Bab 9: Perasaan yang Aneh

775 11 0
                                    

Tanpa banyak kesukaran, dapatlah Coh Liu-hiang membujuk Cu Kin-hou, lalu dibawanya si nona 'Cu Beng-cu' yang entah tulen atau palsu ini meninggalkan Ceng pwe-san-ceng.

Muka nona Cu ini masih pucat pasi, namun matanya mencorong terang. Agaknya selama dua hari sudah cukup baginya untuk memulihkan semangat dan tenaganya, namun cara berjalannya tetap 'alon-alon asal kelakon', cukup lama dia ikut di belakang Coh Liu-hiang, katanya kemudian dengan pelahan, "Batas waktu tiga hari sudah hampir tiba."

"Ya, kutahu," sahut Coh Liu-hiang tertawa.

"Kau sudah berjanji, setelah tiga hari aku boleh pulang?"

"Betul," kata Coh Liu-hiang pula.

"Jika demikian, apakah sekarang..... sekarang juga aku boleh pergi?"

"Sudah tentu aku tidak keberatan, cuma setelah pulang apakah ayah ibumu masih mengenalmu? Jika aku, tidak nanti aku mengakui seorang anak perempuan yang tak kukenal sebagai anaknya sendiri."

"Namun....... namun kau sudah berjanji, kau harus menjelaskan kepada mereka," ujar si nona.

"Masa Kim-kiong Hujin mau percaya pada omonganku?" kata Coh Liu-hiang.

"Siapa di dunia Kangouw yang tidak kenal ucapan Coh Hiang-swe adalah kata-kata emas?" ujar si nona. "Asalkan Coh Hiang-swe mau bicara, sekalipun musuh juga akan percaya."

Coh Liu-hiang berpikir sejenak, tiba-tiba ia menoleh dan berkata, "Jangan kuatir, keinginanmu pasti terlaksana, cuma untuk ini harus bersabar, tidak boleh terburu napsu. Kalau terburu-buru, semua usahaku bisa kacau-balau."

Nona Cu menunduk, setelah berjalan sejenak pula, tibalah di hutan kecil sana, dipandang dari jauh rumah kecil itu sudah kelihatan, mendadak ia berhenti dan berkata, "Kau....... kau tidak mengantar aku pulang, tapi hendak membawaku kemana?"

"Kau melihat rumah kecil di sana itu bukan?" tanya Coh Liu-hiang.

Muka nona Cu semakin pucat, sedapatnya ia mengangguk "Nah, sudah lelah kita berjalan, marilah kita istirahat sebentar di rumah itu," kata Coh Liu-hiang.

"Tidak..... tidak aku tidak mau ke sana," kata nona Cu. Meski dia berusaha menahan perasaannya, tak urung tampak rada gemetar.

"Di rumah itu kan tiada setannya, apa yang kau takuti?" ujar Coh Liu-hiang dengan tertawa. "Apalagi kau sudah mati satu kali, seumpama ada setan juga tidak perlu kau takuti."

"Kabarnya rumah itu..... rumah itu milik keluarga Sih," kata si nona.

"Jika kau Cu Beng-cu, dengan sendirinya kau tak dapat ke rumah she Sih. Tapi kau kan bukan Cu Beng-cu asli, Cu Beng-cu sudah mati, kau cuma meminjam jasadnya untuk hidup kembali, kenapa kau tidak boleh pergi ke sana?! Apalagi kau adalah bakal isteri Sih-jikongcu, lambat atau cepat kau pasti juga akan masuk ke rumah keluarga Sih."

"Akan.....akan tetapi....."

"Jangan menguatirkan diriku, aku adalah kawan baik Sih Ih-jin," kata Coh Liu-hiang.

Si nona melenggong pula hingga lama, akhirnya dia ikut juga ke sana, dengan kepala tertunduk, kakinya serasa diganduli rantai yang berat.

Tapi Coh Liu-hiang berjalan dengan cepat, begitu sampai di depan pintu rumah kecil itu, segera pintu terbuka, seorang pemuda cakap dengan baju perlente menyambut keluar.

Sebenarnya wajah pemuda itu mengulum senyum, jelas dia bergembira akan kedatangan Coh Liu-hiang, tapi begitu melihat 'nona Cu' ini, seketika senyumnya berubah menjadi beku sehingga lebih tepat dikatakan menyengir.

Meski sejak tadi nona Cu hanya menunduk saja, kini air mukanya jelas juga berubah pucat.

Coh Liu-hiang menyapu pandang sekejap wajah kedua muda-mudi ini, lalu katanya dengan tertawa, "Kiranya kalian berdua sudah kenal sebelum ini."

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang