28 ■ vingt-huit.

9.9K 1K 7
                                    

"Kami akan memenangkan tendernya, itu adalah sebuah komplek perumahan yang besar dan mungkin akan menjadi sarang investasi properti terbaik di tahun berikutnya."

Rafael Tanri Honggo berbicara kepada Harvey yang berdiri di hadapannya. Tersenyum penuh percaya diri dan Harvey membalas tersenyum kepada teman lamanya itu.

"Aku juga mendengar hal itu dari Henri dan aku dengar bahwa itu di bawah tanggung jawab Cidrata Group."

Rafael mengangguk lalu menatap kepada Harvey lalu berkata, "Mungkin akan sangat bagus jika kamu juga ikut bergabung dalam proyek ini. Kami mempunyai satu posisi kosong dan aku itu sangat cocok untukmu."

"Posisi seperti apa?" Balas Harvey.

"Posisi yang pasti tidak akan mengewakanmu dan juga itu pasti akan semakin meyakinkan tentang keputusan dari Cidrata Group."

Harvey tersenyum tipis kepada Rafael dan berkata, "Mungkin aku akan mempertimbangkannya lagi, Rafa. Terima kasih atas tawaran itu."

Rafael sendiri berharap bahwa Harvey akan join dengan proyek mereka. Tidak ada yang meragukan prestasi Harvey di luar sana. Di usia yang sangat muda, Harvey benar-benar menakjubkan sebagai seorang arsitek senior di luar sana.

"Akan sangat senang jika bisa bekerja sama denganmu, Harvey. Jika kamu ingin mempertimbangkannya kembali, kamu tahu dimana bisa menghubungi aku."

Setelah percakapan itu, Rafael meminta ijin undur diri karena ada seseorang yang harus ia temui setelah ini dan Harvey membalas dengan sikap ramah khas dirinya.

Sepeninggalan Rafael, ia hanya sendiri di antara kerumunan orang-orang yang membicarakan tentang bisnis dan juga sedikit menyangkut kepada acara penggalangan dana malam ini.

Harvey sendirian karena ia terpisah dengan adik laki-lakinya, Henri. Hingga ia bertemu dengan Rafael yang merupakan teman lamanya dan berbicara tentang bisnis, cukup lama.

Harvey hanya berdiri di sana, menyimak pembicaraan tanpa berniat menginterupsi. Beberapa kali mereka meminta pendapat Harvey dan ia hanya membalas seperlunya, sepengatahuannya saja tentang ekonomi negara saat ini.

Sudah lama ia tidak berada di keadaan seperti ini, dimana orang-orang sibuk membicarakan bisnis dan juga tentang permasalahan ekonomi yang lesu baru-baru ini.

Harvey menikmati percakapan di sana hingga telinga Harvey menangkap suara yang memanggil dirinya dari jarak yang mungkin tidak terlalu jauh.

"Harvey?"

Harvey menoleh kepada arah sumber suara dan mendapati seseorang berdiri di sana. Menatap padanya dan membuat Harvey sedikit menaikan alisnya.

"Jeje?"

"Harvey? Itu benar kau?"

Harvey bisa melihat senyum yang mengembang di wajah perempuan yang kini berdiri di hadapannya, Jennifer Rathel.

"Aku mencari-cari kamu saat aku mendengar kabar bahwa kamu sudah kembali ke Indonesia."

Perempuan bernama Jeje dengan rambut panjang yang tampak berkilau berbicara dengan penuh semangat kepada Harvey, kesenangan yang tulus dan tidak ditutup-tutupi kepada Harvey.

"Kamu seorang arsitek senior sekarang." Kata Jeje lagi.

Harvey hanya membalas dengan senyuman tipis lalu membalas bertanya kepada Jeje.

"Kamu sendiri bagaimana?"

"Aku bekerja di perusahaan ayahku. Kamu ingat bukan? Ayahku, dia seorang kontraktor."

"Ya, tentu saja aku ingat," Harvey tersenyum dan tertawa ringan saat melihat Jeje yang bereaksi senang dengan polosnya. "Aku belajar banyak hal dari ayah kamu."

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang