13 ■ treize.

14.2K 1.5K 12
                                    

"Jadi, kamu menelefonku hanya untuk ini?"

Ara menatap tidak percaya kepada Joanne yang duduk di salah satu meja yang ada di depan mini bar. Menghela nafas saat ia mencium bau alkohol yang pekat.

"Sebenarmya berapa botol alkohol yang sudah kamu minum, J?" Tanya Ara kepada Joanne.

Ara tengah mencoba untuk mencari botol kosong sisa alkohol yang diminum oleh Joanne dan Ara menemukannya di sisi yang berlawanan dengan dimana dirinya duduk.

Pada saat yang bersamaan, Joanne memanggil temannya itu, suaranya parau. "Ara."

"Apa?" Balas Ara dengan nada acuh bercampur kesal yang ketara.

"Mata kamu..."

Ara hanya menatap Joanne, tidak mengatakan apa pun hingga Joanne kembali melanjutkan kata-katanya.

"Bengkak? Atau itu hanya perasaan aku saja?" Joanne berkata dengan suara sengau.

Ara memutar bola matanya lalu berkata kepada Joanne yang tengah memegang botol minuman alkoholnya yang kesekian.

"Sangat jelas bahwa itu hanya perasaanmu, karena kamu mabuk. Semua yang dilihat oleh matamu menjadi seperti bengkak, J."

"Aku tidak mabuk, Ara. Mata kamu..."

"Diamlah," Kata Ara. "Di saat-saat seperti ini, bisa-bisanya kamu membicarakan mataku. Matamu jauh lebih buruk daripada punyaku."

Lalu Ara merebut dan menjauhkan gelas minuman itu dari tangan Joanne. Membuat perempuan itu mengerut saat Ara meletakan di tempat terjauh yang tidak akan bisa Joanne capai.

Joanne bergumam tidak jelas saat Ara mendelikan matanya kepada Joanne dan kemudian mengomel kepada temannya itu.

"Sial, lihatlah diri kamu sendiri, J. Aku yakin bahwa Darent akan membunuh aku karena membawa kamu pulang dalam keadaan mabuk seperti ini."

Ara mulai mengeluh kepada temannya itu, tidak biasanya Joanne minum sendiri seperti ini dan jika perempuan itu melakukannya. Joanne tidak pernah seburuk ini.

Ara tampak mengacak rambutnya yang berpotongan pendek melihat wajah Joanne yang memerah akibat minuman yang ia teguk.

Ara berdecak kepada Joanne yang kini kepalanya terkulai ke atas meja dengan beralaskan kedua tangannya yang terlipat di bawah sana.

Ara menghela nafas panjang, memijit keningnya yang terasa berdenyut melihat keadaan ini.

"Sebenarnya kamu ini kenapa?"

Ara nyaris mati rasanya saat ia mencoba untuk membawa tubuh Joanne yang berjalan sempoyongan beranjak dari meja mini bar. Ara mendesis saat beberapa kali ia nyaris tersandung karena kaki Joanne yang sulit melangkah.

Semuanya menjadi lebih buruk saat Ara tidak sengaja menyenggol seseorang yang hendak lewat di sebelahnya. Ara bergumam maaf kepada orang yang disenggolnya.

"Ara?" Sebuah suara memanggil namanya.

Ara mengerut, mengangkat pandangannya yang sedari tadi tertuju ke bawah karena tangan Joanne di belakang lehernya.

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang