Pada saat itulah tiba-tiba di luar jendela terdengar sebuah suara berkata dengan bengis: "Persoalan ini hakikatnya tiada sangkut pautnya dengan kalian, serangan pedang tadipun hanya sebagai peringatan belaka, tiada maksud kami hendak melukai orang, asal kalian serahkan murid murtad perguruan kami, kami segera mengundurkan diri, masing-masing tak salah menyalahi, tapi kalau kalian pasti ingin mencampuri urusan ini, mungkin kalian akan mati tanpa ada liang kubur untuk mengebumikan kalian."
Dari nada pembicaraan ini, terang mereka bukan bertujuan menawan Song Thiam-ji dan Li Ang-siu.
Berkerut alis Oh Thi-hoa, katanya: "Sebetulnya siapakah kalian? Siapa pula murid murtad kalian?"
Belum lagi mendengar penyahutan dari luar, laki-laki berkedok yang terluka itu mendadak melonjak bangun, dengan langkah meronta segera ia menerjang keluar, baru saja Oh Thi-hoa tertegun, tiba-tiba didengarnya ting. Nikoh jubah hijau dan perempuan berkedok itu tahu-tahu sudah menghadang di depannya, perempuan berkedok berkata dengan suara bergetar: "Kami sudah mencapai tempat ini, segala kejadian terpaksa pasrah akan tanggung jawab Taysu, kalau sekarang kau menerjang keluar, bukankah bakal menyia-nyiakan maksud baik beliau orang tua?"
Berkedip kedip mata Nikoh jubah hijau menatap lelaki berkedok, pelan-pelan kepalanya manggut-manggut, seiring dengan setiap patah kata perempuan berkedok, maka terdengar suara lirih yang cukup nyaring berbunyi dari bawah kaki Nikoh jubah hijau.Tiba-tiba Oh Thi-hoa melihat kaki orang, ternyat terikat oleh sesuatu rantai panjang yang lembut, sementara ujung rantai yang lain menjuntai masuk kebawah altar pemujaan yang tertutup kain gordyn itu. Setiap patah kata perempuan berkedok diiringi gerakan pelan dari rantai lembut ini yang bergetar diatas batu hijau, maka terdengarlah suara ting ting yang lirih dan nyaring.
Baru sekarang Oh Thi-hoa mengerti kenapa orang bisu bisa mendengarkan orang bicara! Sebetulnya tak tertahan dia hendak menerjang kesana untuk melihat siapa sebetulnya orang yang sembunyi di belakang kain gordyn itu? Kenapa main sembunyi-sembunyi? Tapi belum niatnya terlaksana, lekas Coh Liu-hiang sudah mencegahnya dengan lirikan ujung mata.
Terdengar suara di luar jendela itu berkata dingin: "Seorang laki-laki berani berbuat berani bertanggung jawab, seorang laki-laki sejati kenapa harus lari kemari minta perlindungan dari kaum hawa, terhitung orang gagah macam apa kau? Boleh dikata kita para saudarapun merasa tersapu bersih oleh sikap picikmu ini."
Bergetar badan laki-laki berkedok itu, tiba-tiba dia menyelinap dari samping Nikoh jubah hijau dan perempuan berkedok itu, betapa cepat gerakan badannya, sungguh diluar dugaan Oh Thi-hoa.
Kala itu Nikoh jubah hijau tidak menghalanginya lagi, tampak jubah panjangnya yang kebesaran itu melambai tertiup angin, lengan baju di sebelah kiri malah seperti melambai kosong.
Terang dengan gampang laki-laki berkedok itu akan menerjang keluar pintu, di luar angin menghembus dedaunan pohon, jelas bila dia selangkah keluar dari pintu Bo dhi-am, entah berapa sinar pedang yang serempak akan menyerang kepadanya.
Tapi pada saat itulah tiba-tiba sosok bayangan orang kembali berkelebat tahu-tahu mencegat di depannya. Orang ini bergerak belakangan tapi tiba lebih dulu, gerak badannya ternyata jauh lebih cepat dan tangkas tak usah disangsikan lagi, dia bukan lain adalah si Maling Romantis Coh Liu-hiang yang memiliki ilmu Ginkang tiada tandingannya di seluruh kolong langit ini.
Laki-laki berkedok itu membentak bengis: "Soal ini tiada sangkut pautnya dengan kau, minggir!"
Coh Liu-hiang tersenyum, sahutnya: "Urusanmu adalah urusanku, kenapa tiada sangkut pautnya dengan diriku?"
Bergetar badan laki-laki berkedok, suaranya serak gemetar: "Kau... siapa kau? Aku tak mengenalmu."
Coh Liu-hiang menghela napas, ujarnya: "Umpama benar kau tidak kenal aku, tapi aku tetap mengenalimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Pendekar Harum - Gu Long
Fiksi UmumPendekar Harum yang nama aslinya adalah Chu Liu Xiang (Coh Liu Hiang) adalah karakter yang diangkat dari novel karya Gu Long (Khu Lung) yang diterbitkan pada tahun 1968. Novel petualangan Chu Liu Xiang sangat digemari karena dianggap berbeda dengan...