"Aku bertemu dengan seseorang kemarin."
Harvey mengangkat pandangannya kepada temannya dan bertanya, "Siapa?"
Harvey dan Jae tengah menghabiskan waktu mereka di cafe yang berada tidak jauh dari tempat pemotretan Jae hari ini.
"Perempuan yang kita temui di cafe beberapa hari yang lalu. Yang berambut panjang sebahu."
Tidak perlu waktu lama bagi Harvey untuk mengerti siapa yang dimaksud oleh Jae siapa orang yang dimaksud oleh temannya itu.
"Joanne. Namanya Joanne."
"Joanne?" Jae menyebut nama Joanne, mengangkat sebelah alisnya dan kemudian senyum tampak di wajahnya. "Apa dia seorang designer?"
"Kamu tahu?" Harvey membalas bertanya.
Jae tampak tersenyum saat tebakannya benar lalu berkata, "Tentu, Joanne Limsya Tanaka. Dia adalah designer muda yang baru saja menerima penghargaan. Pantas saja wajahnya terasa familier."
"Lalu? Dimana kamu bertemu dengannya semalam?"
"Kamu tahu Dorine? Ya, di sana."
Harvey menyipitkan matanya, hingga membuat keningnya mengerut dengan garis sama di atas sana. Dorine dan tentu saja Harvey tahu tampat itu.
"Maksud kamu dia pergi ke club?"
"Exactly, yes." Jae mengiyakan.
"Bersama siapa?"
"Sendirian kurasa? Karena dia tidak tampak berbicara dengan siapa pun kemarin malam."
"Apa yang dia lakukan di sana jika sendirian?"
Jae cukup bingung dengan pertanyaan beruntun dari Harvey. Namun kemudian pria itu tidak mempermasalahkannya lebih lanjut, Jae menjawab pertanyaan Harvey.
"Hanya minum," Jae berkata dengan nada ringan, kemudian pria itu melanjutkan kalimatnya. "Kurasa dia adalah seorang peminum yang cukup yeah untuk ukuran seorang perempuan. Dia bahkan sudah hampir menghabiskan empat botol minuman dalam satu jam."
"Kamu memperhatikannya sampai selama itu?"
"Well, ya. Karena dia duduk tidak jauh dariku dan itu membuatku bisa memperhatikannya dengan sangat jelas."
"Lalu kamu tidak menghentikannya?"
"Untuk apa?"
"Untuk minum, tentu saja."
"Sejujurnya aku tidak suka berurusan dengan perempuan mabuk," Jae mengangkat bahunya pelan lalu kembali berkata, "Jadi, aku membiarkannya karena tidak lama setelah itu salah seorang temannya datang. Sebelum dia menghabiskan botol ke empat dari minumannya."
Harvey menyipitkan matanya kali ini pria itu terdengar serius saat bertanya, "Siapa?"
"Araceli. Perempuan yang bersama Joanne di cafe pada waktu itu," Jae menerawang pada Harvey yang mengerutkan keningnya semakin dalam lalu berkata, "Tidak biasanya kamu peduli."
Harvey tidak berkomentar, hanya mengangkat bahunya pelan sebelum akhirnya kembali bertanya, "Apa dia mabuk?"
"Dia siapa? Joanne?" Jae membalas bertanya.
Harvey mengangguk.
Gerakan singkat Jae yang mengangkat bahunya membuat Harvey mengerutkan keningnya yang disusul oleh jawaban dari Jae atas pertanyaannya.
"Setelah meminum tiga setengah botol? Tentu saja, ya. Tapi dia baik-baik saja dan ada sesuatu yang menarik pada saat itu karena Ara menanyakan sesuatu kepadaku. Dia bertanya tentang dirimu."
Harvey mengingat perempuan berambut pendek yang merupakan teman dari Joanne, mereka bertemu di cafe pada saat itu. Joanne memperkenalkan secara singkat temannya itu kepada Harvey.
"Bertanya tentang diriku?" Harvey terdengar penasaran.
Jae mengangguk lalu berkata, "Sungguh, kamu tidak akan menyangka tentang apa yang dia tanyakan kepada aku."
"Memangnya apa yang dia tanyakan?" Harvey bertanya kepada temannya itu.
Kali ini Harvey tampak waspada saat ia melihat Jae tampak menipiskan bibirnya.
"Dia bertanya kepada aku tentang apakah benar bahwa kamu akan menikah."
Sepersekian detik setelah mengatakan hal itu Jae tertawa kepada Harvey.
"Itu konyol bukan?"
Jae menyesap minuman cappuccino dari cangkir minumannya. Tersenyum kepada Harvey yang tampak mencerna ucapan yang baru disampaikan oleh Jae barusan.
"Perempuan itu bekerja di perusahaan percetakan majalah dan aku rasa dia tengah mencoba untuk mengumpulkan berita tentang diri kamu yang mungkin nanti bisa dia dimasukan ke dalam headline majalahnya."
Jae mengakhiri kalimatnya dengan suara tawa yang meledak kemudian tanpa memperhatikan ekspresi Harvey yang mulai berubah.
"..."
Suara tawa Jae meredam dengan perlahan saat Harvey tidak membalas apa pun atas ucapannya barusan. Harvey sendiri tampak tengah memikirkan sesuatu. Jauh lebih lama dari yang seharusnya.
Jae memperhatikan ekspresi Harvey yang terlewat serius sebelum akhirnya bibirnya kembali menipis, senyuman tidak lagi mengembang seperti sebelumnya dan Jae memutuskan untuk bertanya kepada Harvey, dengan hati-hati.
"Apa yang barusan itu benar, H? Bahwa kamu akan menikah?"[]
■ 310117 ■