bertanya, "Lalu bagaimana dengan kakak-kakak kamu? Ezra kembali ke Indonesia bukan?"
Joanne menjawab dengan suara seraknya. "Aku kabur. Mungkin aku akan mati jika mereka tahu bahwa aku seperti ini..."
Elisa menghela nafas, menarik tisu yang banyak lalu menyodorkannya kepada Joanne agar perempuan itu menghapus air mata dan membersihkan hidungnya yang mulai tersumbat.
Elisa menarik dirinya mendekat kepada Joanne, menyerahkan selembar tisu dan membantu Joanne mengusap wajahnya, membersihkan sisa air mata perempuan itu.
"Sekarang rasanya aku sedang berbicara kepada orang lain dan itu membuatku seperti tidak mengenal Joanne yang biasanya," kata Elisa saat Joanne sudah lebih tenang.
Joanne menarik nafas dalam melalui hidungnya yang sedikit tersumbat, lalu berkata, "Maaf karena sudah membuatmu melihatnya. Aku memang seperti ini."
Ucapan Joanne membuat Elisa menaikan kedua alisnya, menatap dengan tatapan heran.
"Sebenarnya apa yang salah?" Tanya Elisa.
Joanne tidak menjawab.
"Ara menyuruh aku untuk tidak bertanya namun aku penasaran. Kurasa aku pantas mengetahui apa yang terjadi setelah melihat keadaan kamu yang seperti ini, J," Elisa melipat kedua tangannya di depan dada. "Dan aku cukup dewasa untuk mengerti bahwa ini adalah merupakan masalah percintaan kamu."
Joanne tidak menjawabnya dan Elisa menganggap itu sebagai sebuah jawaban 'ya' atas apa yang dikatakannya barusan.
"Jadi, kamu masih tidak ingin menceritakan apa pun?" Tanya Elisa.
Joanne hanya menatap Elisa yang menatap sendu kepadanya. Joanne tidak mengatakan apa pun, hanya menggeleng pelan lalu Elisa membalas dengan tarikan nafas dalam.
Sebelum terdengar gumaman pelan dari Joanne kepada Elisa.
Joanne berkata, "Maaf."
Elisa mengangkat bahunya pelan lalu tersenyum tipia dan berkata, "Don't mind."
"Hanya saja aku mempunyai sebuah pertanyaan," Elisa memirigkan krpalanya kepalanya kepada Joanne lalu bertanya, "Apakah kamu mencintai pria yang tidak aku ketahui namanya itu, J?"
Pertanyaan Elisa terdengar familier, Joanne pernah mendengarnya dari seseorang.
"Apakah kamu mencintai Harvey Dominique Diyosa, Joanne?"
Ezra.
Joanne menelan ludahnya dengan susah payah saat perempuan itu hendak membasahi tenggorokannya yang kering.
Joanne terdiam, menatap pada Elisa yang menunggu jawaban dari Joanne atas pertanyaannya. Joanne menarik nafas dalam, mengangkat kepalanya sedikit.
"Sangat, sampai menyakitkan rasanya."