Bab 3: Terluka

1.4K 21 0
                                    

Liu Bu-bi senyum manis katanya: "Apakah Coh Liu-hiang kuatir poci arakku ini keracunan?"

Coh Liu-hiang menghela napas, ujarnya: "Araknya memang tidak beracun, tapi badannya sudah ada racunnya".

"Apakah Oh-heng sudah meminum arak beracun itu?" ujarnya Li Giok-ham.

"Kali ini bukan arak yang membuat celaka dirinya, tapi tangannya sendiri", sahut Coh Liu-hiang tertawa.

Baru sekarang semua orang tahu bahwa sebelah tangan Oh Thi-hoa sudah bengkak malah kulitnya sudah menghitam bening dan menguap asap hitam.

Li Giok-ham menjerit kaget: "Cara bagaimana Oh-heng bisa keracunan?"

Dengan sebelah tangannya, Oh Thi-hoa menarik-narik hidungnya, katanya getir, "Mungkin aku betul-betul kepergok setan kepala besar tadi".

Coh Liu-hiang bertanya: "Apakah tadi kau mencabuti Bau-hi-li-hoa-ting itu satu-persatu?"

Oh Thi-hoa mengiakan dengan manggut.

"Nah, disitulah letak persoalannya, kau kira bila kulit tanganmu tak pecah atau terluka, hawa beracun tak merembes masuk ke dalam tubuh, tanpa kau sadari bahwa racun di atas paku-paku perak itu bisa melalui celah-celah kuku jarimu merembes ke dalam badan".

Tapi menurut apa yang ku tahu, timbrung Li Giok-ham, "Bau-hi-li-hoa-ting ini selamanya tak pernah dilumuri racun, soalnya kekuatan senjata rahasia ini sendiri sudah begitu keras dan dahsyat meski tak beracun orang yang tersambit pasti mati!"

"Ucapan Li heng memang tak salah, tapi pembunuh itu agaknya kuatir kematianku masih kurang cepat, maka Bau-hi-li-hoa-ting yang sejak mula tidak beracun dia lumuri racun yang paling jahat".

Li Giok-ham suami-istri beradu pandang, mereka tidak bicara lagi, namun pelita digeser ke samping paku-paku perak yang berserakan di atas meja itu, dari sangkul rambutnya Liu Bu-bi menanggalkan sebatang tusuk konde, pelan-pelan dijepitnya sebatang terus diamati-amati dengan seksama didepan mata, roman muka mereka semakin serius dan akhirnya berubah tegang.

Oh Thi-hoa batuk-batuk dua kali, ujarnya: "Apakah benar paku itu beracun?"
Kembali Li Giok-ham suami-istri saling pandang, Liu Bu-bi mengiakan.

"Sudah lama kudengar bahwa Li-locianpwe bukan saja berilmu silat tinggi namun juga seorang terpelajar yang pernah mempelajari ketabiban meski tidak sudi menggunakan senjata rahasia beracun melukai orang, namun dalam bidang ini beliau banyak memeras otak menyelidikinya, sesuai dengan ajaran dan warisan keluarga, tentunya pengetahuan Li-heng dalam bidang inipun amat luas."

"Tidak salah," Oh Thi-hoa menambahkan. "Kalau kalianpun bilang paku itu beracun, tentulah tidak akan salah lagi."

"Oleh karena itu Cayhe mohon petunjuk kepada Li-heng," ujar Coh Liu-hiang, "entah racun macam apa yang dilumuri di atas paku-paku ini?"
Li Giok-ham menarik napas dulu baru menjawab: "Obat racun di dunia ini terlalu banyak ragamnya, sampai ayahkupun mungkin tidak bisa membedakannya satu persatu!"

Coh Liu-hiang menjublek di tempatnya agaknya seperti hendak bicara namun tak bisa membuka mulut.

Mendelik mata Oh Thi-hoa, katanya: "Kalau demikian racun yang mengenai aku ini jadi tidak bisa disembuhkan?"

Liu Bu-bi unjuk tawa yang dipaksakan ujarnya: "Siapa bilang tidak bisa disembuhkan?"

"Buat apa kalian kelabui aku, aku ini memangnya anak kecil? Kalau kalian tidak tahu racun apa yang mengenai aku, cara bagaimana bisa menyembuhkan keracunanku ini?"

Kembali Li Giok-ham suami istri beradu pandang. Mulut mereka terbungkam.

Berputar biji mata Oh Thi-hoa, mendadak dia gelak tawa, ujarnya: "Buat apa kalian sama merenggut dan patah semangat, paling tidak sekarang aku belum mampus! Hayolah, hari ini ada arak hari ini mabuk, marilah kita minum sepuas-puasnya dulu." Sebelah tangannya masih bisa bergerak hendak meraih balik tangannya yang satu ini.

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang