Bunga-bunga azalea yang berada di bawah lereng gunung sudah mekar, gunung hijau di kejauhan nampak seperti giok yang indah setelah dicuci oleh hujan musim semi, sepasang kupu-kupu terbang keluar masuk bunga-bunga. Suasana kebun bunga nan hening, seperti berada di dunia lain!
Chu Liuxiang menyilangkan sebuah kaki, dan duduk di atas undak-undakan batu yang berada di luar serambi panjang, hampir tidak bisa percaya bahwa dirinya telah tiba di desa Gunung Pedang Giok!
Sebab tidak ada orang yang dapat dengan mudah datang kemari, sekalipun para jago silat yang congkak dan merasa dirinya hebat, juga tidak berani masuk secara sembarangan!
Beberapa tahun ini, ketenaran nama dari desa Gunung Pedang Giok, sudah hampir melampaui ketenaran nama dari tiga partai besar dan empat keluarga besar dari kalangan persilatan Jiangnan!
Namun sekarang ia duduk di sini, yang terlihat hanya suasana pemandangan musim semi yang menawan, sama sekali tidak ada suasana yang tegang dan menakutkan, lebih-lebih tidak terlihat tempat ini dijaga sangat ketat!
Chu Liuxiang mengelus-elus hidungnya dengan sebuah jari tangan, sambil di dalam hati terpaksa mengaku bahwa pemilik desa Gunung Pedang Giok ini betul-betul luar biasa!
***
Tuan Du memang orang yang luar biasa.
Ia adalah seorang yang amat misterius, dengan tiba-tiba muncul di kalangan persilatan, tak ada seorang pun yang mengetahui asal-usul dan masa lampaunya, kecuali beberapa orang kepercayaannya, tidak ada yang bisa melihatnya.
Namun setiap orang tahu. Secara tidak terang-terangan dia menguasai sebuah kekuatan yang amat mengerikan, banyak anak buahnya adalah jago-jago silat yang sudah lama tidak muncul di dunia persilatan, mereka mengikuti dia seperti gadis setia yang tergila-gila pada pacarnya. Tiap saat mau melakukan apa saja untuknya, dan tiap saat rela mati baginya!
Tuan Du yang misterius ini sebenarnya adalah siapa? Kekuatan misterius apa yang dia miliki?
***
Chu Liuxiang telah menunggu lama sekali di tempat ini, hanya ada dia, tidak ada Hu Tiehua.
Sebab Tuan Du cuma menyanggupi untuk bertemu dia seorang saja.
Akhirnya dari ujung serambi panjang terdengar bunyi langkah yang ringan dan pelan, seorang wanita cantik yang mengenakan gaun panjang yang menyapu lantai, berjalan ke arahnya dengan gaya yang amat anggun.
Walaupun sudah setengah tua, namun ia tidak mau memakai bedak untuk menutupi kerut-kerut di sisi matanya.
Kecantikan dan keanggunannya laksana sebuah awan putih yang melayang-layang di sisi gunung nun jauh itu, tetapi dari matanya memancarkan semacam rasa percaya diri laksana cahaya matahari!
Mendadak saja Chu Liuxiang menjadi termangu-mangu.
Ia belum pernah melihat wanita semacam ini, juga tidak pernah mengira bahwa seorang wanita setelah berlalu masa keremajaannya, masih dapat mempertahankan kecantikan yang luar biasa ini!
"Pendekar Harum Chu."
Ia menyapa sambil tersenyum, suaranya juga sama anggunnya. "Malam kemarin dulu hujan baru berhenti, hari ini Pendekar Harum sudah datang, pas saatnya bunga-bunga bermekaran."
Cuma sayangnya kedatangan Chu Liuxiang bukan untuk menonton dan menikmati bunga.
"Aku tahu bahwa selama ini Tuan Du jarang bertemu orang, namun dia telah menyanggupi untuk menemuiku," kata Chu Liuxiang sambil berusaha tidak menatap matanya. "Aku percaya bahwa Tuan Du bukan orang yang tak bisa tepati janji."
"Aku pun percaya demikian," ia berkata seraya tersenyum manis. "Sebab sekarang anda sudah melihatnya."
Chu Liuxiang mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan terkejut, lalu bertanya: "Andakah Tuan Du?"
"Betul. Sekarang anda seharusnya percaya bahwa aku bukanlah orang yang tak bisa tepati janji 'kan?"
Di atas lantai kayu kesturi yang mengkilap itu terdapat sebuah meja rendah yang antik, ada 3-5 tangkai bunga kamelia yang berwarna putih berada di sebuah botol, bunga kamelia yang mekar delapan kuntum.
Chu Liuxiang tidak menatap bunga.
Ia sedang menatap ke wanita cantik yang misterius namun anggun, yang duduk di kursi brokat di hadapannya!
Pada saat ini sekalipun ia memakai seluruh kekuatannya untuk melarangnya tidak menatapnya pun sudah tidak bisa lagi, bahkan memindahkan tatapan matanya sebentar saja sudah amat sulit!
"Aku tahu anda pasti merasa heran sekali, sebenarnya seorang wanita dipanggil dengan sebutan 'tuan' juga bukan suatu hal yang aneh, kadang-kadang ada pria juga dipanggil dengan sebutan 'ibu'," tuan Du berkata. "Di zaman dulu ada seorang empu pembuat pedang yang bernama 'Ibu Xu'."
Chu Liuxiang menatapnya lama sekali, lalu bertanya: "Anda jarang sekali mau bertemu orang, apa karena supaya tidak diketahui orang bahwa anda adalah wanita?"
"Mungkin ya," kata Tuan Du dengan tersenyum tipis. "Mungkin hanya karena aku tidak mau ditatap orang seperti cara anda menatapku."
Chu Liuxiang tidak tersenyum, tidak mengelus-elus hidung, tapi tiba-tiba wajahnya memerah!
Seandainya Hu Tiehua melihatnya, pasti akan terkejut sekali.
Mau membuat wajah Chu Liuxiang jadi merah bukanlah hal yang mudah, tidak mudahnya seperti mau menghela seekor unta untuk melewati mata jarum!
Untung Tuan Du tidak meneruskan topik ini, dan bertanya: "Aku juga tahu bahwa selama ini anda sibuk sekali, kali ini kenapa mau menemuiku? Apakah karena urusan pernikahan Shi Tianwang dengan Putri Pedang Giok?"
"Bukan."
Chu Liuxiang bertekad mau menunjukkan sedikit semangat kejantanannya, maka segera berkata dengan suara nyaring: "Sekalipun anda mau menikahkan 80 putri pada Shi Tianwang, juga sedikit pun tidak ada hubungannya dengan aku."
"Yang ada hubungannya dengan anda adalah hal apa?"
"Aku hanya ingin membantu seorang teman untuk menemukan anak perempuannya, seorang gadis yang pernah diculik dan dimasukkan ke dalam peti," Chu Liuxiang berkata. "Aku yakin ia pasti ada di sini."
Di luar, angin musim semi bertiup sepoi-sepoi, warna gelap malam pun tiba dengan pelan-pelan.
Tuan Du memandang dengan diam ke bunga kamelia putih yang ada di botol, air mukanya tampaknya juga mirip dengan bunga kamelia yang berkuntum 8 itu, bersih indah namun pucat!
Kuntum-kuntum bunga tiba-tiba berlepasan.
Sebab jari tangannya tiba-tiba dijentikkan, kuntum-kuntum bunga lepas satu persatu, lalu beterbangan di depan mata Chu Liuxiang, dan mengaburkan pandangannya!
Dua jari tangannya sudah menjepit sebuah ranting bunga, tiba-tiba sudah menusuk ke arah mata Chu Liuxiang!
Kecepatan, keanggunan, dan keganasan yang tak bisa dilukiskan! Semacam keganasan yang mendekati kesempurnaan!
Di bawah kolong langit ini, barangkali hanya ada seorang yang dapat melakukan hal ini!
Seandainya mata Chu Liuxiang tertusuk sampai buta, mestinya tidak perlu menyesal!
Sebab ia telah melihat seorang wanita semacam ini, dan apa yang ia telah lihat seumur hidupnya sudah cukup banyak!
***
Di guci arak yang terbikin dari porselen, tergambar 20 tangkai bunga pioni dari bahan glasir.
Ini adalah arak huadiao yang asli, arak huadiao terbaik yang berusia 20 tahun!
Hu Tiehua sudah meminum habis satu guci masih sisa satu guci.
"Mengapa anda tidak minum lagi?" Bibi Hua bertanya. "Seharusnya anda tahu bahwa bisa minum arak sejenis ini adalah kesempatan yang amat langka."
"Sulit dapat arak bagus, tapi lebih sulit dapat kawan bagus!"
Hu Tiehua membuka bagian depan bajunya, lalu duduk di sebuah bangku batu yang ada di depan sebuah meja batu.
"Seandainya si Kutu Busuk Tua (catatan: ini adalah julukan yang diberikan Hu Tiehua pada Chu Liuxiang) tahu bahwa ada dua guci arak yang demikian bagus ini dihabiskan olehku, ia pasti akan mati karena saking marahnya! Tidak asyik 'kan kalau si Kutu Busuk Tua berubah jadi si Kutu Busuk Mati."
"Anda mau menyisakan satu guci arak untuknya?"
"Bukan diberikan padanya, tapi menemaninya minum. Meskipun ia minum arak lebih cepat dari menuangkan arak, tapi aku pun tidak pelan," kata Hu Tiehua sambil tertawa nyaring. "Maka ketika ia menghabiskan setengah guci, aku sudah menghabiskan satu setengah guci."
Bibi Hua memandangnya dengan sikap yang aneh, lalu bertanya dengan nada yang aneh: "Tetapi kenapa anda tahu dia pasti bisa datang?"
"Kenapa dia tidak bisa datang?"
Hu Tiehua yang sebenarnya sudah mabuk tiba-tiba sadar lagi, sepasang matanya mendelik besar seperti lonceng sapi.
"Aku mau mengerjakan urusan bagi kalian, sebab aku tahu ini bukan urusan yang jelek, kalau aku tidak bisa mengantar sang putri tempatnya Shi Tianwang sebelum 5 Mei, maka si bedebah itu akan menyerang kemari, sekalipun kalian dapat memukul mundur dia. darah yang akan dialirkan penduduk setempat ini bisa menjadi sungai!"
Hu Tiehua melanjutkan dengan suara keras: "Namun jika kalian mengusik Chu Liuxiang, aku lebih dulu yang akan membikin tempat kalian menjadi sungai. Sungai yang terjadi karena aliran darah!"
Bibi Hua tidak berbicara.
Ia jarang ada waktu tidak berbicara, sekarang ternyata tidak berbicara, disebabkan dari jauh terdengar bunyi kecapi yang sayup-sayup, sejenis bunyi kecapi yang bisa membuat siapapun yang mendengarnya tidak dapat berbicara untuk sementara waktu!
Namun bunyi kecapi ini tidak akan terlalu jelas terdengar oleh orang, persis seperti bunyi bunga ketika mekar.
Apakah ketika bunga mekar juga ada bunyinya? Siapakah yang dapat mendengar itu bunyi apa?
Apakah ketika bunga gugur juga ada bunyinya?
Bunga gugur tidak berbunyi, 'usus putus' (catatan: 'usus putus' ialah sebuah istilah/ ungkapan dalam sastra Tiongkok kuno, yang berarti: luar bisa sedih) juga tidak berbunyi.
Ada bunyi ialah tidak bunyi, tiada bunyi juga ialah ada bunyi, hanva sering kali tiada orang yang dapat mendengar sampai jelas.
Bunyinya bunga gugur, kadang-kadang, bukankah sama dengan ketika 'usus putus'?
***
Bunyi kecapi yang 'memutuskan usus'.
Bunga kamelia putih yang berkuntum 8 itu lepas sekuntum demi sekuntum, dan melayang-layang di atas lantai kayu kesturi yang beningnya mirip cermin, lalu berjatuhan di sisi lutut Chu Liuxiang.
Ranting bunga yang mirip pedang itu sudah hampir mengenai alis matanya, tusukan ini sudah merupakan intisari dari ilmu pedang!
Intisari dari ilmu pedang yang tiada bentuk, tiada perasaan, dan tiada keadilan!
Tusukan ini sudah mencapai taraf Zen!
Setelah mencapai taraf tertentu, Zen yang bukan Zen dapat menyadarkan orang akan kebenaran, namun pedang yang bukan pedang juga dapat mengambil nyawa orang dalam waktu sekejap mata!
Kelihatannya Chu Liuxiang sama sekali tidak mengerti.
Ia sedikit pun tidak bergerak, bahkan matanya juga tidak berkedip, sepertinya sama sekali tidak tahu bahwa ranting bunga ini dapat mengambil nyawanya dalam waktu satu chana!
Waktu sekali menjentikkan jari tangan = 60 chana. Seandainya ranting bunga ini kena sasaran, maka dalam waktu sekali menjentikkan jari Chu Liuxiang telah mati 60 kali!
***
Langit makin gelap, bunyi kecapi makin menyedihkan kedengarannya.
Bibi Hua memandangi Hu Tiehua, tiba-tiba sikapnya berubah jadi luar biasa lemah lembut, lemah lembut yang tak pernah terlihat orang.
"Anda sudah mabuk, yang anda minum adalah arak yang memabukkan, seharusnya anda tahu bisa mabuk."
Ada sekuntum bunga yang gugur karena hembusan angin.
"Bunga bisa mekar, juga bisa gugur. Ada waktu bunga mekar, tentu ada waktu bunga gugur. Sebab bunga ya bunga, dikarenakan mesti mekar, ya mesti gugur juga," Bibi Hua berkata dengan bunyi sayup-sayup. "Ini sama dengan kita manusia, yang mesti mabuk ya mabuk, yang mesti mati ya mati."
Tiba-tiba Hu Tiehua merasa dirinya benar-benar telah mabuk.
Tidak tahu itu karena bunyi kecapi atau karena suaranya Bibi Hua, atau karena arak, ternyata ia mabuk pada saat yang tidak bisa dan tidak boleh mabuk!
Tetapi ia masih bisa mendengar kata-kata Bibi Hua: "Bunga mekar lalu gugur, orang berkumpul lalu berpisah, semuanya adalah hal-hal di luar kemampuan manusia."
Suaranya mengandung semacam kesedihan karena tidak berdaya. "Orang yang ada di dunia persilatan, persis seperti bunga, mau mekar atau gugur, mau kumpul atau pisah, sering kali berada di luar kemampuan diri sendiri."
***
Waktu satu chana meskipun pendek sekali, namun pada waktu satu chana yang ajaib ini, seseorang bisa tiba-tiba berubah jadi debu beterbangan yang tak kembali lagi, bunga yang gugur juga bisa berubah jadi lumpur yang harum!
Kegelapan malam makin pekat, bunga yang gugur pergi terbawa angin, waktu berjuta-juta chana telah berlalu, ranting bunga yang mirip pedang itu, masih berada di dekat mata Chu Liuxiang, ternyata masih belum kena sasaran!
Tiba-tiba, ada angin yang berhembus lagi, bunga yang gugur tiba-tiba berubah jadi debu dan beterbangan masuk ke kegelapan malam yang makin pekat, ranting bunga yang setiap saat dapat mengambil nyawanya itu tiba-tiba patah sedikit demi sedikit di depan matanya!
Ini bukanlah suatu keajaiban.
Ini adalah pengkristalan hikmat dan tenaga yang diperoleh seseorang setelah mengalami mara bahaya yang jumlahnya tak terhitung!
Ketika daun-daun bunga dari bunga kamelia delapan kuntum itu beterbangan, ranting bunga itu telah diubah oleh tenaga dalamnya Chu Liuxiang menjadi sesuatu yang punya 'bentuk' namun tidak punya 'kekuatan'!
Air mukanya Tuan Du tidak berubah, tidak menampakkan sedikit pun kegugupan maupun ketakutan.
Sebab dia tahu bahwa pedang itu bermata dua, tiap kali ketika dia mengira dapat mengacaukan pikiran dan tatapan mata lawan, tetapi pikiran dan tatapan matanya sendiri juga ada kemungkinan dikacaukan lawan!
Disini perbedaannya amat sangat tipis. Jika dia betul, dia menang! Tapi jika dia kalah, dia juga rela.
"Aku kalah!" Tuan Du berkata. "Ini adalah pertama kalinya aku kalah dari seorang pria!"
Baik menang maupun kalah, sikap anggunnya tidak pernah berubah!
"Dikarenakan aku sudah kalah, terserah anda mau mengapakan aku!"
Chu Liuxiang menatapnya dengan tak bersuara, menatapnya lama sekali, lalu tiba-tiba berdiri dan pergi keluar dengan langkah besar.
Kebun bunga hening sekali, malam terasa sejuk sekali.
Tidak tahu kapan tepatnya, bumi telah dikuasai malam yang gelap, tapi di angkasa telah ada sebuah bulan sabit nan melengkung. Ketika Chu Liuxiang menoleh untuk melihat Tuan Du, ia sudah tidak ada.
Namun bunyi kecapi masih ada.
Bunyi kecapi yang lembut dan memilukan itu sepertinya tibap-tiba berubah jadi sebuah kail ikan yang mirip bulan sabit. Dan Chu Liuxiang sepertinya tiba-tiba berubah jadi seekor ikan!
***
Mengapa Tuan Du mau membunuh dia? Mengapa tidak membolehkan dia bertemu dengan anak perempuannya Jiao Lin? Ada rahasia apa yang terkandung di dalamnya?
Dia dapat melihat bahwa sebenarnya Tuan Du tidak berniat jahat padanya, namun hanya dalam waktu sekejap mata, Tuan Du telah ambil keputusan mau membinasakannya!
Ketika dia tahu diri sendiri sudah kalah total, bahkan dia tidak menyayangkan tubuhnya demi menghalangi Chu Liuxiang.
"Terserah anda mau mengapakan aku!"
Ketika dia mengucapkan kalimat ini, dia betul-betul telah siap sedia untuk menanggung segala-galanya! Pandangan matanya dengan jelas sekali memberitahukan hal ini pada Chu Liuxiang!
Nafsu birahi seorang wanita paruh baya yang sudah lama dikekang, telah dinyatakan dengan tanpa ditutupi lagi! Rasa sakit karena kekalahan itu seperti sebilah pisau yang tajam, telah membelah cangkang lahiriahnya!
Pada saat itu Chu Liuxiang tidak tahu ada berapa kali yang ingin sekali mengulurkan tangan untuk menanggalkan pakaian wanita itu!
Tubuh di balik pakaian itu, sudah tidak tahu ada berapa lama tidak dijamah pria lagi!
Tubuh yang indah, lembut, pucat namun manis seperti seorang perawan, tapi juga penuh dengan nafsu berkobar-kobar seorang perempuan paruh baya!
Chu Liuxiang mengaku terus terang kepada diri sendiri bahwa pada pandang pertama ketika ia melihat wanita itu, di dalam hatinya telah ada nafsu dan khayalan rahasia ini!
Tetapi setiap kali ketika ia mau mengulurkan tangan, di dalam hatinya pasti timbul semacam perasaan berdosa dan firasat buruk, yang seolah-olah memberitahukannya jika ia berbuat demikian, ia akan menyesal seumur hidup!
Apa sebabnya? Apakah karena bunyi kecapi yang selalu mengiang-ngiang di sisi telinganya?
Baru sampai sekarang ia dapat dengan pasti memberitahukan diri sendiri. "Ya, memang karena bunyi kecapi ini."
Bunyi kecapi yang sayup-sayup ini terus menerus memainkan sebuah lagu yang sama!
Di dalam rumah-rumah bordil terkenal yang ada di kota Yangzhou dan di pinggir sungai Qinhuai, ia pernah mendengar lagu ini!
Judul lagu ini ialah: 'Bulan Sabit'.
Melodi lagu yang indah, bagaikan benang-benang halus yang tak terhitung banyaknya, telah mengikat Chu Liuxiang erat-erat tanpa ia sadari!
Apakah di tubuhnya si pemain kecapi juga ada sebuah bulan sabit?
***
Bunyi kecapi itu berasal dari sebuah loteng kecil, di dalam jendela kain kasa yang ada di loteng kecil itu tampak bayangan-bayangan lampu dan orang yang remang-remang.
Pintu yang ada di bawah loteng itu tidak dikunci, seolah-olah memang menunggu seseorang untuk membukanya.
Chu Liuxiang membuka pintu lalu naik ke loteng itu.
Angin musim semi masuk melalui jendela kasa, di dalam loteng kecil itu penuh dengan harum bunga.
Seorang gadis cantik yang bersanggul istana, berpakaian indah yang tersulam brokat, sedang main kecapi di bawah lampu, ternyata adalah 'Bulan Sabit' yang pernah dimasukkan ke dalam peti oleh orang!
"Anda datang sebagaimana diduga."
Bunyi kecapi berhenti, dia memandang dengan dingin ke Chu Liuxiang, dinginnya seperti bulan sabit yang berada di ufuk langit.
"Kau tahu aku akan datang?" Tanya Chu Liuxiang.
"Tentu saja aku tahu," ia berkata. "Asal anda masih hidup, pasti akan datang."
Senar kecapi dipetik sebentar, lalu berkata dengan dingin. "Pendekar Harum Chu yang menganggap dirinya adalah seorang yang romantis, tentu saja tahu lagu apa yang aku mainkan. Aku hanya tidak mengira bahwa anda dapat hidup begini panjang!"
Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum masam. "Hal ini juga tidak terkirakan olehku. Demi supaya aku tidak bertemu kau, setiap orang sepertinya berusaha dengan segala macam cara untuk merenggut nyawaku, sepertinya kau sendiri juga terus menghindar dariku. Lalu kenapa sekarang kau menarikku datang?"
Bulan sabit di ufuk langit tidak berbunyi, bulan sabit di bawah lampu tidak berbicara.
Sekalipun sinar lampu sama remang-remangnya dengan sinar bulan, namun Chu Liuxiang masih bisa memandangannya dengan jelas.
Ini bukan pertama kali Chu Liuxiang memandangnya, tetapi di dalam kamar penginapan itu, di dalam peti yang misterius itu, pada keadaan yang terburu-buru itu, yang diperhatikannya hanyalah 'bulan sabit' yang ada di dadanya.
Sekarang Chu Liuxiang baru memperhatikan wajahnya. Meskipun wajahnya pucat, tapi memiliki semacam keindahan dan keanggunan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata!
Sinar matanya seperti sinar mentari, penuh rasa percaya diri dan tekad yang bulat!
Dia amat mirip seseorang.
"Aku sudah mengerti!"
Tiba-tiba suara Chu Liuxiang jadi serak. "Kau mau aku datang, cuma karena kau tidak ingin aku ada bersama Tuan Du, karena kau dapat menduga hal apa yang mungkin dilakukannya. Kali ini ia tidak menghalangiku untuk bertemu dengan kau, juga karena ia telah paham maksudmu."
Mau mengutarakan hal semacam ini dengan demikian langsung (tidak ditutup-tutupi), sering kali merupakan sesuatu yang cukup menyakitkan.
Dia malahan melanjutkan kata-kata Chu Liuxiang, bahkan mengatakan dengan lebih langsung. "Tidak salah, maksud Tuan Du aku paham, maksudku ia juga paham, sebab ia adalah ibuku, aku adalah Putri Pedang Giok yang ia mau berikan pada Shi Tianwang."
Mendadak saja Chu Liuxiang merasa badannya amat dingin, dan ingin sekali minum arak! Tapi tidak ada arak.
Dari kejauhan sayup-sayup terdengar bunyi guruh musim semi, bulan sabit yang melengkung itu tak tahu kapan telah tertelan oleh awan gelap.
Suara gadis itu juga jauhnya seperti di dalam awan gelap. "Yang dimaui Shi Tianwang adalah seorang putri raja, bukan anak gadisnya seorang pesilat yang melarat! Semua orang tahu bahwa aku adalah seorang putri raja, yang tak punya hubungan sedikit pun dengan pengembara yang melarat! Aku akan menikah dengan Shi Tianwang, tidak saja itu adalah kehendak ibuku, aku sendiri juga rela. Barang siapa mau merusak hal ini, setiap saat pasti ada orang yang mau mengambil nyawanya!"
Dia bertanya dengan suara yang amat dingin. "Aku mau anda datang, ialah karena mau memberitahukan hal ini, apakah saat ini anda sudah paham?"
"Ya."
"Kalau begitu cepatlah pergi, selama-lamanya jangan menemuiku lagi, aku juga selama-lamanya tidak akan mau bertemu anda lagi!"
***
Hu Tiehua bermimpi ia sedang terbang.
Bisa terbang adalah satu hal yang amat ajaib. Terbang kian kemari dengan bebas seperti seekor burung, terbang melewati banyak bukit, terbang melewati banyak atap rumah, terbang melewati rumahnya guru galak yang tangannya selalu membawa mistar pemukul, terbang melewati sungai kecil yang tak dapat diseberangi walaupun telah berusaha keras... Ketika bangun dari mimpi, meskipun masih berbaring lemas di ranjang, perasaan bisa terbang itu masih tertinggal di hati seperti baru saja makan permen yang amat manis!
Banyak orang, ketika kecil, pernah bermimpi demikian, Hu Tiehua pun sama.
Hanya kali ini ketika bangun dari mimpi, tiba-tiba ia tahu bahwa dirinya benar-benar sedang terbang!
Bukan ia yang terbang, ada seorang yang menerbangkannya satu lengan memapahnya. Angin dingin menerpanya, dan ia nerasa kepalanya sakit bukan main, sekeliling gelap gulita, tidak dapat lihat apapun.
Kemudian terdengar seorang berkata: "Puji Tuhan! Akhirnya kau bangun. Sungguh tidak mudah untuk membangunkanmu."
Orang ini tentu saja adalah Chu Liuxiang.
Ketika Hu Tiehua mabuk, selain Chu Liuxiang, tidak ada orang lain yang dapat memikirkan cara untuk membangunkannya. Membangunkan Hu Tiehua yang mabuk, sedikit lebih sulit dari membangkitkan orang yang mati!
"Apa maksudmu?" Hu Tiehua naik pitam. "Jelas-jelas aku tidur nyaman di ranjang, kenapa kamu membangunkanku? Kamu ini 'kurakura' atau 'bulus'?" (catatan: 'kura-kura' dan 'bulus' adalah kata-kata makian dalam bahasa Tionghoa, juga bisa dipakai untuk menyindir suami yang istrinya serong).
Seorang setelah mabuk, jikalau bisa tidur dengan nyaman sampai besok sore, baru bisa disebut sebagai orang yang beruntung. Tapi jika sampai tengah malam sudah dibangunkan orang, tidak heran kalau dia bisa luar biasa marahnya.
Chu Liuxiang pernah juga mabuk, tentu saja memahami perasaan ini, maka dia diam saja ketika dimaki-maki.
Dapat memaki-maki Chu Liuxiang benar-benar adalah satu hal yang amat memuaskan dan nikmat!
Yang tidak nikmat adalah, setelah dimaki-maki, kecepatan dari 'kura-kura' ini malah bertambah, bukan saja lebih cepat dari kura-kura, juga lebih cepat dari kelinci, bahkan lebih cepat dari kecepatan gabungan sepuluh kelinci yang diburu rubah!
Di dunia ini mungkin sudah tidak bisa menemukan orang kedua yang demikian cepat!
Hu Tiehua tidak tahan lagi, nada katanya mulai melemah, kata-kata makian semuanya dari kepala yang rasanya mau pecah itu 'terbang' dan lenyap, sehingga hanya bisa bertanya sambil merintih. "Sebenarnya kau mau apa?"
"Aku tidak mau apa-apa," Chu Liuxiang berkata. "Cuma ingin cari satu orang untuk menemaniku jalan-jalan."
"Jalan-jalan?" Hu Tiehua mulai berteriak-teriak. "Masa' saat ini kita lagi jalan-jalan?"
Suaranya persis seorang yang sedang sekarat. "Ibuku! Tuhanku! Jalan-jalan seperti caramu ini akan mencabut nyawaku! Bisakah kita tidak jalan-jalan lagi? Bisakah duduk dan ngobrol?"
"Bisa."
Walaupun ketika Chu Liuxiang melesat ke depan itu seperti anak panah yang lepas dari busur, tapi bisa langsung berhenti!
Tempat yang ia berhenti itu kebetulan ada sebatang pohon, di bawah pohon kebetulan ada sebidang tanah berumput.
Segera saja Hu Tiehua berbaring di tanah berumput itu, kecuali dipukul dengan sebuah pentungan besar, ia tidak akan bangun.
"Kamu mau ngobrol atau mau tidur?" Kata Chu Liuxiang. "Atau kita pergi jalan-jalan lagi juga boleh."
"Siapa mau tidur? 'Telur kura-kura' baru mau tidur!" (catatan: 'telur kura-kura' dalam bahasa Mandarin artinya: anak haram jadah)
Seolah-olah benar-benar terpukul oleh pentungan, Hu Tiehua segera bangun dan duduk di atas tanah, lalu bertanya: "Kamu mau ngobrol apa? Bisakah ngobrol tentang Tuan Du? Sudahkah berjumpa dengannya? Sudahkah berjumpa dengan anaknya Jiao Lin?"
"Sudah semua."
"Bagaimana dengan nona Jiao itu? Apakah ia cantik?"
"Tidak saja cantik, juga cerdas!" Chu Liuxiang berkata sambil menatap langit gelap di kejauhan. "Jiao Lin pasti tidak menduga bahwa ia memiliki seorang anak yang demikian bagus!"
"Kemudian?"
"Kemudian aku pergi."
Kata Hu Tiehua sambil menghela napas: "Kenapa kamu tidak ngobrol lebih lama dengannya? Kenapa buru-buru pergi?"
"Bukan aku mau pergi, tapi dia yang suruh."
"Dia yang suruh lalu kau pergi?" Kata Hu Tiehua dengan pura-pura menyayangkannya. "Kapan kau berubah jadi demikian penurut?"
"Pada saat aku mulai mengerti."
"Mengerti apa?"
"Hal yang seharusnya dimengerti, hampir seluruhnya aku ngerti," kata Chu Liuxiang. "Bahkan aku juga ngerti hal-hal yang tidak seharusnya dimengerti."
"Beberapa tahun ini, di sejumlah daerah pesisir di Tiongkok bagian tenggara, sering ada bajak-bajak laut orang Jepang yang datang menyerang serta merampok, yang setelah berhasil langsung pergi menghilang. Kedatangan mereka yang berikutnya sulit diprediksi."
"Seandainya pemerintah Tiongkok mengirim tentara dalam jumlah besar untuk menumpas mereka, pasti akan makan biaya yang luar biasa besar, serta dapat mengganggu rakyat. Apalagi bajak-bajak laut yang tak punya tempat tinggal yang tetap itu, belum tentu bisa dihadapi oleh pasukan reguler."
"Maka pihak pemerintah mengutus seorang duta istimewa, dengan identitas seorang pesilat, untuk menggabungkan para pesilat dari berbagai tempat, untuk menghadapi bajak-bajak itu."
"Kekuasaan orang ini amat besar, tanggung jawabnya juga amat berat, rahasia identitasnya harus dijaga rapat-rapat, namun demi kunjungannya ke tempat-tempat pejabat setempat, mau tidak mau mesti membuat orang-orang tahu bahwa ia adalah seorang dengan kedudukan yang tinggi sekali."
"Dalam keadaan demikian, maka pemerintah memberinya suatu anugerah dengan suatu alasan yang dibuat-buat, yaitu menjadikan anaknya sebagai putri raja. Walaupun ini hanya namanya saja, tapi sudah cukup membuat orang-orang menaruh hormat pada mereka."
Mendengar sampai disini barulah Hu Tiehua tidak bisa menahan diri untuk bertanya: "Apakah kau sudah tahu bahwa orang itu adalah Tuan Du?"
"Ya, aku sudah tahu," Chu Liuxiang bertanya balik: "Tapi apakah kau tahu siapakah Tuan Du?"
"Siapakah dia?"
"Tuan Du adalah mantan istrinya Jiao Lin, Putri Pedang Giok adalah anaknya Jiao Lin."
Tangan Hu Tiehua sudah mengelus hidungnya.
Chu Liuxiang meneruskan kata-katanya. "Tuan Du betul-betul adalah seorang wanita yang luar biasa, meskipun aku tidak mengerti setelah dia meninggalkan Jiao Lin, dengan cara apa ia dapat berhubungan dengan para bangsawan. Tapi kalau pemerintah bisa memakai dia secara besar-besaran, pastilah bukan tanpa alasan."
"Secara berangsur-angsur para bajak laut telah ditekannya sampai hampir punah, namun pada saat itulah di laut tenggara mendadak muncul seorang gembong, yang lebih hebat dari ketua Perkumpulan Paus Ungu Hai Kuotian pada masa lalu, maka sejumlah kecil bajak laut yang hampir punah itu terpaksa menjadi anak buahnya sang gembong yang bernama Shi Tianwang."
Ia melanjutkan sambil menghela napas: "'Pedang bermata dua', setiap hal ada untung juga ada ruginya. Tuan Du telah membersihkan daerah pantai dari gangguan para bajak laut, tapi malahan membikin kekuatan Shi Tianwang di lautan menjadi makin besar!"
"Saat ini kekuatannya sudah tidak bisa dilawan lagi oleh Tuan Du, demi untuk menentramkannya, Tuan Du terpaksa menyanggupi pernikahan anaknya sendiri sebagai syarat gencatan senjata. Suatu kebijaksanaan yang diambil dalam keadaan yang terpaksa."
"Aku pun memakluminya," kata Hu Tiehua sambil menghela napas juga. "Makanya aku baru mau mengerjakan hal ini."
"Tetapi ada sejumlah orang yang tidak memakluminya, bukan saja banyak pendekar yang berdarah panas akan muncul, bahkan di antara anak buah Shi Tianwang juga akan keluar sejumlah orang untuk menghalangi hal ini."
"Mengapa?"
"Sebab dari dulu mereka sudah ingin sekali menyerbu ke daratan untuk merampok habis-habisan, seandainya Shi Tianwang jadi menikahi Putri Pedang Giok, mereka mana punya kesempatan?" Chu Liuxiang berkata. "Para bajak laut Jepang juga ingin sekali agar Shi Tianwang berperang dengan Tuan Du, agar setelah kedua belah pihak sama-sama menderita kerugian hebat, baru mereka bisa memperoleh keuntungan besar sebagai pihak ketiga! Dengan demikian mereka tentu saja tidak akan membiarkan pernikahan ini terjadi!"
"Apakah kau sejak dini sudah mengerti bahwa nona Jepang itu adalah suruhan mereka?" Tanya Hu Tiehua.
"Sebenarnya aku masih belum paham secara keseluruhan, namun sekarang aku paham. Tuan Du mau membunuhku, sebab ia takut aku membocorkan rahasia identitas dari Putri Pedang Giok, sehingga menggagalkan pernikahan ini. Demi kepentingan negara, Putri Pedang Giok rela mengorbankan dirinya! Karena aku sudah mengerti hal-hal ini, masih bisa bilang apa?"
"Maka dia suruh kau pergi, kau terpaksa pergi."
"Betul, dia suruh aku pergi, aku pergi. Dia tidak suruh aku pergi, aku pergi juga."
"Apakah karena kau tidak mau lagi peduli soal ini? Juga tidak peduli dia?"
"Kau suruh aku bagaimana mempedulikannya?" Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum hambar. "Masak suruh aku menggantikannya menikah dengan Shi Tianwang?"
Hu Tiehua mendelik ke arahnya, lalu mengeluh sambil geleng kepala. "Kau ini sungguh-sungguh makin lama makin payah! Dulu kau tidak begini, sekalipun kau menghadapi kesukaran yang luar biasa besarnya pun kau tidak akan mundur, sekalipun kau menghadapi lawan yang luar biasa mengerikan pun kau tetap melawannya! Tak disangka sekarang kau telah berubah menjadi seekor kura-kura yang penakut!"
Ternyata Chu Liuxiang sedikit pun tidak marah dan berkata: "Untungnya kau masih belum berubah, tentu akan mengerjakan dengan baik apa yang telah kau janjikan dengan orang."
"Tentu saja aku akan mengerjakannya," Hu Tiehua berkata dengan suara keras. "Kau juga tak usah mempedulikanku, mau pergi ya cepat pergi!"
"Sebelum pergi, bisakah kita minum arak sekali lagi?" Senyuman Chu Liuxiang ada kesedihan yang samar-samar.
"Kebetulan aku tahu di sekitar sini ada beberapa guci arak bagus."
****
Keduanya telah minum arak cukup banyak, satu orang satu guci, duduk di atas atap loteng yang tinggi, minum arak langsung dari guci (tidak pakai cangkir).
Biasanya, setelah minum arak sedikit saja, omongan Hu Tiehua lebih banyak dari omongan siapapun, tapi pada hari ini ia hanya minum, tidak buka suara.
Sepertinya ia sudah malas berbicara dengan orang macam Chu Liuxiang.
Sebaliknya Chu Liuxiang menunjukkan rupa yang amat gembira, kata-kata yang diucapkannya jauh lebih banyak dari biasanya.
Dengan wajah dingin Hu Tiehua mendengarkan lama sekali, baru bertanya dengan wajah dingin: "Apakah omonganmu sudah selesai?"
"Belum."
"Kau masih mau ngomong apa?"
Chu Liuxiang mendongakkan lehernya untuk minum beberapa teguk arak yang keras itu, lalu berkata dengan nada yang aneh: "Aku masih mau memberitahukanmu satu hal, satu hal yang tidak terlalu dimengerti oleh orang lain, aku pun tidak pernah mengatakan padamu."
"Setiap orang tahu bahwa kita adalah sahabat baik, semuanya mengira bahwa aku memperlakukanmu baik sekali. Kau punya masalah, aku selalu yang membereskannya untukmu. Cuma aku yang paham dalam hati. Keadaannya bukanlah demikian."
Ia mengangkat guci lagi dan minum beberapa teguk lebih cepat dari biasanya.
"Pada kenyataannya kau jauh lebih baik memperlakukanku, kau sering mengalah, jika ada arak enak, masakan enak, nona cantik, kau tak akan berebut denganku. Jika kita bersama-sama melakukan satu hal yang menggemparkan, yang menonjol dan terkenal selalu adalah aku, sebenarnya kau juga telah berjuang dengan mempertaruhkan nyawa," Chu Liuxiang berkata. "Hanya setelah berjuang kau segera lari, lari ke sebuah kedai arak yang jarang ada orang tahu, lalu mencari seorang perempuan dengan sembarangan, dan memaksa dirimu mengaku bahwa kau mencintainya setengah mati!"
Hu Tiehua pun minum arak dengan sekuat tenaga, dengan tegukan-tegukan yang banyak.
"Kau berbuat demikian, cuma karena aku adalah Chu Liuxiang. Bagaimana mungkin Hu Tiehua dibandingkan dengan Chu Liuxiang? Tentu saja yang menonjol harus adalah Chu Liuxiang!"
Ia mendelikkan sepasang mata yang lebih terang dari biasanya karena banyak minum arak. "Tapi sekarang aku mesti memberitahukanmu. Kau salah! Luar biasa salah!" Suaranya kian keras. "Sekarang kau harus tahu, Hu Tiehua sama sekali tidak ada hal yang tidak bisa dibandingkan dengan Chu Liuxiang! Tidak ada Chu Liuxiang, masalah Hu Tiehua tetap bisa diselesaikan. Kau tetap bisa hidup, bahkan bisa hidup dengan lebih baik dari masa yang lalu."
Matanya mendelik kian besar. "Kalau kau tidak mengerti hal ini, kau bukan orang, kau adalah babi, babi yang mati!"
Guci arak sudah kosong.
Hu Tiehua tiba-tiba berdiri, melemparkan guci kencang-kencang ke tempat jauh, memelototkan matanya dan memaki. "Omong kosong! Kata-katamu semuanya adalah kentut! Yang lebih berbau seratus kali lipat dari kentutnya anjing liar!"
Meskipun makiannya begitu galak, tapi air matanya sudah berlinang-linang. "Sekarang aku pun mau memberitahukanmu, jikalau kamu mengira bahwa aku tidak mengerti arti dari kentutmu itu, kamu pun salah!"
"Kau mengerti maksudku?" Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum dingin. "Ah masa'?"
"Kalau aku tidak mengerti, siapa lagi yang mengerti? Kamu sengaja menunjukkan sikap sama sekali tidak peduli, dikarenakan kamu mau membohongiku, pergi seorang diri melawan Shi Tianwang dengan mempertaruhkan nyawa!"
Ia menggenggam erat kedua kepalanya, dan berkata sambil menahan air matanya. "Kamu mengaku tidak? Jika kamu tidak mengaku, aku akan memukul mati kamu dengan kepalanku ini!"
Chu Liuxiang pun berdiri dan melemparkan guci dengan tenaga besar, menggenggam erat kedua kepalanya, dan berkata sambil melotot. "Sekalipun aku mau begitu, juga tidak ada hubungannya dengan kamu! Aku mengerjakan urusanku, kamu mengerjakan urusanmu, buat apa kamu marah-marah tidak karuan?"
Kedua orang saling melotot, saling menggenggam erat kedua kepalan, sepertinya betul-betul mau berkelahi dengan taruhan nyawa!
Tidak tahu waktu lewat berapa lama, juga tidak tahu mulainya kapan, kedua pasang kepalan yang kerasnya seperti besi itu telah berjabatan tangan!
"Kau bukan orang, kau adalah cacing gelang dalam perutku, jika tidak bagaimana mungkin kau dapat tahu aku akan melakukan apa?"
"Sebab aku memahamimu," Hu Tiehua berkata. "Bahkan aku memahamimu lebih mendalam dari ayahmu sendiri."
Selesai mengucapkan kalimat ini, ia duluan tertawa keras, Chu Liuxiang mengikutinya, suara tertawa mereka bahkan dapat membangkitkan orang-orang yang berjarak 500 meter!
Ketika mau tertawa, mereka akan tertawa sepuas-puasnya. Ketika mau minum arak, mereka akan minum sepuas-puasnya.
Ketika benar-benar mau pergi bertarung dengan taruhan nyawa, mereka pun takkan ragu-ragu.
"Baiklah, kamu pergi bertarung, aku juga pergi bertarung. Jika benar-benar ada orang yang mau merenggut nyawa kita, barangkali tidak mudah!"
"Jika nyawamu terenggut, masih ada nyawaku Jika nyawaku terenggut masih ada nyawamu. Tapi siapa yang sanggup merenggut nyawa kita?"
"Siapapun tidak sanggup!"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Pendekar Harum - Gu Long
Ficción GeneralPendekar Harum yang nama aslinya adalah Chu Liu Xiang (Coh Liu Hiang) adalah karakter yang diangkat dari novel karya Gu Long (Khu Lung) yang diterbitkan pada tahun 1968. Novel petualangan Chu Liu Xiang sangat digemari karena dianggap berbeda dengan...