Bab 9: Kungfu Terlihai

914 13 0
                                    

Keadaan gelap gulita, suasana sunyi senyap. Kuping Oh Thi-hoa masih terasa mendengung, namun suara gaib yang menakutkan itu, entah sejak kapan sudah berhenti.

Sekujur badannya basah-kuyup oleh keringat, keadaannya lemah lunglai kehabisan tenaga, dia menggeletak di lantai dengan terengah seperti baru saja mengunjungi neraka dan habis berkelahi dengan kawanan setan, mirip habis bermimpi buruk.

Sampai lama sekali telinganya tak dapat mendengar suara lain. Tapi akhirnya ia dapat berdiri.

Coh Liu-hiang sering bilang tubuh Oh Thi-hoa laksana gemblengan dari baja. Asalkan dia masih bisa bernapas, dia pasti sanggup berdiri.

Tapi bagaimana dengan orang lain? Apa orang lain juga tahan digoda oleh mimpi buruk ini? Oh Thi-hoa coba meraba-raba sekitarnya untuk mencari geretan api. Tapi geretan itu entah jatuh kemana, keadaan begini gelap. Cara bagaimana dapat menemukannya?

Pada saat ini dia belum mendengar cerita Coh Liu-hiang tentang caranya mencari pipa tembakau itu, sebab itulah ia pun tidak ingat hidungnya dapat dimanfaatkan untuk mencari geretan itu. Sebab geretan juga ada bau yang khas, yaitu bau belerang. Selagi Oh Thi-hoa merasa bingung cara menemukan geretan itu, sekonyong-konyong api telah dinyalakan. Seseorang tahu-tahu berdiri di depannya dengan tangan memegang geretan yang sudah menyala itu. Ternyata orang ini adalah Tang-sam-nio.

Seketika Oh Thi-hoa melengak dan memandangi perempuan ini dengan termangu-mangu, hingga lama sekali ia tak sanggup bersuara.

Wajah Tang-sam-nio tidak mengunjuk perasaan apapun juga, ucapnya kemudian, "Geretan api ini sangat bagus. memakai belerang kwalitas paling tinggi, maka baunya juga harum."

Tiba-tiba cahaya api terlihat bergoyang-goyang.

Hah. darimana datangnya angin yang membuat sumbu api bergoyang?

Cepat Oh Thi-hoa berpaling, seketika ia hampir berteriak saking kegirangan.

Pintu penjara ternyata sudah terbuka. Coh Liu-hiang juga bersandar di tepi pintu dengan mata terpejam seperti sedang tidur. Sekujur badannya juga basah kuyup, kelihatan sangat lelah, namun senyuman kecil terhias di ujung mulutnya.

Di depan pintu ada pula dua orang berkedok hitam, tangan masing-musing memegang pentung, namun pentung sudah patah dan kedna orang itupun rebah dengan meringkuk. Agaknya mereka memburu ke sini ketika melihat pintu penjara mendadak terbuka, tapi begitu dekat. Segera mereka roboh tergetar oleh dengungan suara yang menakutkan itu.

Pintu batu tebal ini terbuka oleh getaran suara maut itu, ditambah lagi getaran tenaga dalam Coh Liu-hiang yang kuat.

Betapapun orang yang menakutkan, asalkan paham cara bagaimana menaklukkan dia, maka dia akan menjadi budak.

Betapapun tenaga yang menakutkan, asalkan tahu cara bagaimana menguasainya, maka akan dapat diperalat sesukanya.

Teori ini cukup dipahami Coh Liu-hiang selama ini.

Dan dimanakah Thio Sam? Ternyata si jaring kilat ini juga meringkuk di pojok ruangan sana, mirip udang kering. Dan Ko A-lam berbaring di bawah kaki Oh Thi-hoa. ia sudah dapat merangkak bangun.

Daya tahan kaum perempuan akan siksaan memang lebih kuat daripada lelaki.

Yang paling konyol adalah Eng Ban-li. Kepalanya sudah bocor karena ditumbukkan ke dinding oleh dia sendiri, kedua daun telinga palsunya juga terbetot lepas. Sebelah tangannya sudah buntung, dengan sendirinya ia tidak dapat mendekap telinganya dengan dua tangan ketika terjadi serangan suara maut.

Apalagi telinga buatan Eng Ban-li itu terbikin dari semacam logam campuran yang peka suara, seumpama tangan mendekap telinga juga sukar menolak dengungan gelombang suara yang hebat itu. Sedangkan satu-satunya tangan yang masih tersisa itu digunakan untuk mencengkeram Kau Cu-tiang.

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang