Upacara pemakaman berlangsung sederhana, tapi khidmat. Pemakaman secara dilarung, yakni dihanyutkan ke laut. Meski murid pemeluk agama Budha mengutamakan pembakaran mayat tapi Ko A-lam dan nona cilik itu tidak berkeras minta guru mereka dibakar, dengan sendirinya orang lain tidak perlu banyak bicara.
Sekarang Coh Liu-hiang mengetahui si nona cilik itu bernama Hoa Cin-cin.
Hoa Cin-cin! Bukan saja namanya indah, anak dara ini juga cantik. Hanya nyalinya saja terlalu kecil serta pemalu.
Sejak dia meninggalkan pelukan Coh Liu-hiang, sama sekali ia tak berani memandangnya lagi barang sekejap. Apabila sorot mata Coh Liu-hiang tertuju kepadanya, seketika mukanya meniadi merah.
Baju Coh Liu-hiang masih tertinggal bekas air mata si nona, tapi dalam hati Coh Liu-hiang terasa rada kesal, ia tidak tahu bilakah akan datang kesempatan untuk memeluk anak dara itu.
Ko A-lam juga tidak memandang pada Oh Thi-hoa, juga tidak bicara.
Goan Sui-hun bertanya padanya, apakah gurunya meninggalkan pesan sebelum mengembuskan napas penghabisan, tapi Ko A-lam menggeleng kepala dengan mimik aneh, ujung jarinya agak gemetar, seperti kuatir dan rada-rada takut.
Mengapa bisa begitu? Apa sebabnya?
Apakah sebelumnya Koh-bwe Taysu telah membeberkan sesuatu rahasia kepadanya, tapi dia tidak mau memberitahukan kepada orang lain atau memang tidak berani buka mulut?
00ooo00
Cuaca gelap dan mendung, agaknya akan hujan angin lagi.
Pendek kata, seharian ini tiada terjadi sesuatu yang menyenangkan, benar-benar membuat orang merasa cemas dan gelisah, hampir membuat orang jadi gila.
Yang paling kesal tentu Oh Thi-hoa, banyak urusan yang hendak ditanyakan pada Coh Liu-hiang, tapi belum ada kesempatan. Setelah malam tiba. habis makan dan kembali ke kabin segera Oh Thi-hoa menutup pintu kamar dan berseru, "Baik. sekarang tentu dapat kau ceritakan."
"Cerita apa?" tanya Coh Liu-hiang.
"Koh-bwe Taysu mati begitu saja. masa kau tidak berkomentar apa-apa?"
"Betul, kukira sedikit banyak kau pasti melihat sesuatu yang mencurigakan?" kata Thio Sam.
Coh Liu-hiang tak menjawab, ia termenung sejenak, ucapnya kemudian, "Jika ada sesuatu yang kutemukan, tentu kalian pun sudah melihatnya."
"Mengapa tidak kau ceritakan, coba?" kata Oh Thi-hoa.
"Pertama, para gadis pencari mutiara itu pasti bukan pelaku utamanya."
"Betul Inipun sudah kuduga, tapi siapa gerangan pelaku utamanya?" tanya Oh Thi-hoa.
"Meski aku tidak tahu siapa dia, tetapi mereka tahu Na-lohujin sama dengan Koh-bwe Taysu."
"Betul," Oh Thi-hoa mengangguk. "Sudah kuduga yang hendak mereka bunuh sesungguhnya ialah Koh-bwe Taysu."
"Tapi Koh-bwe Taysu juga serupa Na-lohujin. berpuluh-puluh tahun tidak berkecimpung di dunia Kangouw, musuhnya di masa lalu juga sudah mati semua."
"Sebab itulah kunci persoalan ini. tepat seperti apa yang dikatakan Goan Sui-hun. yaitu sebab apa orang-orang ini hendak membunuh Koh-bwe Taysu? Apa maksud tujuannya?"
"Maksud tujuan membunuh kebanyakan menyangkut dendam, duit perempuan," kata Coh Liu-hiang. "Tapi beberapa soal ini pasti tiada sangkut pautnya dengan Koh-bwe Taysu."
"Betul," tukas Oh Th i-hoa. " Koh-bwe Taysu tidak punya musuh juga bukan hartawan, lebih-lebih tidak mungkin tersangkut urusan percintaan."
"Sebab itulah kecuali beberapa sebab itu, sisanya cuma tinggal satu kemungkinan." kata Coh Liu-hiang. "Kemungkinan apa?" tanya Oh Thi-hoa. "Yaitu antara membunuh atau dibunuh," tutur C oh Liu-hiang "Sebab biang keladi persoalan ini tahu, bila tak membunuh Koh-bwe Taysu". maka dialah yang akan dibunuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Pendekar Harum - Gu Long
Fiksi UmumPendekar Harum yang nama aslinya adalah Chu Liu Xiang (Coh Liu Hiang) adalah karakter yang diangkat dari novel karya Gu Long (Khu Lung) yang diterbitkan pada tahun 1968. Novel petualangan Chu Liu Xiang sangat digemari karena dianggap berbeda dengan...