Bab 5: Perjudian

1.6K 23 0
                                    

Tiba-tiba seorang laki-laki kurus tepos bermata juling dengan kepala seperti keledai berpakaian perlente menyelinap masuk, dari jauh ia sudah menjura dan berkata dengan hormat sambil tertawa, "Selamat siang, Cheng-cu baik-baik saja?"

Leng Chiu-hun menarik muka, segera ia menghampiri dengan menggendong tangan, makinya dengan mengerut kening, "Thia Sam, berani kau main terobosan ke tempat ini?"

Tersipu-sipu Thia Sam membungkukkan badan, katanya sambil tertawa, "Mana Siaujin berani main terobos di sini, cuma...." Sambil melotot, lalu katanya lagi, "Semalam kedatangan seorang tamu yang royal, dalam sekejap saja dia sudah menghamburkan uang sebanyak tiga laksa tail di tempat Siau-cui sana, waktu aku mencari tahu, ternyata tangannya masih gatal, maka Siaujin memberanikan diri untuk membawa orang itu ke mari."

"O, orang macam apakah dia?"

"Dia she Thio, bernama Siau-lim."

"Thio Siau-lim?" Leng Chiu-hun terpekur. "Amat asing nama ini bagiku."

"Kabarnya dia jarang masuk perbatasan, maka....."

"Orang-orang macam apa yang berjudi di tempat ini, tentunya kau sudah tahu. Orang yang tiada punya asal-usul seumpama hendak menghamburkan uangnya, orang-orang ini pun takkan memberi peluang kepadanya."

"Siauya tak usah kuatir, orang yang tidak punya asal-usul mana Siaujin berani membawanya ke mari.... tamu she Thio itu adalah pedagang kolesom terbesar di Tiang-pek-san, kini datang ke Kilam hendak membuang sedikit uang mencari hiburan."

"Hm, pedagang kolesom ya, biar kulihat dulu," kata Leng Chiu-hun, lalu ia menyingkap kerai dan melongok keluar. Tampak seorang laki-laki bercambang pendek, muka merah, sedang berdiri dengan gagah di luar pintu sambil menggendong tangan. Tangannya menggenggam dua butir bola besi yang mengeluarkan suara gemerincing. Walau dia berdiri tanpa bergerak, tindak-tanduknya kelihatan angker dan berwibawa. Semua hadirin di rumah itu tiada yang sebanding dengannya, seolah-olah burung bangau di tengah ayam babon.

Bergegas Leng Chiu-hun menyingkap kerai dan melangkah maju memapak, katanya sambil soja, "Thio-heng datang dari tempat jauh, Siaute tidak melayani dengan semestinya, harap suka dimaafkan." Sembari tertawa lebar, ia menarik tangan Thio Siau-lim, seakan-akan teman lama.

Ternyata Thio Siau-lim adalah orang jujur yang selalu menepati omongannya, orang kaya yang keluar uang tanpa berubah air mukanya, kebetulan meja di rumah itu sedang berjudi paykiu, segera ia merogoh saku dan ikut pasang, beberapa kali putaran saja dia sudah kalah lima laksa tail.

Para gadis ayu itu segera merubung maju, beramai mereka berebut menuangkan teh, berebut melihat isi kartu pula. Thio Siau-lim bergelak tertawa, tangan kiri menarik, tangan kanan memeluk, mendadak dari dalam kantong bajunya ia mengeluarkan setumpuk uang kertas, katanya, "Nah, m
ari dimulai lagi, bagaimana kalau aku yang menjadi bandarnya?"

Waktu Leng Chiu-hun melirik, dilihatnya lembaran uang kertas yang paling atas adalah lembaran sepuluh laksa tail, seketika mukanya berseri tawa senang, katanya, "Kalau Thio-heng yang menjadi bandar, biarlah Siaute ikut bertaruh."

Yang menjadi bandar saat itu adalah ketua dari empat puluh perusahaan beras di seluruh kota Kilam, dia sudah meraih puluhan laksa tail, memangnya sudah ingin mengundurkan diri, maka tawaran Thio Siau-lim itu menjadi kebetulan malah, segera ia mendorong kartunya ke tengah meja sambil berkata, "Silakan Thio-heng menjadi bandar, Siaute pasang Thian-bun."

Thio Siau-lim menindihkan kedua bola besinya ke atas lembaran uang, katanya tertawa, "Mestikaku, tindih mereka baik-baik, jangan sampai seorang pun lari."

Babak perjudian selanjutnya menjadi amat menyenangkan, masing-masing berlomba mempertaruhkan uang dan keahliannya, namun jantung pun berdebar dan hati ikut merasa tegang, keringat pun bercucuran di jidat masing-masing penjudi. Separoh kemenangan cukong beras tadi akhirnya hanyut, namun ia bisa melihat gelagat, segera ia berhenti dan tinggal ke belakang dengan menarik gadis kesayangannya. Dua orang yang lain kabarnya terkenal takut bini, meski hendak menarik balik modal semula, namun terpaksa harus mundur dan pulang.

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang