Bab 2: Misteri dan Teka-teki

1K 12 0
                                    

Namun dengan gesit sekali Coh Liu-hiang dapat menyeli nap lewat di bawah tubrukan si nona. Karena telah telanjur mencengkeram ke depan, mendadak tangan si nona mcmbalik terus mencengkeram pula Seng-hong-hiat di bagian belakang bahu Coh Liu-hiang, sedangkan tangan yang lain juga mencengkeram Hiat-to maut di bagian iga. Perubahan serangannya sangat cepat dan lihai, yang diarah adalah tempat mematikan. Tapi betapa tinggi ilmu silat Coh Liu-hiang, jelas tak dapat dibayangkan oleh anak dara yang masih muda belia ini.

Dengan jelas ia merasa jari sendiri sudah mengenai Hiat-to di tubuh Coh Liu-hiang, asalkan tenaga sudah tersalur ke ujung jari, pasti Coh Liu-hiang akan tertutuk kaku dan kehilangan daya perlawanannya.

Tak tahunya, pada saat itu juga, selicin belut, tahu-tahu Coh Liu-hiang memberosot ke sana terus berputar ke belakang si anak dara sambil berkata, ;"Silakan nona tidur lagi sebentar. setelah bangun nanti urusan akan berubah Iebih baik."

Nona itu cuma merasa tangan Coh Liu-hiang seperti mengusap pelahan di tubuhnya, ucapan yang halus laksana hembusan angin semilir di musim semi dan tidak terasakan. Menyusul ia lantas merasakan matanya sepat, rasa ingin tidur segera merangsang dan tak tertahan, belum lagi ia berdiri tegak segera ia jatuh terpulas.

Sejak tadi Thio Kan-cay mengikuti gebrakan mereka, baru sekarang ia menghela napas lega, ucapnya, "Tenang seperti anak perawan, lincah sepcrti kelinci, sungguh tepat sekali menggambarkan kecepatan Coh Hiang-swe dengan kedua kalimat tersebut"

Coh Liu-hiang tertawa setelah Cu Kin-hou membaringkan anak dara itu di tempat tidur, baru tiba-tiba ia bertanya, "Gaya ilmu apa yang digunakannya tadi? Apakah Losiansing dapat melihatnya?"

Thio Kia-cay berpikir sejenak, jawabnya kemudian, "Bukankah sebangsa Eng-jiau-kang (ilmu pukulan cakar elang?"

"Betul, pandangan Losiansing memang tajam," ujar Coh Liu-hiang. "Yang digunakan memang betul Eng-jiau-kang terseling gerakan 'Hun-kin-jo-kut-jiu' (ilmu membikin otot tulang terkilir), bahkan tidak lemah tenaganya."

Sejenak Thio Kan-cay memandang Cu Kin-hou, katanya dengan pelahan, "Setahuku, di dunia Kangouw jarang ada perempuan yang mahir Eng-jiau-U-kang begini kecuali......" Dia berdehem dua kali lalu tidak melanjutkan lagi.

Sebaliknya Cu Kin-hou lantas berseru dengan beringas, "Ya, aku pun tahu Eng-jiau-kang adalah ilmu silat keturunan keluarga bininya Si Hau-liam, tapi jelas anak dara ini adalah putriku, siapa pun tak dapat menyangkal"

"Apakah sebelum ini putrimu juga pemah meyakinkan ilmu ini?" tanya Thio Kan-cay.

Cu Kin-hou jadi melenggong dan tak bisa menjawab.

Padahal tanpa jawabannya juga orang lain tahu. Cu-jiya terkenal dengan ilmu silat kebanggaannya yaitu 'Hui-hoa-jiu' (ilmu pukulan bunga bertaburan).

Hui hoa-jiu adalah ilmu pukulan yang ruwet gaya perubahannya, halus dan dingin, justru merupakan kebalikan ilmu pukulan keras sebangsa Eng-jiau-kang. Dengan sendirinya tak mungkin anak perempuan Cu-jiya disuruh belajar ilmu Eng-jiau-kang?

Meski Thio Kan-cay terkenal sebagai tabib sakti, tapi sebenamya ia pun tokoh silat terkemuka, konon 'Tan-ci-sin-thong' (ilmu tenaga jari sakti) yang merupakan ilmu kebanggaannya sudah mencapai puncaknya kesernpurnaan, maka terhadap ilmu silat dari berbagai golongan dan aliran ia pun cukup paham. Ia merasa simpati melihat wajah Cu Kin-hou yang cemas dan berduka itu, dengan menyesal ia berkata, "Perasaan Cu-cengcu sekarang betapapun dapat kupahami, cuma saja, di dunia ini memang sering timbul hal-hal yang sukar dibayangkan dengan akal dan sukar pula dipecahkan. Sekarang setelah penstiwa ini terjadi....."

"Meng......mengapa kau menyuruh aku percaya pada hal-hal yang mustahil inii? Masa kau benar-benar percaya ada kejadian 'mayat kesurupan roh' segala?' kata Cu Kin-hou dengan parau.

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang