43 ■ quarante-trois.

7.8K 846 21
                                    

"Joanne."

Joanne terbangun dari lamunannya saat mendengar suara panggilan itu, menoleh ke sebelahnya dan mendapati Ezra yang tengah duduk di sebelahnya.

"Aku memanggil nama kamu berulang kali, Joanne," kata Ezra kepada Joanne saat perempuan itu baru menanggapi panggilan Ezra dengan menolehkan kepalanya.

Joanne dan Ezra sedang pergi makan siang bersama, setelah kejadian dua hari yang lalu, Ara tidak mendatangi Joanne lagi, bahkan temannya itu tidak menelefonnya sama sekali dan Joanne sendiri mungkin telah mengerti kenapa Ara melakukan hal itu.

Joanne menyadari bahwa ia tidak melakukan apa pun sedari tadi, ia bahkan tidak menyantap makan siangnya. Tangannya memegang sendok dan hanya mengaduknya.

Ezra sendiri menyadari Joanne yang tidak fokus dengan apa yang ada di hadapannya. Ezra hanya menanggapi Joanne yang kembali menatap pada makanan yang terhidang di hadapannya dengan tatapan tidak tertarik.

"Joanne, aku berbicara kepada kamu," kata Ezra.

Joanne kembali mengangkat pandangannya kepada Ezra, memperhatikan kakaknya itu. Menarik nafas dalam, melepaskan sendok yang sedari tadi Joanne gunakannya untuk mengaduk supnya.

"Aku mendengarmu," kata Joanne kepada Ezra.

Ezra menyadari keanehan pada Joanne lalu berkata, "Apa yang sedang kamu pikirkan?"

"Aku hanya berpikir tentang sesuatu," kata Joanne, tatapannya menerawang sebelum Joanne kembali berkata, "Aku ingin berhenti dengan semua ini, Ezra."

Joanne mengatakan hal itu tanpa membalas ucapan Ezra yang sebelumnya. Ezra menghentikan kegiatan makannya, menaruh sendok dan garpunya. Memfokuskan diri kepada pembicaraannya dengan Joanne.

"Tentang apa?" tanya Ezra kepada Joanne dengan nada tenang.

"Tentang Harvey," jawab Joanne dengan suara tidak kalah tenang kepada kakaknya. "Tentang semuanya."

Ezra sedikit memundurkan tubuhnya, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi di belakangnya. Menatap Joanne dengan tatapan biasa namun Joanne tahu bahwa ada banyak hal yang kini berkecamuk di dalam diri Ezra.

Ezra menarik nafas dalam lalu berkata kepada adik perempuannya. Tatapannya lurus dan tajam kepada Joanne.

"Aku tahu bahwa satu-satunya alasan kamu menolak untuk pergi ke Singapura bersama ayah dan ibu adalah karena pria itu. Pada kenyataannya seharusnya kamu tidak kembali ke Indonesia dan melanjutkan karirmu di sini, kamu akan mendapatkan kesempatan lebih besar di luar sana."

Percayalah, itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Ezra ucapkan. Membuat Joanne menurunkan bahunya sedikit, namun tatapannya masih lurus kepada Ezra. Joanne menipiskan bibirnya.

"Aku tidak akan menyangkalnya. Aku kembali ke Indonesia dan itu adalah pilihan yang aku inginkan, tidak ada bedanya Indonesia dan Singapura, aku sama-sama menjadi apa yang telah aku impikan."

"Apa kamu benar-benar yakin dengan apa yang baru saja kamu katakan, Joanne?"

Joanne tahu bahwa itu bukanlah sebuah pertanyaan.

"Aku sudah melakukan seperti apa yang kamu inginkan, Ezra. Enam tahun di Perancis, apa itu masih tidak cukup? Sampai aku harus pergi ke Singapura?"

Joanne mengangkat dagunya dan membalas menatap Ezra, lalu kembali berkata, "Usiaku enam belas tahun pada saat itu dan sekarang aku berbeda. Aku tidak ingin diatur terus menerus. Aku adalah apa yang aku pilih."

"Enam belas tahun dan sekarang, tidak ada yang berubah, kamu masih tetaplah sama."

Ezra masih dengan ekspresi datarnya berkata kepada Joanne. Mengabaikan ucapan Joanne yang sebelumnya, Ezra masih menatap tegas pada Joanne.

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang