Bab 11: Gunung di Dalam Kekaburan

701 10 0
                                    

Sebuah puncak gunung.
Sebuah puncak gunung yang berada di antara gunung-gunung, di antara awan-awan yang putih.
Awan-awan itu tampak begitu jauh dan samar-samar, kabut juga tampak begitu jauh dan samar-samar, gunung-gunung itu berada di tengah-tengah awan dan kabut, sepertinya nyata, tapi sepertinya khayal.
Hanyalah aliran air gunung yang jernih itu, yang kelihatannya nyata, sebab Chu Liuxiang berada di samping aliran air itu.

Ia menyusuri aliran air itu dan berjalan terus ke atas, sekarang sudah sampai di hulunya.
Sebuah air terjun yang bergemuruh, mengalir ke bawah dari puncak gunung bagaikan naga giok yang bergantung terbalik, dan cipratan¬-cipratan airnya bagaikan batu giok dan mutiara!
Ini adalah karya Tuhan yang besar, jika tidak siapakah yang sanggup rnelukis lukisan nan indah dan dahsyat
Menurut legenda kuno, di hulu aliran air gunung ini, terdapat sebuah tempat berpemandangan indah serta nyaman dan ideal untuk ditempati, berdiamlah sebuah keluarga yang paling misterius dalam dunia persilatan!

Tiada seorang pun yang tahu gerak-gerik mereka, lebih-lebih lagi tiada seorang pun yang tahu asal-usul mereka!
Sekarang, di sinilah hulu aliran air itu, lalu di manakah tempat ideal nan misterius itu yang terdapat di legenda?
Chu Liuxiang masih belum menemukannya.
"Masa' air terjun ini, adalah 'korden mutiara' yang sengaja digantungkan di depan pintu gua mereka oleh Tuhan?"

Chu Liuxiang sudah melangkah ke sana, tapi tiba-tiba berhenti. Sekalipun di belakang air terjun ini adalah pintu gua mereka, ia pun tak akan bisa memasukinya.
Sebab jika tidak memiliki semacam kata-kata mantra nan misterius, bagaimana bisa membuka pintu misterius ini?
Ada sebuah batu berwarna hijau yang penuh bertumbuh lumut, dan ia duduk di batu ini.
Wajahnya agaknya sudah lenyap daya pesona yang dulu dimilikinya, sekarang terlihat begitu pucat dan begitu letih!
Seandainya Zhang Jiejie melihat rupanya sekarang ini, akan sedihkah dia? Dan menangis untuknya?

Chu Liuxiang menghela nafas dengan ringan, lalu mendongak dan memandangi awan-awan putih yang ada di atas puncak gunung itu.
Seolah-olah ia mau bertanya kepada awan putih, tetapi awan putih diam seribu bahasa.
Di dalam dunia ini ada siapa lagikah yang bisa membawa kabar bagi dia?

Tiba-tiba ada seberkas sinar emas,yang menerobos dari awan putih dan bersinar di pinggir aliran air itu.
Ia tiba-tiba merasakan bahwa di pinggir. aliran dari air itu muncul sebuah bayangan orang: Rambutnya hitam, sanggulnya tinggi, berpakaian hijau; sepasang matanya, dilihat di tengah-tengah kabut tipis, terang bagaikan bintang.
Orang ini persis seperti dewi yang baru saja terbang turun dari antara awan-awan putih!
Kedua tangannya sedang memegang buli-buli giok putih, lengan bajunya tergulung sehingga menampakkan sepasang lengan yang indah dan mulus, dan ia sedang mengisi buli-buli itu dengan air gunung.

Cahaya matahari yang berwarna emas itu, sedang menyinari wajahnya yang bagaikan terbuat dari giok putih itu!
Ketika Chu Liuxiang melihat dia, nafasnya tiba-tiba seperti terhenti! Akhirnya dari awan putih datang juga kabar!
Apakah gadis ini memang diutus awan putih untuk membawakan kabar bagi dia?
Chu Liuxiang hampir tidak kuasa menahan dirinya, meloncat berdiri dan berteriak: "Ai Qing!"

Gadis ini memang Ai Qing.
Daya pesonanya masih tetap, masih secantik dan semenarik seperti ketika Chu Liuxiang melihatnya untuk pertama kalinya
Pakaian yang dipakainya, juga mungkin adalah pakaian yang sama ketika pada hari itu ia mengucapkan selamat panjang umur di Taman Wanshou; dan di telinganya juga pakai sepasang anting-anting zamrud.
Sewaktu melihat anting-anting ini, tanpa kuasa menahan dirinya, Chu Liuxiang teringat akan saat-saat romantis. yang terjadi di dalam rumah kecil di bawah gunung pada malam itu!
Kelemah-lembutannya, kerornantisannya, cukup membuat para pria di dunia ini sulk melupakan untuk selama-lamanya!

Tetapi pada hari-hari belakangan ini, agaknya Chu Liuxiang telah sama sekali melupakannya.
Ia betul-betul merasa malu dan punya perasaan bersalah, hampir tidak "punya muka" untuk bertemunya lagi!
Tetapi tidak bisa tidak ia mesti menemuinya, dikarenakan ia punya beratus-ratus pertanyaan yang mau diajukan!
"Pada pagi itu, kenapa kau tiba-tiba lenyap?"
"Sepasang tangan putus pengambil nyawa itu, sebenarnya melambangkan hal apa?"
"Sekarang kenapa kau bisa berada di sini?"
Apakah kau juga bersama dengan keluarga ini terus, tinggal di tempat nan misterius itu?"

Tiada kuasa menahan dirinya, sekali lagi ia berteriak keras: "Ai Qing!"
Air gunung berkilau-kilau, buli-buli giok putih itu pun berkilau kilau.
Ai Qing mengambil sebuli buli penuh air gunung, berdiri serta membalikkan badan, sepertinya mau segera kembali ke pedal aman awan awan putih!
Sepertinya ia sama sekali tidak mendengar teriakan Chu Liuxiang.
Teriakan Chu Liuxiang makin keras: "Ai Qing, tunggu!"
Ia masih tidak dengar, tapi saat ini Chu Liuxiang seperti burung terbang melewati aliran air gunung itu, bagaikan segumpal awan putih, tiba-tiba turun di depan dia.

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang