Bab 14: Penjaga Pintu Rahasia

974 17 0
                                    

Waktu Coh Liu-hiang membuka mata pula, dilihatnya Kionglam Yan sedang mengawasinya sambil tersenyum. Ternyata dia terbawa kembali ke kamar tidur Induk Air. Im Ki pun sudah bersimpuh duduk dihadapannya.

Roman mukanya tak menampilkan sesuatu perasaan hatinya, seolah kini kembali ke sikap yang semula, dingin, kaku tegas dan berwibawa.

Kionglam Yan berkata dengan suara dingin: "Sudah pernah kuberi tahu kepadamu tak ada orang yang mampu mengambil keuntungan dari pihak Sin cui kiong, demikian pula Coh Liu-hiang yang tak pernah terkalahkan dimedan lagapun tak terkecuali." dengan tajam ditatapnya Coh Liu-hiang, sambungnya dengan suara lebih tandas: "Sekarang kau sudah mau mengakui bila kau sudah kalah, bukan?"

Coh Liu-hiang menghela napas ujarnya: "Agaknya aku memang harus mengakui."

"Apa pula yang masih ingin kau utarakan?"

"Apa pulah yang harus kukatakan? Tiada lagi."

Kionglam Yan tertawa bangga, katanya berpaling kepada Im Ki: "Coba katakan bagaimana kita harus menghukumnya?"

Sebentar Im Ki berpikir, lalu katanya kalem: "Orang ini kaulah yang menawannya, sudah pantas kalau terserah kau mau apakan dia."

Terpancar cahaya sadis dalam biji mata Kionglam Yan, ujarnya: "Begitu pun baik, biar serahkan saja dia kepadaku."

Baru saja dia beranjak kehadapan Coh Liu-hiang, tiba-tiba Im Ki bersuara lagi: "Apakah kau hendak menghadapinya seperti kau menghadapi Hiong nio cu?"

Kionglam Yan tertegun sebentar, lama kemudian air mukanya berubah, katanya setelah menghirup napas panjang: "Apakah dia yang memberitahukan kepadamu?"
Tidak menjawab, Im Ki malah bertanya terlebih jauh: "Apakah kau tak pernah menduga bila dia bisa melihat perbuatan rahasiamu?"

Kionglam Yan tidak menjawab, namun dengan jelas Coh Liu-hiang bisa melihat jari-jari tangan orang mulai gemetar, lalu pelan-pelan tergenggam kencang, kuku jarinya sampai memutih saking kencang genggamannya. Sesaat kemudian tiba-tiba dia berkata beringas: "Benar, memang akulah yang membunuh orang itu, jikalau aku salah membunuhnya, tiada halangannya aku menebus dengan jiwaku, tapi orang yang mencuri lihat rahasia orang lain, diapun harus mampus." jari-jarinya tiba-tiba terulur lempeng dan kaku, telapak tangannya tegak berdiri laksana golok, tiba menebas ke tenggorokan Coh Liu-hiang.

Tapi sebelum telapak tangan ini menyentuh badan Coh Liu-hiang, tiba-tiba badannya sendiri mencelat terbang, entah kapan tahu-tahu Im Ki sudah mencelat bangun, roman mukanya tak menampilkan mimik perasaan hatinya.

"Blang" badan Kionglam Yan yang ramping montok itu menumbuk dinding, lalu perlahan-lahan melorot ke tanah dengan mata terbelalak kaget dia mengawasi Im Ki, sorot matanya penuh diliputi tanda tanya dan keheranan, katanya dengan suara gemetar: "Kau..."

"Aku..." Im Ki tak kuasa bersuara.

Tiba-tiba bercucuran airmata Kionglam Yan, katanya: "Kenapa kau... begitu tega turun tangan terhadapku?"

"Kenapa pula kau tega turun tangan terhadapnya?" balas tanya Im Ki.

"Dia? Siapa? Coh Liu-hiang? ataukah Hiong-nio cu?"

Im Ki tertunduk diam, Coh Liu-hiang juga, membuat jari-jari orang mulai gemetar.

Suara Kionglam Yan seperti meratap gusar: "Ternyata kau masih mencintai dia. Ternyata aku hanya duplikat yang kau peralat demi kepuasan dirimu, kau tega membunuhku untuk menuntut balas kematiannya, tapi tahukah kau kenapa aku harus membunuhnya?"

Im Ki menghela napas, sahutnya: "Aku tahu."

"Kalau begitu kenapa kau masih.... masih...."

"Kalau kau tidak membunuhnya, mungkin aku sendiri yang akan membunuhnya, tapi jikalau kau membunuhnya, maka aku harus menuntut balas kematiannya, siapapun yang membunuh dia, akupun akan menuntut balas kepadanya."

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang