4 ■ las-cuatro.

21.1K 2K 18
                                    

"Habis bertemu dengan siapa, J?" Tanya Ara saat Joanne baru sampai di cafe tempat mereka janjian untuk bertemu. Joanne mengambil tempat di hadapan Ara yang sibuk dengan majalah dan kertas.

"Client." Jawab Joanne setelah ia duduk.

"Oh," Ara menanggapi singkat sebelum perempuan itu kembali tenggelam ke dalam artikel majalah yang tengah di bacanya. "Kupikir sama pacar kamu."

Sedangkan Joanne hanya tersenyum mendengar ucapan Ara. Joanne tengah memainkan ponselnya sebelum ia mengangkat pandangannya kembali kepada Ara yang tengah menulis sesuatu ke atas lembaran kosong yang ada di atas meja.

"Ara." Joanne memanggil nama temannya itu.

Panggilan Joanne membuat Ara sedikit mengangkat perhatiannya dari lembaran yang tengah ditulisinya, perempuan itu mengangkat sebelah alisnya kepada Joanne.

Hingga akhirnya Joanne memutuskan untuk bertanya kepada temannya itu.

"Kamu pernah mendengar berita atau gosip tentang pernikahan putra Senorita?"

"Siapa?" Tanya Ara, sebelah matanya menyipit. Tidak yakin dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Kamu bekerja di perusahaan majalah dan aku yakin kau pasti tahu tentang hal ini, Ara..."

"Tidak," Ara jelas terlihat bingung dan kemudian berkata, "Maksudku, siapa yang akan menikah dengan siapa?"

Joanne bergeming selama beberapa detik, bola matanya bergerak ke tempat lain selama beberapa saat sebelum kembali menatap kepada Ara dan bergumam pelan.

"Umm, aku akan memberitahu kamu, tapi jangan beritatahu siapa-siapa."

"Kamu tahukan kalau aku tidak suka bergosip, J?" Balas Ara dengan nada acuhnya.

Sementara Joanne tersenyum tipis kemudian membungkukan tubuhnya sekaligus mendekatkan wajahnya pada Ara dan membisikan sesuatu kepada temannya itu.

"Kurasa anak sulung Senorita akan menikah." Bisik Joanne kepada Ara.

Ara mengulum bibir bawahnya. "Anak sulung Senorita? Maksud kamu Harvey?" Tanya Ara.

Joanne mengangguk pelan atas pertanyaan Ara dan kemudian Ara sedikit bereaksi dengan keningnya yang tampak mengerut namun saat perempuan itu menjauhkan kepalanya dari Joanne, ekspresinya kembali datar.

"Are you sure, J?" Ara membalas bertanya kepada Joanne dengan nada yang terdengar tidak begitu yakin, tidak seperti Ara yang biasanya.

Joanne hanya mengangguk namun tidak mengatakan apa pun dan itu membuat Ara kembali bertanya kepadanya.

"Kamu tahu dari mana?" Tanya Ara.

Pertanyaan yang sudah Joanne duga sebelumnya.

"Harvey datang ke toko aku kemarin." Jawab Joanne.

Kali ini Ara sedikit memberi riak pada ekspresinya, terkejut. Kedua matanya melebar tidak percaya kepada apa yang barusan dikatakan oleh Joanne.

"Gosh? Kamu serius, J?" Ara terdengar jelas tidak percaya.

Joanne mengangguk pelan dan kemudian Ara mendekatkan tubuhnya pada Joanne, menatap lekat-lekat wajah temannya itu.

"Lalu? Apa yang terjadi?" Tanya Ara kepada Joanne.

Joanne tampak memundurkan sedikit posisi tubuhnya dan kemudian menarik nafas dalam sebelum berkata, "Dia meminta aku untuk merancang baju."

"Baju?" Ara mengulang, butuh sepersekian detik bagi perempuan itu untuk bereaksi. Dengan perlahan Joanne bisa melihat kedua mata Ara yang semakin menyipit dan mulutnya yang bergerak pelan.

"Maksud kamu..." Ara menggantung ucapannya.

"Dia memintaku untuk merancang baju pengantin untuk mempelai perempuan, Ara." Joanne akhirnya mengatakan hal itu.

"Tidak...," Ara menyentuh dagunya pelan kemudian berkata, "Jika saja dia menikah, seharusnya aku tahu, orang-orang di kantor pasti sudah membicarakan tentang hal itu, J."

"Benarkah? Tidak ada berita atau gosip di kantormu?" Joanne tampak terkejut oleh berita tersebut.

Ara menggeleng dan kemudian berkata, "Bagaimana dengan kamu?"

"Aku tidak tahu, Ara. Sungguh."

"Kamu tidak bertanya kepada dia?"

"Tentang apa?"

Ekspresi Ara sedikit sengit kepada Joanne saat berkata, "Tentang siapa dan kapan?"

"Aku tidak menanyakannya." Joanne menggeleng kepada Ara.

Ara tampak jelas kecewa dengan ucapan Joanne, buktinya perempuan itu langsung menghela nafas panjang dan mengacak rambutnya dengan gerakan pelan.

"Kenapa? Aku pikir kamu temannya."

"Ya, kami memang teman. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Tapi, itu dulu, Ara."

"Apa yang kamu maksud dengan 'tapi, itu dulu', J?" Ara terdengar penasaran. "Memangnya sekarang kalian bukan teman? Lalu apa? Musuh?"

Joanne meringis dan menggeleng cepat. "Bukan seperti yang kamu bayangkan, Ra."

"Then what? Sungguh, aku benar-benar tidak mengerti. Kamu bilang kalau kamu ini temannya tapi kamu..."

Joanne mengangkat sebelah tangannya, menghentikan Ara dan kalimatnya yang belum terselesaikan.

"Kami memang teman, Ra. Dari dulu sampai sekarang. Masih berteman."

"Lalu kenapa? Tidak ada yang salah menanyakan tentang dengan siapa dan kapan dia akan menikah. Itu adalah pertanyaan formal biasa terlebih kalian adalah teman."

Joanne menggeleng sedangkan Ara mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Kenapa?"

"Karena aku sudah berjanji untuk tidak mencari tahu apa pun tentang dirinya, Ra."

"Kamu?" Ara memiringkan kepalanya ke samping dan kemudian melanjutkan kata-katanya. "Sudah berjanji dengan siapa?"

"Diri aku sendiri."

Ara menyipitkan matanya kepada Joanne, menghela nafas pelan dalam upaya untuk menahan diri untuk tidak tertawa atas hal tidak masuk akal yang baru saja dikatakan oleh temannya itu.

Ara berdeham kemudian melipat kedua tangannya di depan dada, menatap kepada Joanne yang ikut menegakkan punggungnya.

Ara menutup majalah yang terbuka di hadapannya, membungkukan tubuhnya kepada Joanne. Ara menatap penuh selidik dan sedangkan Joanne tampak santai terhadap Ara.

"Demi janji apa pun yang sudah kamu buat kepada diri kamu sendiri. Apa yang telah terjadi di antara kalian berdua sebenarnya?"[]

■ 180117 ■

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang